Fey langsung sewot melihat kekasihnya tersenyum. “Ngapain kamu senyam senyum begitu? Apa kau menemukan cara kita kembali ke dunia nyata?” tanyanya.
“Tidak, aku bahkan tidak tahu bagaimana caranya kita bisa kembali. Tapi … aku rasa, kita tak perlu buru-buru, nikmati saja apa yang ada di sini sembari mencari diriku yang satunya. Sebab, dia juga terjebak di sini. Bukan hanya kita saja.”
“Bagaimana kalau dia pergi tanpa kita?”
“Nggak akan, dia nggak akan bisa kembali atau keluar dari sini tanpa kita. Begitupula sebaliknya. Kita datang bertiga, saat pergi juga harus bertiga pula. Bagaimana kalau kita bersenang-senang di sini Honey. Sambil mencari Refald palsu. Kapan lagi kita bisa melihat pemandangan sebagus ini. Di dunia nyata belum tentu ada loh.” Refald tersenyum senang.
Awalnya Fey sewot dengan sikap santuy kekasihnya yang menganggap enteng masalah ini seolah tidak terjadi apa-apa. Tapi bagi Fey, ia merasa aka nada bahaya yang mengintai mereka. Mana ada manusia biasa yang bisa bertahan hidup di dunia lain yuang jelas bukan dunia manusia. Mustahil sekali. Makanya Fey sangat cemas dan ingin cepat-cepat kembali.
Namun, sekali lagi, Refald menegaskan kalau mereka berdua bakal baik-baik saja dan pasti akan kembali ke dunia nyata bila sudah waktunya.
“Honey, percayalah padaku. Kita akan baik-baik saja. Anggap kita sedang liburan. Apa kau tidak sadar? Tidak ada yang mengganggu kita sekarang. Tidak ada Pak Po dan yang lainnya. Hanya ada kau dan aku saja di sini.”
“Tapi …”
“Ssssst!, pokoknya, percayakan semuanya padaku.” Lagi-lagi Refald tersenyum manis dan menggandeng tangan Fey untuk pergi jalan-jalan.
Lelah berdebat dengan Refald, akhirnya Fey menurut saja. Iapun terpaksa mengikuti kemanapun Refald pergi. Kadang Refald membawa Fey sambil terbang, kadang jalan-jalan, bahkan kadang berlarian ala-ala MV sountrack lagu India.
Pokoknya, di dunia lain yang tidak nyata tapi sangat memesona ini, hati Refald sangat senang dan berbunga-bunga. Tidak biasanya pangeran demit itu seceria ini.
Setelah puas jalan-jalan, akhirnya mereka berdua duduk-duduk santai di bawah pohon beringin sambil menikmati indahnya danau yang di kelilingi banyak sekali tumbuhan dan bunga-bunga mekar berwarna-warni.
Bohong kalau Fey tidak suka tempat seindah ini. Ia pun ikut terhanyut akan suasana tenang yang menentramkan saat menikmati panorama menakjubkan ala negeri-negeri dongeng.
“Minumlah ini, Honey. Aku memetiknya langsung dari pohonnya. Rasanya segar sekali,” ujar Refald sambil menyerahkan pohon kelapa muda yang sudah dipotong bagian atasnya.
“Gimana cara minumnya? Sedotannya mana? Atao sendok kek untuk ngambil daging kelapa mudanya.”
“Aku tidak bawa sendok, sudah, minum saja trus untuk ngambil daging kelapa mudanya kerok pakai kulit kelapanya yang habis ku cuci. Sama aja dengan sendok kok.” Refald memberikan contoh bagaimana cara meminum air kelapa langsung tanpa sedotan ataupun sendok.
Wajah Fey melongo melihat kekasihnya meminum air kelapa muda seteguk demi seteguk sampai airnya merembet dari mulut Refald melewati bagian lehernya sampai membasahi bajunya. Refald benar-benar sangat seksi sampai Fey tak berkedip melihatnya.
“Kau lihat apa Honey? Aku seksi kan?” godanya seakan tahu apa yang dirasakan Fey sekarang.
“Dasar GeEr!” cetus Fey dan ia juga mempraktekkan apa yang dilakukan Refald barusan. Namun karena kurang hati-hati, Fey tersedak sehingga membuat air kelapa muda itu tumpah ruah dan mengenai wajah Fey sampau basah kuyup. Tentu saja Fey langsung gelagapan seolah ia sedang mandi air kelapa.
Melihat hal itu, Refald langsung tertawa terbahak-bahak dengan kelucuan tingkah kekasihnya. Ia bahkan sampai memegangi perut saking lucunya ekspresi Fey saat terguyur air kelapa.
“Ketawa saja terus! Puas kau ha!” sentak Fey mulai sewot. Bajunya jadi basah kuyup karena tumpahan air kelapa dan ia tak punya pakaian ganti.
