Sementara itu malam semakin larut, hanya suara jam dinding yang terdengar. Ia tidur begitu pulasnya. Wajahnya yang cantik begitu tenang ketika ia memejamkan matanya. Berbeda sekali saat ia membuka matanya.
Ada luka yang mendalam di bola matanya. Tiba tiba ia menjerit, suaranya sampai mampu membangunkan ibu dan adiknya.
"Alviaaan!" Teriaknya seraya bangun dari tidurnya. Ia mengatur nafasnya yang tersengal.
Lalu ia minum air yang berada di atas nakas. Ibu dan adiknya pun menghampirinya. Lalu duduk di tepi ranjang. Dengan perasaan khawatir, kedua wanita itu memeluk Zayna.
"Ada apa sayang? Kenapa kau berteriak begitu?" Tanya ibunya dengan khawatir.
"Iya kak, ada apa? Kenapa memanggil nama kak Alvian?" Pertanyaan yang menyusul dari Greyna.
Zayna hanya menunduk dan menangis. Selama beberapa saat Zayna menumpahkan air matanya. Ibu dan adiknya hanya saling pandang, tak mengerti apa yang terjadi.
"Zayna bermimpi bertemu dengan Alvian bu. Dia sangat tampan sekali, masih sama seperti dulu." Paparnya masih terisak. "Lalu, apalagi sayang?" Tanyanya lembut.
"Zayna tidur di pangkuan Alvian. Dia mengusap lembut kepala Zayna. Rasanya sangat nyaman sekali. Dia berkata bahwa Zayna jangan lagi menangisi kepergiannya. Dia sudah bahagia disana," lanjutnya.
"Bagaimana bisa dia mengatakan hal itu bu. Apa dia tidak pernah melihat Zayna. Betapa Zayna kehilangan separuh hidup Zayna saat dia pergi begitu saja. Dia jahat sekali kan bu? Dia tak mengerti perasaan Zayna," paparnya lirih. Ia semakin menangis tersedu sedu.
Ibunya hanya mampu memeluknya. Ia tak ingin bicara apapun. Terlalu menyakitkan untuk bicara, apalagi melihat kepedihan yang anaknya rasakan.
Padahal ini sudah bertahun tahun berlalu. Tapi anaknya masih saja merasakan sakit yang begitu dalam. Tangan Greyna terulur, lalu memegang lembut tangan Zayna. Ia sangat merasakan apa yang dirasakan kakaknya.
"Kak, kuatkanlah hati kakak. Mungkin saja kak Alvian sangat sedih melihat kakak terus seperti ini. Sehingga dia mengatakan hal seperti itu. Jangan menangisi dia terus. Dia takkan tenang disana." Dengan suara bergetar menahan tangis ia bicara.
"Sekarang sudah waktunya kakak mencari kebahagiaan kakak sendiri. Jangan siksa hidup kakak hanya karena masa lalu. Jangan terus hidup disana kak, ini sudah cukup lama kakak memenjarakan perasaan kakak. Aku tahu betul apa yang kakak rasakan, percayalah akan ada laki laki yang hidup bersama kakak sampai kalian menutup mata,"
"Berdo'alah kak, Allah pasti merencanakan sesuatu yang sangat indah untuk kakak. Serahkan semuanya kepada Allah kak, jadi sekarang kakak tenang yah? Aku akan menemani kakak dan tidur disini," lanjutnya lagi seraya pindah ke sebelah Zayna. Ia menganggukan kepalanya kepada ibunya. Ibunya mengerti dan menatap lekat pada Zayna.
"Sekarang kamu tidur lagi Nak, tenanglah sayang. Masih ada Allah, ibu dan adikmu yang selalu di sisimu. Istirahatlah." Perintahnya seraya menyelimuti kedua putrinya. Lalu ia beranjak kelur dari kamar Zayna.
"Ya Allah maafkan lah hamba. Hamba masih saja larut dalam kesedihan. Bantulah hamba dengan kekuatanMu Ya Allah. Berikanlah tempat terbaikMu kepada Alvian, Aamiin." Begitulah ia langitkan do'a seraya memejamkan matanya.
Namun tiba tiba saja wajah tampan Zain melintas dalam benaknya. Ia kembali membuka matanya. Ie menggeleng gelengkan kepalanya tidak percaya.
"Huh kenapa wajah menyebalkan itu yang datang!" Geramnya dan memejamkan matanya kembali.
setiap kali mengingat lelaki itu, jantungnya berdetak kencang. Zayna sebenarnya mengerti dengan yang ia rasakan, namun ia berusah untuk menepisnya jauh-jauh. Trauma akan ditinggal kan membuat dia menutup diri dan hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments