BAB 4 SI POCONG LAKNAT

Rombongan anak-anak pecinta alam akhirnya masuk desa. Ketiga mobil pengangkut Fey dkk berhenti tepat di sebuah rumah tua. Itulah rumah yang dibicarakan Ucun sebelum datang kemari.

"Sebelum naik ke puncak kita akan istirahat di sini. Rumah ini udah lama kosong dan nggak ada yang nempati, jadj harap maklum kalau di dalam mungkin kotor karena tidak terawat," terang Ucun kepada teman-teman strangernya.

Para pria tak berkomentar apa-apa. Bagi mereka, dapat tempat tinggal gratis untuk bersinggah aja udah cukup. Beda dengan kaum hawa, bawaannya baper melulu.

"Fey, yakin kita mau bermalam di sini?" tanya Nura. Kalau soal mistis, gadis itu paling peka.

"Mau gimana lagi, daripada tinggal di luar bertemankan setan, mending di rumah ini saja setannya sopan," ujar Fey menakut-nakuti. Ia paling suka membuat teman-temannya parno sendiri.

"Ih, yang bener dong, gimana kau bisa tahu kalau setan di rumah ini sopan? Memangnya kau kenal?"

"Ya nggak sih, lagian kalian ini ada-ada saja. Kan sering aku bilang, selama kalian tidak mengganggu mereka, mereka nggak akan ganggu kalian. Yang penting kalau ke mana-mana dan mau ngapain permisi dulu. Sudah ah, jangan dibahas lagi, mending kalian bantuin nurunin barang-barang daripada ngeluh."

Fey mengajak kedua teman-temannya sibuk mengatur barang bawaan yang akan mereka bawa untuk naik ke puncak nanti. Fey sengaja membuat Nura dan Mia sibuk agar melupakan apa yang mereka rasakan saat pertama kali datang ke rumah tua ini.

Kalau disebut angker sih angker. Yang namanya rumah kosong nggak mungkin kalau nggak angker, tapi bagaimanapun juga, Fey harus menghormati niat baik Ucun yang mau menampung mereka sebelum nanti malam mulai melakukan perjalanan naik ke puncak gunung.

Dalam penglihatan Fey, ada banyak sekali makhluk astral tak kasat mata melintas di sekitar tempat Fey dan teman-temannya berada. Mereka semua terus mengamati gerak-gerik Fey dan semuanya. Berhubung mereka sopan, para makhluk penunggu rumah ini membiarkan saja dan memilih pergi ke dunia mereka sendiri.

Di sinilah Fey merasa lega karena anak-anak pecinta alam selalu dibekali nilai moral dan sosial yang tinggi sehingga di manapun mereka berada selalu aman sentosa meski tidak selalu berkelompok bersama seperti sekarang.

"Kita masih punya waktu 5 jam untuk naik ke puncak. Jadi pergunakan waktu ini untuk menghemat tenaga kalian. Tidur juga boleh. Berhubung kita ada di sebuah rumah. Kita bisa aman dari gangguan luar," ujar Alex.

"Kita sekarang ada 5 orang pria dan 4 wanita. Refald katanya mau nyusul tapi nggak tahu kapan. Jadi kalau dia datang total anggota ada 10 orang. Kelompok ini pas untuk mendaki, tapi jika nanti Refald tidak datang, maka yang cewek terpaksa tinggal di pos bayangan. Ini pesan dari para pendaki yang pernah naik dari gunung ini. Gimana? Setuju?" tanya Yoshi.

"Yah kalau nggak bisa naik semua, percuma dong kita ada di sini," protes Ucun

"Nah makanya, itu semua tergantung Refald. Kalau dia datang, kita semua bisa muncak. Tapi kalau nggak ya, mau gimana lagi. Kita cari aman aja," ujar Yoshi.

Wajah Ucun langsung kecewa. Ia beralih menatap Fey dan menanyakan keberadaannya Refald saat ini.

"Fey tanyain pacarmu dong, dia ada di mana sih sekarang? Sebagai pacar masa kau nggak tahu, sih?" Ucun berdecak kesal.

Fey melihat layar ponselnya dan wa nya masih centang 1. Hatinya jadi semakin kacau sekarang, tidak tahu harus bicara apa. Gadis itu sungguh tidak tahu ada di mana Refald sekarang.

"Aku sungguh tidak tahu kalau Refald ikut muncak kelompok kita. Setahuku, dia sedang di Eropa sekarang. Aku tidak tahu apa dia mundur atau gimana yang jelas soal dia muncak ini aku sama sekali nggak tahu menahu. Kalau memang harus ada orang yang ditinggal di pos, maka aku bersedia."

