ASMARA DEDEMIT

ASMARA DEDEMIT

BAB 1 MAKHLUK TAK KASAT MATA

“Kau yakin, aku tak perlu ikut denganmu?” tanya Refald pada tunangannya saat mereka berdua tiba di Bandara Juanda. Seperti biasa, ia selalu tampak mesra saat bersama dengan Fey.

Fey mengambil tas hitamnya dari tangan Refald untuk ia pakai dipunggungnya. “Ehm, aku ingin privasiku dengan teman-temanku tetap terjaga. Bukankah kau juga sedang sibuk di Eropa? Pergilah dan temui paman Byon. Jangan khawatirkan aku. Terimaksih sudah mengantarku dengan aman sampai sini.” Fey mencium pipi Refald dengan tempo waktu sesingkat-singkatnya lalu berjalan pergi begitu saja meninggalkan Refald.

Dari kejauhan, Fey sudah sangat senang melihat 2 teman SMA-nya datang menjemputnya di bandara. Baru juga Fey hendak melambaikan tangan, tiba-tiba ia melihat ada sosok wanita aneh berjalan di sisinya dan mendahuluinya.

Kerena tak ingin bertabrakan, Fey mengalah dengan berhenti berjalan meski ia menganggap kalau wanita berwajah pucat pasi itu sangat tidak sopan padanya. “Hati-hati kalau jalan … umpp!” seketika mulut Fey dibekap Refald dari belakang sehingga kekasihnya ini tidak bisa bicara.

Wanita berwajah pucat itu sempat melirik Fey dengan tatapan mata tajam. Fey merasa aneh melihat wanita berwajah pucat tersebut. Sekilas ia sempat melihat wajah wanita itu berubah gosong dan menyeramkan.

Tentu saja Fey kaget dan balik badan menatap tunangannya sambil meringkuk ketakutan. Refald memeluk Fey dengan tenang tapi ia tak melakukan apa-apa karena di sini ada banyak sekali orang berlalu-lalang.

“Apa itu tadi? Inilah alasan kenapa kau membekap mulutku?” tanyanya.

“Jangan bicara pada sosok tak kasat mata yang tidak kau kenal Honey. Tak semua hantu di dunia ini baik,” ujar Refald tenang.

"Wanita tadi itu hantu?" tanya Fey sambil menengadahkan wajahnya menatap Refald.

"Ehm, dia arwah gentayangan pembunuhan," terang Refald dan Fey semakin bergidik ngeri.

Fey langsung menatap wanita yang hampir menabraknya tadi. Ia melihat ke arah bawah dan benar saja, wanita itu tidak punya kaki dan sedang melayang di udara, bukan berjalan.

Karena makhluk astral, tak ada yang menyadari keberadaan arwah gentayangan tersebut kecuali Fey dan Refald atau orang-orang yang mempunyai indra ke-6.

Fey langsung paham dan mulutnya sempat menganga lebar. Ia cemas karena sosok wanita yang ternyata bukan manusia itu melewati tubuh kedua teman-temannya dan menjadi tembus pandang.

“Astaga … aku lupa kalau aku yang sekarang, bisa melihat hantu,” gumam Fey berusaha meredakan rasa keterkejutannya. Fey juga mengamati sekeliling bandara yang dipenuhi dengan banyaknya manusia.

Kekasih Refald itu baru tahu kalau disekitarnya ada banyak makhluk tak kasat mata berkeliaran di mana-mana. Bahkan sebagian dari mereka ada yang jahil pada manusia. Ada yang memakan es krim orang lain, ada yang minta digendong, ada yang mengekor ke mana-mana. Semua hantu tampaknya punya kesibukan masing-masing setelah menemukan target mainan mereka.

“Refald … mereka …”Fey agak kaget, ia memang baru dalam dunia supranatural karena menjadi kekasih manusia yang lain daripada yang lain. Sebisa mungkin, ia harus membiasakan diri dengan dunia tak kasat mata yang ada disekelilingnya.

“Mereka tidak berbahaya, mereka tidak akan mengganggu kalau tidak di ganggu. Hantu yang mengganggu manusia, mungkin karena manusia itu sudah mengganggu mereka.”

Refald melepas kalung dilehernya di mana dalam liontin kalung itu terdapat foto Refald dan Fey. Ia memberikannya pada Fey dan membantu memakaikannya langsung ke leher sang kekasih.

“Kalung ini akan melindungimu selagi aku tidak ada. Kau tahu kalau kau tidak sendiri. Kau juga tahu apa yang harus kau lakukan jika terancam bahaya. Cukup sekali panggil namaku, maka aku akan langsung datang padamu.” Ganti Refald yang mencium kening Fey dengan mesra disaksikan kedua teman-teman Fey.

Fey tampak sangat senang dengan kalung pemberian pria yang sangat ia cintai. Keduanya saling berpelukan dan pasangan sejoli itupun terpisah untuk sementara waktu.

