NovelToon NovelToon

ASMARA DEDEMIT

BAB 1 MAKHLUK TAK KASAT MATA

“Kau yakin, aku tak perlu ikut denganmu?” tanya Refald pada tunangannya saat mereka berdua tiba di Bandara Juanda. Seperti biasa, ia selalu tampak mesra saat bersama dengan Fey.

Fey mengambil tas hitamnya dari tangan Refald untuk ia pakai dipunggungnya. “Ehm, aku ingin privasiku dengan teman-temanku tetap terjaga. Bukankah kau juga sedang sibuk di Eropa? Pergilah dan temui paman Byon. Jangan khawatirkan aku. Terimaksih sudah mengantarku dengan aman sampai sini.” Fey mencium pipi Refald dengan tempo waktu sesingkat-singkatnya lalu berjalan pergi begitu saja meninggalkan Refald.

Dari kejauhan, Fey sudah sangat senang melihat 2 teman SMA-nya datang menjemputnya di bandara. Baru juga Fey hendak melambaikan tangan, tiba-tiba ia melihat ada sosok wanita aneh berjalan di sisinya dan mendahuluinya.

Kerena tak ingin bertabrakan, Fey mengalah dengan berhenti berjalan meski ia menganggap kalau wanita berwajah pucat pasi itu sangat tidak sopan padanya. “Hati-hati kalau jalan … umpp!” seketika mulut Fey dibekap Refald dari belakang sehingga kekasihnya ini tidak bisa bicara.

Wanita berwajah pucat itu sempat melirik Fey dengan tatapan mata tajam. Fey merasa aneh melihat wanita berwajah pucat tersebut. Sekilas ia sempat melihat wajah wanita itu berubah gosong dan menyeramkan.

Tentu saja Fey kaget dan balik badan menatap tunangannya sambil meringkuk ketakutan. Refald memeluk Fey dengan tenang tapi ia tak melakukan apa-apa karena di sini ada banyak sekali orang berlalu-lalang.

“Apa itu tadi? Inilah alasan kenapa kau membekap mulutku?” tanyanya.

“Jangan bicara pada sosok tak kasat mata yang tidak kau kenal Honey. Tak semua hantu di dunia ini baik,” ujar Refald tenang.

"Wanita tadi itu hantu?" tanya Fey sambil menengadahkan wajahnya menatap Refald.

"Ehm, dia arwah gentayangan pembunuhan," terang Refald dan Fey semakin bergidik ngeri.

Fey langsung menatap wanita yang hampir menabraknya tadi. Ia melihat ke arah bawah dan benar saja, wanita itu tidak punya kaki dan sedang melayang di udara, bukan berjalan.

Karena makhluk astral, tak ada yang menyadari keberadaan arwah gentayangan tersebut kecuali Fey dan Refald atau orang-orang yang mempunyai indra ke-6.

Fey langsung paham dan mulutnya sempat menganga lebar. Ia cemas karena sosok wanita yang ternyata bukan manusia itu melewati tubuh kedua teman-temannya dan menjadi tembus pandang.

“Astaga … aku lupa kalau aku yang sekarang, bisa melihat hantu,” gumam Fey berusaha meredakan rasa keterkejutannya. Fey juga mengamati sekeliling bandara yang dipenuhi dengan banyaknya manusia.

Kekasih Refald itu baru tahu kalau disekitarnya ada banyak makhluk tak kasat mata berkeliaran di mana-mana. Bahkan sebagian dari mereka ada yang jahil pada manusia. Ada yang memakan es krim orang lain, ada yang minta digendong, ada yang mengekor ke mana-mana. Semua hantu tampaknya punya kesibukan masing-masing setelah menemukan target mainan mereka.

“Refald … mereka …”Fey agak kaget, ia memang baru dalam dunia supranatural karena menjadi kekasih manusia yang lain daripada yang lain. Sebisa mungkin, ia harus membiasakan diri dengan dunia tak kasat mata yang ada disekelilingnya.

“Mereka tidak berbahaya, mereka tidak akan mengganggu kalau tidak di ganggu. Hantu yang mengganggu manusia, mungkin karena manusia itu sudah mengganggu mereka.”

Refald melepas kalung dilehernya di mana dalam liontin kalung itu terdapat foto Refald dan Fey. Ia memberikannya pada Fey dan membantu memakaikannya langsung ke leher sang kekasih.

“Kalung ini akan melindungimu selagi aku tidak ada. Kau tahu kalau kau tidak sendiri. Kau juga tahu apa yang harus kau lakukan jika terancam bahaya. Cukup sekali panggil namaku, maka aku akan langsung datang padamu.” Ganti Refald yang mencium kening Fey dengan mesra disaksikan kedua teman-teman Fey.

Fey tampak sangat senang dengan kalung pemberian pria yang sangat ia cintai. Keduanya saling berpelukan dan pasangan sejoli itupun terpisah untuk sementara waktu.

"Sampai ketemu lagi, jaga dirimu baik-baik dan ... Jangan jatuh," ucap Refald.

"Aku tidak janji, tapi aku akan mengingat pesanmu agar tidak jatuh." Fey tersenyum karena ia paham apa maksud Refald.

Begitu Refald pergi, Fey langsung menuju ke tempat teman-temannya berada. Gadis itu sangat senang bisa melihat Nura dan Mia.

Tak bisa dilukiskan dengan kata-kata betapa bahagianya Fey bisa berkumpul dengan bestie-bestienya setelah sekian lama tak berjumpa. Ketiganya saling melompat kegirangan dan bikin heboh sampai orang-orang yang berlalu lalang disekitar mereka ikut memerhatikan.

“Fey! Kau makin cantik saja!” seru Mia dan Nura bersamaan. "Tapi bohookngg!" kedua teman Fey tertawa dan mulai kumat bengeknya.

“Kalian juga … kalian makin gemoy saja! Apa kalian tidak pernah olahraga? Berapa BB kalian sekarang” balas Fey sengaja menggoda kedua teman-temannya yang sekarang memang tampak lebih berisi daei terakhir kali mereka berkumpul bersama.

“Diam kau. Bikin badmood saja. Bisa tidak kau tak menyinggung BB. Mentang-mentang kau kurus dan awet langsing weh," cetus Nura agak tersungging meski ia tahu Fey suka julid padanya.

“Kami sangat merindukanmu, Fey. Nggak ada kamu, dunia kami hampa,” ujar Mia. Bahasa puitisnya mulai keluar.

“Aku juga merindukan kalian." Fey memeluk kedua sahabatnya dengan erat. "Ayo kita pulang dan hiking sama-sama lagi seperti dulu! Go go! Siapa tahu badan kalian bisa kurus lagi seperti dulu.”

"Ayuuukk!" seru Mia dan Nura kompak.

Fey sangat bersemangat sampai ia lupa kalau ia sudah bukan anak SMA lagi. Bahkan sebentar lagi, ia akan menikah dengan Refald. Namun bila sudah bertemu dengan teman-temannya ini, Fey seakan menjadi remaja lagi.

Mereka bertiga berjalan sambil saling merangkul satu sama lain keluar bandara, tapi wanita aneh yang tadi hampir dipanggil Fey mendadak muncul dihadapannya sehingga membuat Fey terkejut sampai jantungnya mau copot. Nura dan Mia sih biasa saja karena mereka berdua tak bisa melihat makhluk tak kasat mata. Berbeda dengan Fey yang wajahnya langsung tegang.

Hantu wanita itu tepat berada di depan wajah Fey. Bahkan jarak keduanya hanya beberapa cm saja. Kalau manusia normal pasti sudah lari tunggang langgang ditatap arwah gentayangan seperti itu.

Berhubung ini Fey, ia sedikit bisa mengontrol rasa takutnya. Untungnya, ponsel Fey berbunyi dan ia mendapat pesan wa dari Refald. Fey berhenti berjalan dan membuka pesan itu sekaligus mengalihkan pandangan dari hantu yang sedang menatap Fey dengan tajam setajam silet.

Pangeran Demitku👻 :

Jangan tatap mata hantu wanita yang melihatmu

pura-pura saja kau tidak bisa melihat mereka

Aku menjagamu dari sini Honey,

Love you …

Usai membaca pesan itu, bibir Fey langsung gemetar. Untungnya, ia cepat menguasai diri dan bersikap seperti yang Refald ucapkan. Pura-pura tidak bisa melihat makhluk astral.

“Fey! Kenapa kau berhenti berjalan? Cepat ke sini!”panggil Mia menyadari temannya tertinggal di belakang.

Fey melambaikan tangan dengan senang dan berlari kecil ke tempat kedua temannya berada. Anehnya, hantu wanita seram itu terus mengikuti Fey dan terus saja menatapnya tajam. Tapi Fey berusaha tidak peduli seolah tak ada apa-apa.

Sebenarnya Fey risih, tapi kau bagaimana lagi. Daripada diganggu arwah gentayangan, mending cari aman. Fey teringat pesan Refald yang mengatakan, selama ia tak menggangu sosok tak terlihat, maka ia takkan diganggu.

“Aku tahu kau bisa melihatku,” ujar hantu wanita itu terus mengelilingi tubuh Fey.

