BAB 11 Pasukan Dedemit Refald

Pasukan demit Refald sepertinya sengaja meninggalkan pangeran mereka berdua saja dengan Fey. Saat Ini Fey memang sedang sedih, tapi ia tetap tak bisa mengubah keadaan karena apa yang terjadi pada Ucun dan Destra adalah takdir Illahi.

Di tambah lagi, hingga detik ini, kedua senior Fey masih belum sadar dan situasi serta kondisi tidak memungkinkan untuk menurunkan kedua pria pingsan itu dari area pos bayangan ini. Dalam kegelapan, Fey bisa melihat betapa kokoh dan kuatnya Gunung Ajn di depan matanya saat ini. Namun, dibalik semua itu, tersembunyi sesuatu yang sangat mengerikan untuk dibayangkan.

Refald sengaja membiarkan Fey untuk larut sementara dari pikirannya. Yang penting ia waspada dan tetap menjaga Fey agar kekasihnya selalu baik-baik saja dimanapun mereka berdua berada.

“Mbak Kun Mbak Sun, bagaimana kondisi di bawah sana, aman? Teman-teman Fey sudah naik?” tanya Refald pada pasukan demit wanita yang ia tugaskan di lereng gunung. Refald bicara melalui telepati dan tentunya hanya dia dan pasukannya yang bisa mendengar pembicaraan tersebut.

“Para penduduk desa menemukan sesuatu yang tidak normal dan mencurigakan Yang mulia. Tapi teman-teman Tuan Putri dan juru kunci gunung ini sedang menuju ke tempat Anda berada.” Mbak Kun dan Mbak Sun melaporkan apa yang mereka lihat dan ketahui.

Dua dedemit wanita itu tak bisa ikut naik bersama Refald dan yang lainnya karena aturan gunung ini tak mengizinkan wanita tak kasat mata memasuki wilayahnya kecuali arwah yang terkurung di gunung ini. Itulah mengapa Refald menugaskan Mbak Kun dan Mbak Sun tetap stay di lereng gunung.

“Oke, kalian jangan lakukan apapun dan jangan ikut campur urusan manusia. Cukup diam dan amati saja. Tunggu aba-abaku selanjutnya. Kalian mengerti?” tanya Refald.

“Mengerti yang mulia,” jawan Mbak Kun dan Mbak Sun kompak.

Refald kembali menatap tubuh Fey yang berdiri diam menatap gunung tinggi didepannya. Pria tampan penuh charisma itu mengambil salah satu selimut tebal yang ia bawa dan memakaikannya di bahu Fey agar terasa hangat.

“Pagai ini Honey, udara semakin dingin,” ujar Refald sambil memeluk Fey dari belakang dan ikut menatap gunung Ajn. Di malam hari saja gunungnya tampak indah dan menawan, apalagi kalau disiang hari. Pasti lebih menakjubkan.

“Seandainya kau bisa menggunakan kekuatanmu untuk menyelamatkan temanku, pasti aku tidak akan sesedih ini,” ujar Fey masih berharap Refald bersedia membantu Ucun dan Destra agar bisa kembali.

“Kau tahu aku takkan pernah bisa melakukannya Honey. Aku hanya seorang pangeran dengan batasan-batasan kekuatan. Jika kupaksakan, kau tahu sendiri apa akibatnya.”

“Aku tahu, makanya aku tidak memintamu. Aku hanya bisa berandai-andai saja. Sedih rasanya membayangkan bahwa aku … tak bisa melihat Ucun lagi. Dia memang gadis yang menyebalkan, sombong dan suka bertindak seenaknya. Tapi dia baik, dia tidak marah saat aku menubrukkan motornya ke mobil pick up saat aku pertama kali belajar naik motor. Tak kusangka, hidup Ucun, harus berakhir seperti ini.”

Air mata Fey pecah dan Refald hanya bisa menenangkannya karena memang ia tak dapat melakukan apa-apa untuk saat ini.

Sebagai pangeran demit pilihan, Refald tidak bisa menggunakan kekuatannya sembarangan. Apalagi pada orang lain yang tidak ada hubungan apapun dengannya. Itu melanggar aturan dan resikonya Refald bisa kehilangan kekuatan. Tak satupun boleh tahu siapa Refald sebenarnya kecuali Fey dan orang-orang terdekat Refald.

Malam semakin mencekam, baik Fey dan Refald sama-sama tidak bisa tidur. Refald menyalakan api unggun dari ranting-ranting kayu yang ia kumpulkan untuk menghangatkan tubuh sekaligus memberi tanda bagi teman-teman Fey tentang keberadaan pasangan sejoli itu di sini.