"Sampai ketemu lagi, jaga dirimu baik-baik dan ... Jangan jatuh," ucap Refald.

"Aku tidak janji, tapi aku akan mengingat pesanmu agar tidak jatuh." Fey tersenyum karena ia paham apa maksud Refald.

Begitu Refald pergi, Fey langsung menuju ke tempat teman-temannya berada. Gadis itu sangat senang bisa melihat Nura dan Mia.

Tak bisa dilukiskan dengan kata-kata betapa bahagianya Fey bisa berkumpul dengan bestie-bestienya setelah sekian lama tak berjumpa. Ketiganya saling melompat kegirangan dan bikin heboh sampai orang-orang yang berlalu lalang disekitar mereka ikut memerhatikan.

“Fey! Kau makin cantik saja!” seru Mia dan Nura bersamaan. "Tapi bohookngg!" kedua teman Fey tertawa dan mulai kumat bengeknya.

“Kalian juga … kalian makin gemoy saja! Apa kalian tidak pernah olahraga? Berapa BB kalian sekarang” balas Fey sengaja menggoda kedua teman-temannya yang sekarang memang tampak lebih berisi daei terakhir kali mereka berkumpul bersama.

“Diam kau. Bikin badmood saja. Bisa tidak kau tak menyinggung BB. Mentang-mentang kau kurus dan awet langsing weh," cetus Nura agak tersungging meski ia tahu Fey suka julid padanya.

“Kami sangat merindukanmu, Fey. Nggak ada kamu, dunia kami hampa,” ujar Mia. Bahasa puitisnya mulai keluar.

“Aku juga merindukan kalian." Fey memeluk kedua sahabatnya dengan erat. "Ayo kita pulang dan hiking sama-sama lagi seperti dulu! Go go! Siapa tahu badan kalian bisa kurus lagi seperti dulu.”

"Ayuuukk!" seru Mia dan Nura kompak.

Fey sangat bersemangat sampai ia lupa kalau ia sudah bukan anak SMA lagi. Bahkan sebentar lagi, ia akan menikah dengan Refald. Namun bila sudah bertemu dengan teman-temannya ini, Fey seakan menjadi remaja lagi.

Mereka bertiga berjalan sambil saling merangkul satu sama lain keluar bandara, tapi wanita aneh yang tadi hampir dipanggil Fey mendadak muncul dihadapannya sehingga membuat Fey terkejut sampai jantungnya mau copot. Nura dan Mia sih biasa saja karena mereka berdua tak bisa melihat makhluk tak kasat mata. Berbeda dengan Fey yang wajahnya langsung tegang.

Hantu wanita itu tepat berada di depan wajah Fey. Bahkan jarak keduanya hanya beberapa cm saja. Kalau manusia normal pasti sudah lari tunggang langgang ditatap arwah gentayangan seperti itu.

Berhubung ini Fey, ia sedikit bisa mengontrol rasa takutnya. Untungnya, ponsel Fey berbunyi dan ia mendapat pesan wa dari Refald. Fey berhenti berjalan dan membuka pesan itu sekaligus mengalihkan pandangan dari hantu yang sedang menatap Fey dengan tajam setajam silet.

Pangeran Demitku👻 :

Jangan tatap mata hantu wanita yang melihatmu

pura-pura saja kau tidak bisa melihat mereka

Aku menjagamu dari sini Honey,

Love you …

Usai membaca pesan itu, bibir Fey langsung gemetar. Untungnya, ia cepat menguasai diri dan bersikap seperti yang Refald ucapkan. Pura-pura tidak bisa melihat makhluk astral.

“Fey! Kenapa kau berhenti berjalan? Cepat ke sini!”panggil Mia menyadari temannya tertinggal di belakang.

Fey melambaikan tangan dengan senang dan berlari kecil ke tempat kedua temannya berada. Anehnya, hantu wanita seram itu terus mengikuti Fey dan terus saja menatapnya tajam. Tapi Fey berusaha tidak peduli seolah tak ada apa-apa.

Sebenarnya Fey risih, tapi kau bagaimana lagi. Daripada diganggu arwah gentayangan, mending cari aman. Fey teringat pesan Refald yang mengatakan, selama ia tak menggangu sosok tak terlihat, maka ia takkan diganggu.

“Aku tahu kau bisa melihatku,” ujar hantu wanita itu terus mengelilingi tubuh Fey.

Sesekali sosok astral tersebut melengkingkan suaranya sengaja menakut-nakuti Fey. Tentu saja yang bisa dengar suara arwah itu hanya Fey seorang.

Namun, kekasih Refald itu bersikap biasa dan berakting ia tak lihat apa- terus. Fey bicara banyak hal pada kedua temannya untuk mengecoh si hantu.