Sesekali sosok astral tersebut melengkingkan suaranya sengaja menakut-nakuti Fey. Tentu saja yang bisa dengar suara arwah itu hanya Fey seorang.

Namun, kekasih Refald itu bersikap biasa dan berakting ia tak lihat apa- terus. Fey bicara banyak hal pada kedua temannya untuk mengecoh si hantu.

Fey dan teman-temannya masuk ke dalam mobil dan mereka keluar bandara menuju kediaman Fey yang sudah lama ditinggalkan. Fey menoleh ke belakang dan aksinya itu mengundang pertanyaan bagi kedua sahabatnya.

“Ada apa Fey? Kau aneh sekali? Apa ada yang tertinggal?” tanya Mia penasaran.

Fey bersandar di kabin kursi sambil mengelus dada lega. “Huufff, akhirnya … kalian takkan percaya bila kuceritakan apa yang terjadi padaku barusan,” jawab Fey dan Nura langsung bergidik ngeri.

“Sungguh? Apaaa … Jangan-jangan kau … bertemu hantu? Sore-sore begini? Mang ada hantu sore?” tebak Nura dan tebakannya memang tepat.

“Mana ada hantu takut dengan hari Nura. Kalau mau nongol ya nongol aja nggak peduli itu siang malam atau sore atu pagi. Nggak ada ceritanya makhluk astral takut pada apa yang ada di dunia kecuali pada Tuhan mereka. Sudahlah jangan dibahas lagi. Yang penting hantu wanita tadi sudah tidak mengikutiku lagi. Kita akan ke mana sekarang? Apa kita langsung hiking?” tanya Fey mengubah topik pembicaraan.

“Tidak, kita akan menjemput Ucun dan pacarnya. Dia itu menyebalkan sekali. Dia yang punya masalah kita yang harus diminta menyelesaikan masalahnya.” Belum apa-apa Nura sudah cemberut.

Tanpa dijelaskanpun Fey langsung paham masalah apa yang dimaksud Nura. Sebab dari SMA mereka bertiga, Fey Mia dan Nura sering diminta datang ke rumah Ucun sang ketua pecinta alam sebelum Fey untuk membantunya keluar dari rumah agar bisa bertemu dengan Destra. Kekasih Ucun.

Hubungan keduanya tidak direstui keluarga Ucun sehingga pasangan itu terpaksa menjalani hubungan backstreet. Dan yang sering membantu kelancaran backstreetnya Ucun dan Destra siapa lagi kalau bukan triple power ini.

"Dasar Ucun, dia sama sekali tidak berubah, " komentar Fey.

"Eh tapi ada yang aneh loh, sejak Ucun pindah ke rumah barunya. Auranya gelap banget."

"Masa sih? Jangan ngaco ah! Perasaan kamu aja kali," ujar Mia yang selalu positif thinking dalam hal apapun.

"Gimana menurut kamu Fey?" tanya Nura yang melihat Fey diam saja.

"Aku tidak bisa berkomentar apa-apa," jawab Fey setengah berbohong agar teman-temannya ini tidak takut ataupun cemas.

***

2 jam kemudian ketiganya sampai di kediaman Ucun. Selama diperjalanan tadi Fey sempat tertidur sehingga sekarang ia merasa fresh kembali. Tak terasa hari sudah memasuki Twilight sekarang alias rembang petang. Suasana seperti ini jadi mengingatkan momen indah Fey bersama Refald kala mereka bersama.

Saat berjalan ke rumah Ucun, Fey melihat makhluk astral lagi. Kali ini adalah sosok yang amat sangat familiar dengan Fey. Makhluk berbentuk guling putih itu berdiri di atas pohon nangka dan sedang mengamati pergerakan Fey serta kedua teman-temannya.

Memang sih, kalau magrib hendaknya dilarang keluar rumah karena waktu itu adalah waktu semua makhluk astral tak kasat mata sedang masa-masanya berkeliaran di mana-mana.

“Kok bulu kudukku merinding, ya? Mana sih Ucun ini, pintunya kagak dibuka-buka,” ujar Nura tapi Fey diam saja dan terus melirik ke atas pohon nangka tempat makhluk guling putih itu berada.

“Cun!” panggil Mia tapi tidak ada sahutan. “Kok rumahnya nggak dinyalain ya? Gelap banget lagi. Kan ini udah malam.”

“Mungkin lagi keluar,” sahut Fey tenang.

“Hai!” terdengar suara wanita di belakang Nura sambil menyentuh bahunya.

Sontak Nura berteriak kencang sehingga Fey dan Mia ikut-ikutan berteriak. “Aaaaagghhhh!” teriak ketiganya kompak sampai makhluk guling putih yang ada di atas pohon itu jatuh melayang ke tanah sampai terdengar bunyi ‘buk’.