Lebih mengesalkan lagi, Refald malah menertawainya. Fey sungguh sangat kesal sekali pada Refald. Iapun memutuskan pergi nyelonong begitu saja untuk menepis rasa kesalnya. Sudah terdampar di dunia lain, dikerjain pacar pula, wanita mana yang tidak kesal.
Karena sang pujaan hati sedang ngambek, Refaldpun melesat cepat menyusul kepergian Fey. Pria tampan itu langsung melepas jaket tebalnya dan memakaikannya pada Fey agar gadis itu tidak kedinginan.
“Jangan marah Honey. Di ujung sana ada desa tempat banyak orang tinggal. Kita bisa pinjam beberapa baju untuk ganti sambil menunggu pakaian kita ini kering oke.”
Fey berhenti berjalan dan menatap tajam mata Refald. “Apa maksudmu di ujung sana ada desa? Apa mereka semua manusia?” tanyanya bingung.
“Aku tidak tahu kita sebenarnya ada di mana, tapi menurut prediksiku, kita ada di dunia masa depan. Menurutku sih begitu.”
“Masa depan? Tahun berapa?” Fey tercengang antara percaya dan tidak percaya. Tapi kalau bersama dengan Refald, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Ia juga penasaran, masa depan itu seperti apa.
“Entahlah, aku tidak tahu ini tahun berapa. Bagaimana kalau kita cari tahu sama-sama. Tapi jangan ngambek lagi.” Refald memeluk Fey sehingga hati gadis itu luluh juga.
Pasangan sejoli itu pergi menuju ke desa terdekat yang ada di sekitar area hutan ini sambil mencari-cari keberadaan Refald satunya. Fey benar-benar terkejut kalau di sini ada desa juga. Hanya saja desanya tampak sepi dan tidak banyak penghuninya. Padahal ini masa depan, tapi kenapa seperti zaman kuno.
“Ini desa apa kuburan? Sepi sekali,” gumam Fey.
Sudah lama berjalan tapi ia tak bertemu dengan satupun penduduk desa. Mana suasananya angker pula.
“Bersiaplah Honey, kau akan kaget setelah tahu siapa yang akan kau temui,” ujar Refald sambil senyam-senyum sendiri.
“Memangnya siapa yang akan kita temui? Apa aku kenal?” tanya Fey penasaran.
“Gimana ya jelasinnya. Pokoknya, lihat sajalah.”
“Aku lapar, apa di sini ada yang bisa kita makan?” rengek Fey manja. Perutnya sudah keroncongan sejak tadi.
“Kita makan di warung itu,” tunjuk Refald di sebuah warung sepi.
“Kenapa bukan yang di warung ramai itu? kalau ramai pasti masakannya enak.”
“Belum tentu, ingat Honey, kita tidak tahu apa yang menyebabkan warung itu ramai daripada warung yang ada didepannya. Sebaiknya kita cari tempat sepi saja supaya keberadaan kita di sini tidak dianggap aneh.”
Ucapan Refald masuk akal juga. Tidak ada alasan bagi Fey untuk menolak usulan Refald. Mereka berdua duduk di warung sepi dan memesan sepiring nasi. Fey memilih nasi rames begitupula dengan Refald. Tapi sebelum itu, Refald memastikan ada di mana dulu mereka sekarang.
Syukurlah masih ada di wilayah satu negara dengan tempat tinggal Fey dan refald di dunia nyata sehingga mereka tidak kesulitan untuk membayar makanan yang mereka pesan. Hanya saja, pemilik warung itu heran dengan mata uang yang Refald gunakan saat membayar.
“Mata uang ini masih ada ya, kirain sudah nggak dipakai lagi,” ujar si pemilik warung dengan ramah.
“Memangnya sudah ada mata uang baru ya Mang?” tanya Refald tak kalah ramah.
“Sudah, tapi uang kayak gini sudah jarang yang pakai sih. Tapi nggak apa-apa. Masih laku kok. Meski jarang yang punya. Itung-itung buat koleksi. Kalian berdua pendatang baru, ya?” tanyanya.
“Iya Mang, kami hanya kebetulan lewat sini.”
“Oh gitu, ya sudah, silahkan nikmati makanannya. Kalau butuh apa-apa, tinggal panggil saja. Terimaksih loh sudah mau makan di sini,” ujar sang pemilik warung tampak berkaca-kaca karena ada pelanggan yang mau makan di warungnya.
“Padahal masakannya enak loh, tapi kenapa sepi pembeli?” tanya Fey heran dan ia kaget saat melihat ada makhluk tak kasat mata memelototinya.
BERSAMBUNG
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Dede Dahlia
tapi memang mendekati fakta kalau warung sepi pasti ada apa²nya semisal jampi² atau ngga ada mahkluk tak kasat mata yg membantunya biar laris & yg warungnya sepi ada yg sirik .
2024-02-01
1
‧✮nuna_Ghieta❥
lah iya
klo rame sering pakek pengiris
2024-01-03
1
Berdo'a saja
yang rame pakek penglaris
2023-12-07
0