Fey dan teman-temannya masuk ke dalam mobil dan mereka keluar bandara menuju kediaman Fey yang sudah lama ditinggalkan. Fey menoleh ke belakang dan aksinya itu mengundang pertanyaan bagi kedua sahabatnya.

“Ada apa Fey? Kau aneh sekali? Apa ada yang tertinggal?” tanya Mia penasaran.

Fey bersandar di kabin kursi sambil mengelus dada lega. “Huufff, akhirnya … kalian takkan percaya bila kuceritakan apa yang terjadi padaku barusan,” jawab Fey dan Nura langsung bergidik ngeri.

“Sungguh? Apaaa … Jangan-jangan kau … bertemu hantu? Sore-sore begini? Mang ada hantu sore?” tebak Nura dan tebakannya memang tepat.

“Mana ada hantu takut dengan hari Nura. Kalau mau nongol ya nongol aja nggak peduli itu siang malam atau sore atu pagi. Nggak ada ceritanya makhluk astral takut pada apa yang ada di dunia kecuali pada Tuhan mereka. Sudahlah jangan dibahas lagi. Yang penting hantu wanita tadi sudah tidak mengikutiku lagi. Kita akan ke mana sekarang? Apa kita langsung hiking?” tanya Fey mengubah topik pembicaraan.

“Tidak, kita akan menjemput Ucun dan pacarnya. Dia itu menyebalkan sekali. Dia yang punya masalah kita yang harus diminta menyelesaikan masalahnya.” Belum apa-apa Nura sudah cemberut.

Tanpa dijelaskanpun Fey langsung paham masalah apa yang dimaksud Nura. Sebab dari SMA mereka bertiga, Fey Mia dan Nura sering diminta datang ke rumah Ucun sang ketua pecinta alam sebelum Fey untuk membantunya keluar dari rumah agar bisa bertemu dengan Destra. Kekasih Ucun.

Hubungan keduanya tidak direstui keluarga Ucun sehingga pasangan itu terpaksa menjalani hubungan backstreet. Dan yang sering membantu kelancaran backstreetnya Ucun dan Destra siapa lagi kalau bukan triple power ini.

"Dasar Ucun, dia sama sekali tidak berubah, " komentar Fey.

"Eh tapi ada yang aneh loh, sejak Ucun pindah ke rumah barunya. Auranya gelap banget."

"Masa sih? Jangan ngaco ah! Perasaan kamu aja kali," ujar Mia yang selalu positif thinking dalam hal apapun.

"Gimana menurut kamu Fey?" tanya Nura yang melihat Fey diam saja.

"Aku tidak bisa berkomentar apa-apa," jawab Fey setengah berbohong agar teman-temannya ini tidak takut ataupun cemas.

***

2 jam kemudian ketiganya sampai di kediaman Ucun. Selama diperjalanan tadi Fey sempat tertidur sehingga sekarang ia merasa fresh kembali. Tak terasa hari sudah memasuki Twilight sekarang alias rembang petang. Suasana seperti ini jadi mengingatkan momen indah Fey bersama Refald kala mereka bersama.

Saat berjalan ke rumah Ucun, Fey melihat makhluk astral lagi. Kali ini adalah sosok yang amat sangat familiar dengan Fey. Makhluk berbentuk guling putih itu berdiri di atas pohon nangka dan sedang mengamati pergerakan Fey serta kedua teman-temannya.

Memang sih, kalau magrib hendaknya dilarang keluar rumah karena waktu itu adalah waktu semua makhluk astral tak kasat mata sedang masa-masanya berkeliaran di mana-mana.

“Kok bulu kudukku merinding, ya? Mana sih Ucun ini, pintunya kagak dibuka-buka,” ujar Nura tapi Fey diam saja dan terus melirik ke atas pohon nangka tempat makhluk guling putih itu berada.

“Cun!” panggil Mia tapi tidak ada sahutan. “Kok rumahnya nggak dinyalain ya? Gelap banget lagi. Kan ini udah malam.”

“Mungkin lagi keluar,” sahut Fey tenang.

“Hai!” terdengar suara wanita di belakang Nura sambil menyentuh bahunya.

Sontak Nura berteriak kencang sehingga Fey dan Mia ikut-ikutan berteriak. “Aaaaagghhhh!” teriak ketiganya kompak sampai makhluk guling putih yang ada di atas pohon itu jatuh melayang ke tanah sampai terdengar bunyi ‘buk’.

BERSAMBUNG

***

Terpopuler

Comments

Dede Dahlia

Dede Dahlia

emang boleh sekaget itu po,ampe bunyi buk jatohnya 🤭🤣🤣🤣

2024-01-31

0

Yurnita Yurnita

Yurnita Yurnita

mampir ah

2024-01-16

0

♀️QiranSyaqilla💜

♀️QiranSyaqilla💜

menarik keknya

2023-12-29

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!