BERSAMBUNG

***

BAB 2 Misteri Tentang Refald

“Kenapa kalian teriak dasar bengek!” teriak Ucun setelah mendengar teriakan ketiga teman-temannya. Untung saja ia tidak punya penyakit jantung.

“Lah, Nura teriak, kau juga berteriak, ya aku ikutan teriak. Iya kan Fey?” tanya Mia pada Fey yang langsung mengangguk.

Tapi mata gadis itu tertuju pada sumber suara gedebuk sambil terus mengepalkan tangan seolah sedang menahan sesuatu yang tak diketahui teman-temannya. Fey tahu siapa yang buat suara itu, sayangnya tak bisa ia beritahukan pada teman-temannya.

“Aku teriak karena Nura berteriak. Aku kaget, makanya teriak,” terang Ucun tak mau disalahkan.

“Kau dulu yang bikin aku jantungan! Ngapain kau pegang-pegang bahuku nggak permisi dulu!” sentak Nura tak terima juga.

“Sudah-sudah jangan berdebat. Nggak sopan magrib-magrib begini berdebat depan rumah orang. Cun, boleh kami masuk nggak?” ujar Fey menengahi agar teman-teman pecinta alamnya tak lagi memperdebatkan hal yang tidak penting. Apalagi mereka baru saja bertemu lagi setelah sekian lama tak berjumpa pasca lulus dari SMA.

“Yuk masuk, aku baru dari mushola tadi dan melihat kalian. Makanya aku langsung menyapa Nura karena dia berdiri paling belakang. Lagian kalian ini kenapa, masa kalian nggak dengar derap kaki langkahku? Aku aja denger kok,” tanya Ucun sambil membuka pintu rumahnya dan mempersilahkan teman-temannya masuk ke dalam.

Apa yang dikatakan Ucun masuk akal juga. Fey dan kedua temannya saling pandang.

Harusnya mereka memang mendengar derap kaki langkah orang kalau ada yang mendekati lokasi mereka berdiri. Namun kenyataannya, tak satupun dari mereka mendengarnya, bahkan mereka tak mendengar suara apapun kecuali suara binatang malam, seperti jangkrik dan kawan-kawannya.

“Kalian duduk saja, dan anggap rumah sendiri, aku ke kamar untuk ganti baju dan siap-siap,” ujar Ucun langsung masuk ke dalam.

“Eh Fey, kau dengar suara kaki Ucun nggak sih?” tanya Nura.

“Nggak, aku nggak denger apa-apa,” jawab Fey. Ia mencoba mengirim pesan pada Refald tapi centang 1. Gadis itu ingin bertanya pada kekasih supranaturalnya tentang apa yang terjadi di rumah ini.

“Kalau kau Mia? Apa kau dengar sesuatu?”

Ganti Mia yang ditanyain Nura.

“Nggak, aku hanya dengar ada benda jatuh dan bunyinya ‘buk’. Bukan derap langkah kaki seperti yang kau bahas sekarang.”

Fey tertegun, buru-buru ia mengalihkan pembicaraan kedua teman-temannya daripada nanti melenceng ke arah yang bukan-bukan.

“Sudahlah, kalian jangan bahas yang aneh-aneh. Sebaiknya kalian jelaskan padaku apa yang akan kita lakukan setelah ini dan kapan kita hiking. Apakah malam ini atau besok. Kalau malam ini, aku rasa persiapan kita kurang. Dan nggak mungkin juga kita hiking hanya ber-4 dengan Ucun. Kalian ini sebenarnya mau ngajak hiking di mana sih pastinya?”

“Kita akan bermalam di rumah tanteku,” jawab Ucun dari dalam ruangan dan keluar sambil membawa currier besar. Ia meletakkan currier tersebut di lantai dan memakai jaket tebalnya.

Teman-teman Ucun terbengong-bengong setelah melihat betapa banyaknya barang bawaan yang dibawa Ucun. Nura dan Mia jadi lupa tadi mau bicara apa.

“Anak itu mau hiking apa pindah rumah? Barang selemari dibawa semua,” bisik Mia pada Fey.

“Ssssstt, kau diam saja.” Fey mengingatkan temannya agar tidak julid terhadap siapapun mengingat mereka akan berangkat menjelajah alam.

Prinsip Fey, jika dia akan pergi hiking atau ke tempat-tempat yang berhubungan dengan alam, maka hatinya harus bersih tidak boleh punya pikiran kotor dan harus positif thinking. Sebab, tidak ada manusia manapun di dunia ini tahu, apa yang akan terjadi nantinya.