Suhu di hutan ini sudah mencapai 0 derajat. Tambak daun-daun mulai berembun dan membeku. Gunung ini sudah hampir sama seperti gunung es saja, sangat dingin sampai menembus tulang.

Fey dan Refald duduk berdekatan di depan api unggun. Sekarang Refald udah tidak bicara lagi dan lebih fokus menghangatkan tangan di dekat perapian.

“Kenapa wajahmu sesedih itu? Harusnya aku yang sedih, bukan kau?” tanya Fey yang sejak tadi memerhatikan wajah kaludnya Refald. “Dari keterangan yang kau berikan, aku sudah kehilangan temanku. Jasadnya saja belum kita temukan karena menunggu ka Joni dan Kak Theo sadar. Aku bahkan tidak tahu bagaimana caraku menyampaikan kabar duka ini pada keluarga Ucun dan Destra bahwa mereka …”

“Mereka sudah tahu,” sela Refald datar. “kedua orangtua Ucun dan destra sudah tahu kalau anak mereka sudah berpindah alam.”

“Hah?” Fey kaget, “kok bisa?” tanyanya penasaran.

“Alasan aku tidak memberitahumu soal bergabungnya diriku dalam kelompok pendakian ini, karena aku punya misi Honey. Jimat yang dipakai Ucun dan Destra bukan sembarang jimat. Tapi itu adalah jimat tumbal pesugihan. Mereka berdua memang dikorbankan oleh kedua orangtua mereka. Mereka bahkan sudah tahu kalau anak-anak mereka tidak akan pernah kembali. Itulah kenapa rumah Ucun tampak berbeda dari biasanya dan Pak Po tak bisa mendekatimu karena jimat itu.”

Untuk kesekian kalinya Fey tertegun mendengar ucapan Refald. Ia sangat terkejut mengetahui kalau di dunia ini ternyata ada orangtua setega itu dengan anaknya. Mulut Fey menganga dan bahkan ia sampai menutup mulutnya itu dengan kedua tangan.

“Astagah, aku kira hal semacam itu hanya ada dalam cerita novel atau film saja. Ternyata, di dunia nyata pun juga ada. Kasihan sekali Ucun dan Destra. Orangtuanya seperti itu, mereka juga begitu. Gila, ini sungguh gila.”

“Sebentar lagi, teman-temanmu yang lain akan datang Honey. Kita harus memberitahu mereka soal Ucun.” Tatapan mata Refald tampak kosong dan ia terus menatap api unggun seolah sedang memikirkan banyak hal.

Fey jadi bingung sekarang, bagaimana ia harus menjelaskan semua ini pada senior dan teman-temannya soal nasib kedua teman mereka. Hati gadis itu gelisah di tambah para makhluk astral tak kasat mata jumlahnya malah semakin banyak saja dan mereka semua berkeliaran di udara.

Mereka memang tidak bisa mendekati Refald dan Fey karena dijaga ketat oleh pasukan Refald. Namun keberadaan mereka semua membuat Fey risih dan kadang bergidik ngeri.

“Mereka tidak mengganggu, mereka hanya cari perhatian padamu. Lebih tepatnya, mereka memintamu untuk membalas dendam mereka. Rata-rata para arwah itu mati mengenaskan, kebanyakan dibunuh oleh orang terdekat sendiri. Kau jangan coba-coba bicara …” Refald menoleh pada kekasihnya tapi Fey malah mendekat ke kerumunan arwah itu dan sibuk berdiskusi ria.

“Ya ampun, kau tidak mendengarkan ucapanku Honey?” Refald geleng-geleng kepala melihat Fey tak menggubrisnya dan memilih sibuk menanyai arwah-arwah penasaran itu kenapa mereka bisa mati dan jadi hantu gentayangan di sini.

Lebih bengek lagi, Pak Po juga ikutan nimbrung dan manggut-manggut mendengar satu persatu curhatan para arwah yang mati penasaran. Pemandangan itu membuat Refald tepok jidat, bisa-bisanya kekasih dan anak buahnya lebih sibuk mendengarkan curahan hati para arwah ketimbang peringatannya.

BERSAMBUNG

***

Terpopuler

Comments

Teh Yen

Teh Yen

adu duh tuh pocica nimbrung aj kl ada bagian curhat hihiiii

2024-02-02

0

Dede Dahlia

Dede Dahlia

pak poci bisa menempatkan situasi juga rupanya 🤔 tadi bikin kesel Fey,eh sekarang jadi bestie dengerin curhatan para arwah² itu 🤦‍♀️🤣🤣🤣

2024-02-01

0

‧✮nuna_Ghieta❥

‧✮nuna_Ghieta❥

bengekk

2024-01-03

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!