Ucapan Fey yang tanpa ragu itupun membuat decak kagum teman-teman dan seniornya. Gadis itu sangat bertanggungjawab atas semua hal yang berkaitan dengannya.

"Aku juga akan tinggal!" seru Mia.

"Aku juga!" sahut Nura tak mau kalah. "Kalau salah satu dari kami tinggal, maka kami bertiga juga harus tinggal," tandasnya.

Mereka bertiga adalah sahabat sejati tak terpisahkan. Makanya Nura dan Mia tak keberatan menemani Fey.

"Kalau begitu, Ucun juga tinggal!" ucap Yoshi.

"Loh kok gitu?" protes Ucun langsung. "Aku datang kemari kan untuk muncak Kak, ini nggak adil."

"Cun, ini udah peraturan dan kita nggak bisa melanggar. Destra juga tinggal kok, nemenin kamu. Jadi yang muncak cuma 4 doang. 5 termasuk kamu, terpaksa harus stay di sini."

Ucun masih nggak terima begitu pula dengan Destra. Keduanya tetap ngotot pengen ikut muncak. Yoshi, Alex dan Joni sangat kesal dengan kelakuan pasangan ini yang selalu egois dan nggak pernah mau mengalah.

Akhirnya, Yoshi dan Joni ngalah, mereka berdua akan menemani Fey dkk di puncak bayangan kalau memang Refald datang. Ucun sedikit marah pada Fey. Padahal yang salah Refald, tapi sebagai kekasih, Fey kena imbasnya juga.

Pukul 20.00, semua sepakat tidur karena jam 00.00 nanti mereka akan memulai pendakian. Fey dkk dikasih pilihan, mau tetap di sini atau ke pos bayangan nunggu mereka sampai turun lagi.

Nura sudah gemetar di tempat ini, makanya Fey mengusulkan untuk ikut ke pos bayangan dan mendirikan tenda di sana. Setidaknya di pos itu mereka nggak akan sendirian. Pasti ada pendaki lain. Daripada di sini, semua setannya seram-seram.

Untung saja Fey sudah mulai terbiasa walau dulunya dia penakut. Dan itu semau berkat Refald. Punya kekasih seorang pangeran demit membuta Fey jauh lebih berani dari sebelumnya.

Satu jam pertama, suasana aman dan kondusif. Semua tertidur lelap dalam mimpi. Memasuki jam ke-2 kehadiran mereka di rumah ini, barulah ada keanehan.

Yang pertama, mendadak terdengar benda-benda jatuh. Yoshi dan semua wanita terbangun, berhubung tidak ada apa-apa akhirnya mereka tidur lagi kecuali Fey. Ia tahu semua itu ulah penghuni rumah ini yang jahil.

Keanehan ke-2. Nuar dihantui sehingga gadis itu menjerit-jerit ketakutan. Fey juga ikut bangun dan menenangkan Nura. Sayangnya, Nura ketakutan dan mengajaknya keluar untuk cari udara segar.

"Kita keluar saja," ajak Fey melihat Nura bercucuran keringat dingin.

"Tapi yang lain ...."

"Mereka aman kok, kita juga duduk-duduk di teras saja," ujar Fey menenangkan dan akhirnya Nura setuju.

Keduanya berjalan pelan melangkah ke depan agar tidak membangunkan yang lain. Nura yang ada di depan membuka daun pintu dan ia langsung pingsan melihat apa yang ada di balik daun pintu tersebut.

Fey terkejut melihat temannya pingsan dan begitu ia melihat ke depan, Fey refleks menonjok muka di pocong laknat yang berdiri dadakan di depan pintu rumah orang.

"Adaow! Putri! Ini saya!" pekiknya kesakitan.

Fey jelas kaget dan ia mengamati sosok putih didepannya dengan seksama. "Pak Po? Kau kah itu?" tanyanya.

BERSAMBUNG

***

Terpopuler

Comments

Teh Yen

Teh Yen

hahaha ngapain sih pak.po bikin orang jantungan aj tetiba ada depan pintu kan kaget jd pingsan tuh c Nura aih dasar pocica geje lu

2024-02-02

0

Dede Dahlia

Dede Dahlia

pak po,ngasih aba aba dulu napa kalau kamu ada di depan pintu jangan bikin orang kaget gitu ampe pingsan pula 🤭😂😂

2024-02-01

0

♀️QiranSyaqilla💜

♀️QiranSyaqilla💜

buahhhah pak po,, astagaa
aku kira bakalan menegangkan, dn ngk tau ending gitu, ngakak bengek jg/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2023-12-29

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!