“Kita akan ke gunung Ajn, salah satu gunung paling eksotik di daerah ini. Dan kabar terakhir yang aku dengar, puncak gunungnya membeku,” terang Ucun lagi sambil tersenyum senang. “Kita juga tidak akan pergi berempat. Tapi ada Destra dan para senior-senior kita yang dulu. Kak Yoshi dan kak Joni juga ikut. Ada kak Alex, kak Theo dan harusnya … pacarmu dan temannya juga ikut Fey. Tapi entah mereka bisa datang apa nggak, aku nggak tahu.”

Fey langsung terbelalak mendengar nama Refald dan temannya, disebut-sebut. Sebagai pacar, Fey tidak tahu kalau Refald bilang ke Ucun bahwa dia akan datang.

“Apa? Refald dan Eric ikut? Kok dia nggak ngasih tahu aku kalau ikut hiking?” tanya Fey tak percaya. Ia merasa ada sesuatu yang aneh di sini.

"Serius Refald bilang gitu kok, ya terserah kamu mau percaya apa nggak. Kamu nggak dikasih tahu, ya? Kok aneh ya? Orang lain di kasih tahu masa pacar sendiri, nggak." ucapan Ucun agak bikin darting juga.

Untung Fey sabar tak tidak mudah terprovokasi. Gadis itu berpikir, pasti ada yang salah di sini dan jalan satu-satunya adalah mengkonfirmasi kabar ini ke Refald langsung.

Ponsel Refald mendadak tak bisa dihubungi di tambah kabar terbaru yang baru saja di sampaikan Ucun sangat mengejutkan Fey. Fey bangun berdiri dan mencari sinyal di luar.

Namun, Refald tetap tidak bisa dihubungi, ia mencoba menghubungi Eric dan hasilnya nihil. Ericpun sama seperti Refald. Semua pesan Fey yang terkirim hanya centang 1 dan mendadak pp dua pria dalam kontak Fey menghilang seolah nomer Fey sengaja di blokir.

“Aneh, ini kebetulan atau apa sih? Kenapa para cecunguk itu HP-nya mati? Pakai diblokir segala juga. Wuah, pasti ada yang tidak beres,” gumam Fey yang berdiri mondar-mandir di teras rumah Ucun. Matanya kembali ke tempat sosok guling putih yang ternyata sudah menghilang entah kemana. “Sial, aku lupa siapa nama lengkap pasukan Refald. Bagaimana bisa aku memanggilnya. Astaga … kenapa aku bisa lupa sih.”

Fey menatap sekeliling dan ia baru sadar kalau rumah Ucun, sangat jauh dari rumah pemukiman warga desa lainnya. Di sisi kanan, kiri, depan, belakang rumah Ucun, tidak ada apa-apa dan hanya merupakan lahan kosong.

Kekasih Refald itu kembali masuk ke dalam dan mengingatkan kedua teman-temannya untuk segera pergi dari sini secepatnya. Ucun membuka pintu mobil kijang hitamnya dan memasukkan semua barang-barang Ucun ke bagasi. Iapun menyalakan mesin mobil begitu Fey dan yang lainnya masuk ke dalam mobil Ucun. Mereka semua pergi ke rumah kekasih Ucun dan para pendaki yang lain.

Tak di sangka, para senior Fey yang kebanyakan laki-laki sudah berkumpul di rumah Destra dan sedang menunggu kedatangan Ucun serta rombongannya. Sepanjang jalan, Fey bolak balik mengintip layar ponselnya berharap Refald membalas pesannya. Namun sayang, sampai detik ini, pesan Fey masih centang 1 dan gadis itu tak tahu apa yang terjadi pada kekasih dan sahabatnya sampai ponsel mereka sama-sama kompak mati.

Para senior Fey sangat senang bisa melihat Fey lagi setelah sekian lama terpisah karena kesibukan masing-masing. Untuk sesaat, Fey bisa bernostalgia dengan para senior pecinta alam dan membicarakan banyak hal sebelum akhirnya mereka semua berangkat menggunakan 3 mobil ke lokasi pendakian.

“Fey, kau ikut mobilku, ya? Ada yang ingin kudiskusikan denganmu,” tawar Yoshi pada Fey yang tidak bisa konsen karena terlalu memikirkan Refald.

“Heh, kunyuk. Dia udah ada yang punya loh, kalau sampai Refald tahu, habis kau dibikin bergedel sama si super handsem itu!” Alex mengingatkan walau dalam hati, ia juga ingin dekat dengan wanita yang dulu pernah jadi pujaan hatinya.

“Aku tahu, justru Refald berpesan padaku untuk menjaga istrinya. Mau apa lu? Nggak terima?” ledek Yoshi.

“Masa sih? Kok aku nggak dititipin? Wah … awas saja kalau Refald kemari, aku mau protes sama dia.”

“Heh kadal bunting separoh. Ngaca dong, Refald nggak mau nitipin bininya ke elu, karena pasti bakal lu embat! Dasar nggak sadar diri!” Alex dan Yoshi malah gelud sendiri dan Fey terpaksa melerai mereka agar tidak memperdebatkan hal-hal yang tidak penting.

“Kalian bisa berhenti berdebat, nggak? Nggak masalah aku ikut mobil siapa asal kedua temanku harus tetep sama aku. Kalau nggak, aku bisa numpang mobil lainnya. Dan juga … aku bukan barang yang bisa dititipkan ke siapa saja. Sejak kapan Refald menitipkanku pada kalian? Dia bisa menjagaku dari jauh sekalipun dia tidak ada di sini. Untuk apa merepotkan kalian?” tanya Fey meluapkan apa yang mengganjal di hatinya.

Fey tahu betul, seorang Refald takkan begitu mudahnya menitip-nitipkan wanita yang ia cintai pada pria lain. Jelas itu bukan Refald. Gadis itu jadi semakin bingung sekarang. Refald tidak mengatakan apapun saat dibandara bahwa ia akan ikut hiking lewat rombongan laki-laki. Ini jelas aneh, sangat sangat aneh.

Saat Fey ingin mengkonfirmasi, ponsel Refald dan Eric malah mati sehingga tidak bisa dihubungi. Sekarang ditambah kabar tentang Refald yang katanya bakal menyusul hiking, initidak masuk akal.

“Ada apa ini? Kenapa ponselmu mati? Kau bilang tidak ikut hiking denganku, tapi kenapa kau malah mengatakan pada yang lainnya ikut? Yang benar yang mana?” tanya Fey pada dirinya sendiri dan ia sibuk dengan ponselnya sambil mengetik pesan untuk Refald dan isinya hampir sama seperti yang Fey ucapkan barusan.

Yoshi dan Alex saling pandang karena heran mendengar ucapan Fey yang seolah tak percaya pada apa yang mereka katakan. Jelas-jelas beberapa hari lalu, Refald datang dan mengatakan akan ikut hiking bersama. Tapi sehari sebelum keberangkatan, Refald bilang kalau ia akan datang terlambat dan yang lainnya diminta hiking duluan bersama Fey serta teman-temannya.

“Apa Refald tidak memberitahumu?” tanya Yoshi menatap tajam Fey.

“Tidak, aku melarangnya ikut karena kupikir aku ingin menghabiskan waktu dengan teman-temanku tanpanya. Ia juga sangat sibuk di Eropa. Tidak mungkin Refald ikut hiking kemari."

“Tapi 2 hari lalu Refald datang padaku. Dia ingin aku menjagamu sampai dia datang. Ucun juga diberitahu kalau dia ikut hiking meski datang terlambat.”Yoshi masih meyakinkan Fey kalau dia tidak bohong ataupun ngadi-ngadi.

Fey tertegun dan bingung. Ia menatap mata Yoshi dan jelas terlihat kalau seniornya tidak berbohong. Meski begitu, Fey tetap menghubungi orang-orang terdekatnya termasuk Leo, untuk mencaritahu keberadaan Refald. Sayangnya adik Refald itu juga tidak tahu di mana kakaknya sekarang.

Suasana jadi semakin rumit, apa yang terjadi pada Refald? Ke mana semua pasukan Refald sekarang dan apa yang direncanakan kekasih Fey ini sebenarnya.

Refald ... di mana kau? Apa yang sedang kau rencanakan? Batin Fey.

BERSAMBUNG

***

BAB 3 Gangguan Makhluk Astral

Karena Refald masih belum bisa dihubungi, Fey memutuskan untuk tetap pergi bersama dengan teman-temannya. Walau ia merasa ada yang aneh. Fey tidak boleh meninggalkan Mia dan juga Nura karena ia merasa bertanggungjawab atas keselamatan bestie-bestienya.

Semua orang sepakat pergi menuju gunung Ajn dan menginap di kediaman tante Ucun. Fey terus meningkatkan kewaspadaan mengingat Refald sama sekali tak bisa dihubungi. Para pasukan yang diminta Refald untuk menjaga Fey juga tak tampak.

“Ini sudah malam, hati-hati kalau berkendara,” ujar Alex mengingatkan. Ia yang duduk di samping Yoshi juga turut mengamati. Sementara Mia, Fey dan Nura duduk di bangku belakang.

“Tenang saja, aku sudah biasa berkendara malam,” jawab Yoshi masih sambil konsentrasi menyetir. “Astagah! Apa itu tadi? Kunti apa sundel bolong?” pekik Yoshi kaget dan sontak yang lain ikutan kaget juga tak terkecuali Fey.

“Ada apa?” tanya Alex karena ia tak lihat apa-apa. Yoshipun juga terus melajukan mobilnya di kegelapan malam.

Di luar memang sudah memasuki area hutan dan jalanan yang di aspal tidak lebar. Hanya cukup untuk dua mobil yang saling bersalipan.

“Coba putar ulang cctv mobil bagian depan,” pinta Yoshi. Sebagai anak pecinta alam yang hobi naik gunung, tentu hal-hal yang berbau horor dan mistis sudah tidak asing lagi bagi Yoshi.

Alexpun menuruti permintaan partnernya. Ia memutar ulang ccty di mulai dari jalanan sepi dan gelap gulita, yang terlihat hanyalah lampu sorot mobil. Sementara 2 mobil lainnya masih tertinggal di belakang.

Di menit pertama memang tidak ada apa-apa, suasana malam masih aman terkendali. Namun, di menit berikutnya, tepat ditikungan jalan, samar-samar di area lahan kosong dekat pohon bamboo di tepi jalan, terlihat sosok putih berambut panjang sampai kaki berdiri diam di tenga-tengah semak-semak.

“Astagfirullohal’adzim!” teriak Alex kaget. Sedangkan Nura dan Mia jangan ditanya, keduanya berteriak sambil menutup mata.

Hanya Fey yang tampak tenang dan terus memerhatikan dengan seksama sosok tak kasat mata tersebut dalam diam. Fey malah bernapas lega karena sosok itu bukanlah sosok yang ia kenal. Sungguh aneh gadis cantik yang satu ini. Disaat yang lain pada histeris melihat sosok astral paling menakutkan, Fey malah tampak biasa-biasa saja.

“Kau tidak takut Fey? Serem loh itu?” tanya Yoshi melalui kaca spion dan kebetulan melihat Fey baik-baik saja.

“Sudah biasa melihat yang seperti itu, jadi aku tidak kaget. Bukankah kita setiap hari berdampingan dengan mereka semua? Selama kita tidak mengganggu mereka, mereka tidak akan mengganggu kita.”

“Ya jelas dia nggak takut, pacarnya saja calon raja demit, ya dia pasti bakal jadi ratunya demit nanti,” bisik Nura mulai julid pada sahabatnya sendiri.

“Hus, diam kau. Jangan sampai terdengar orang lain. Kau bisa digodok sama Refald kalau kau ember,” cetus Mia dan pura-pura tidak tahu apa-apa soal siapa Fey dan Refald sebenarnya.

“Wah, aku salut, dulu pas waktu SMA kau penakut sampai salah menyebut kata sandi.” Yoshi mulai mengingatkan masa lalu yang bikin malu Fey.

Gara-gara itu, Fey jadi merindukan Refald. Ia kembali melihat layar ponselnya dan pesan yang ia kirim pada kekasihnya, masih centang 1. Sudah ribuan kali Fey memanggil-manggil nama Refald dalam hati, tapi yang dipanggil tak kunjung datang juga. Padahal sang pangeran demit itu berjanji akan datang saat Fey memanggilnya, kapanpun dan dimanapun. Bahkan tanpa dipanggil pun, bila Fey dalam kesulitan, Refald pasti akan datang dengan sendirinya.

“Refald masih belum bisa kau hubungi?” tanya Nura mengerti akan kegelisahan sahabatnya.

Fey menggelengkan kepalanya sambil bermuram durja. Ia mulai khawatir juga pada kekasihnya. Karena tidak bisanya Refald seperti ini. Namun, sebisa mungkin Fey harus terlihat tenang. Jangan sampai teman-temannya tahu akan apa yang Fey rasakan saat ini.

Begitu memasuki kawasan hutan pinus, mendadak Fey melihat ada banyak sekali pasukan tak kasat mata berjejer rapi di sepanjang sisi kanan dan kiri jalan yang Fey dan teman-temannya lewati. Sepertinya, hanya dia saja yang melihat sosok tak kasat mata itu.

Yang lainnya tidak bisa melihat kecuali mata batin mereka terbuka. Entah apa yang terjadi jika teman-teman Fey yang ada di dalam mobil ini melihat barisan makhluk astral seolah mereka sedang menyambut kehadiran mereka di tempat ini.

Astaga … mereka banyak sekali, ada apa ini? Batin Fey penuh waspada.

Walau hatinya sedikit takut, Fey harus melwan rasa takutnya dan tetap tenang. Jangan sampai terbawa emosi sehingga mengacaukan segalanya. Ia yakin dirinya dan teman-temannya tidak melakukan kesalahan. Sebab, sebagai anak pecinta alam harus tahu tata aturan ketika memasuki alam.

“Kak Yoshi, apa kita sudah permisi?” tanya Fey. Mendadak suasana menjadi tegang mendengar pertanyaan itu.

“Leh belum, harusnya kita permisi saat melewati perbatasan tadi. Bagaimana ini?” tanya Yoshi was-was. Ia langsung mengambil ponsel dan mengkomando yang lain untuk permisi masuk ke area yang bukan ranah mereka.

“Tidak apa-apa, sebelum memasuki desa, kita berhenti di gapura. Kak Alex bawa bunga, kan?” tanya Fey.

“Aku bawa,” ujar Nura.

“Aku juga bawa,” sahut Mia dan aksi kedua teman Fey mengundang decak kagum Yoshi dan Alex. Pasalnya, 2 senior ini lupa tak menyiapkan hal semacam itu.

“Hei kalian berdua? Bisa pas gitu kalian bawa bunga? Untuk apa coba? Kalian tak berencana mandi kembang di hutan, kan?” tanya Yoshi heran.

“Sebelum datang kemari, kami sudah mempelajari area sekitar sini, budaya dan adat istiadatnya juga harus kita ketahui agar kita tidak melakukan kesalahan yang berakibat fatal. Ingat KKN Desa Penari, kan? Kami tidak ingin berakhir seperti mereka makanya sebelum ke tempat baru, kita harus tahu seluk beluk tempat itu. Untuk itulah kami bawa bunga, sebagai syarat masuk ke area yang bukan tempat kebiasaan kita di sini. Bukan untuk mandi kembang, tampa mandi kembangpun aura kami sudah paripurna kok,”jelas Mia sambil sedikit narsis.

“Wah wah … kalian pintar juga, siapa yang mengajari kalian?” tanya Alex merasa kalah dengan juniornya.

Nura dan Mia kompak menunjuk wajah Fey. “Dia,” ujar mereka bersamaan. Yoshi dan Alex jadi saling pandang.

“Tinggal di Jepang ternyata telah membuatmu jadi cenayang ya Fey, jadi pengen kesana, siapa tahu aku bakal jadi dukun yang handal.” Entah ucapan Yoshi ini suatu pujian atau ledekan, Fey tak menanggapinya dengan serius.

Pikirannya saat ini hanya berkonsentrasi pada apa yang akan ia hadapi nanti apalagi saat ini, tidak ada Refald disisinya. Apapun yang terjadi, Fey hanya berharap kekasihnya itu baik-baik saja dimanapun ia berada.

Dua mobil lainnya ikut berhenti di tempat Fey dkk berhenti. Setelah ngobrol sejenak, akhirnya mereka semua melakukan ritual adat yang harus mereka lakukan sebagai bentuk penghormatan pada penunggu wilayah ini agar apa yang akan mereka lakukan nanti, berjalan lancar tanpa kendala. Tentu saja, juga disertai doa dan kepercayaan masing-masing.

Kelompok anak-anak pecinta alam iini sudah diajarkan harus saling menghormati perbedaan keyakinan serta toleransi adanya ragam budaya yang terdapat di setiap wilayah. Sebab. Budaya daerah yang satu dengan lainnya pasti tidak sama. Makanya, anak-anak pecinta alam dianjurkan menghormati adat-istiadat yang terdapat di wilayah dimanapun langkah kaki berpijak tanpa harus menyombongkan diri.

“Hanya menaburkan bunga saja, kan? Nggak ada ritual-ritual yang lain? Takutnya nanti menjurus ke arah …”

“Tidak ada, kita tadi lupa tidak permisi dulu saat masuk gerbang perbatasan,” sela Fey dengan tenang. “Makanya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, kita taburkan bunga di sini. Untung Mia dan Nura bawa untuk jaga-jaga kalau hal ini terjadi.” Fey menatap semua sosok yang berdiri diam jauh di dalam hutan dari balik punggung Ucun.

Sosok-sosok tersebut satu persatu menghilang seolah yang mereka minta telah terpenuhi. Fey akhirnya bisa bernapas lega. Gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangan sambil menghela napas panjang.

“Syukurlah,” gumam Fey. Meski masalah kecil ini bisa ia atasi dengan baik tanpa Refald. Tetap saja Fey berharap kekasihnya itu bisa datang ke sini secepat mungkin.

“Fey! Ayo masuk! Kita akan melanjutkan perjalanan lagi!” seru Yoshi dan Fey langsung berlari masuk ke dalam mobil tanpa ia tahu, jauh di dalam hutan, ada sosok makhluk berambut panjang dan berekor ular, sedang mengintai Fey.

BERSAMBUNG

****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!