seventeen

...•••...

Telinga Aeli tidak lagi mendengar suara musik yang masih mengalun indah pada pengeras suara. Semuanya teredam hanya karena satu manusia yang kini hadir di depannya, menatap lekat dirinya, memeluk pinggangnya, dan menuntunnya untuk berdansa.

Di bawah cahaya temaram yang terus berganti warna, di tengah romantisnya suasana yang tercipta, Aeli dapat mendengar detak jantungnya berdegup teratur namun cepat.

Satu tangannya menumpu di bahu lelaki itu, sedang satunya menyatu dengan tangan kekar yang menggenggamnya lembut. Rasa marah, cemas, takut yang beberapa detik lalu dia rasakan berangsur menghilang. Kini hanya ada rasa nyaman dan tenang.

“Maaf saya telat, Li.” Sky menutur pelan.

Tanpa sadar suara lembutnya membuat mata Aeli berkaca-kaca. “Gue nungguin lo dari tadi. Gue nggak mau dansa sama orang lain selain lo, nggak sudi.”

“Iya, saya udah di sini buat kamu sekarang. Tenang, ya.” Aeli mengangguk. Ekspresinya persis anak kecil yang berhasil dibujuk oleh orang tuanya.

Senyum manis Sky terukir. Jika bukan karena Tirta yang rempong menyeretnya ke depan untuk bertemu seseorang, sudah pasti dia tidak akan terlambat dan Aeli tidak mungkin terlihat sesedih ini sekarang.

“Tadi Sky dansa sama siapa sebelum gue? Cantik ceweknya?” tanya Aeli serius.

Melihat raut polos bercampur tatapan menyelidik yang Aeli lempar membuat kekehan pelan lolos dari bibir Sky.

“Saya nggak dansa sama siapapun,” balasnya.

“Bohong.”

“Enggak.”

Aeli menatap mata Sky sengit, mencari kebohongan yang mungkin tidak cowok itu katakan.

“Saya tadi dari depan, beneran nggak tau kalau acara dansanya udah mulai. Pas saya masuk ternyata udah pada dansa sama pasangan masing-masing,” jelas Sky.

Aeli berdecak tidak suka. “Gue nggak sama pasangan, ya. Temen lo itu aja yang nggak tau diri tiba-tiba narik gue. Lo nggak tau kan se-risih apa gue disentuh-sentuh sama dia? Kalau ada patokan dari angka 1 sampai 10, gue udah di angka seribu.”

Aeli monyong. “Temen lo bilangin kek, kalau nggak punya pasangan nggak usah rebut pasangan orang. Mending kalau yang direbut doyan sama dia, kalau nggak? Nyebelin banget tau.”

Sky diam. Dia sempat melihat semuanya. Jangan tanya sekaget apa dirinya melihat Aeli berdansa bersama Dipta. Kaget pakai banget. Bangetnya kuadrat.

Namun saat MC acara mengintruksikan untuk berganti pasangan dan kala dia melihat Aeli melepaskan diri dari Dipta, Sky langsung mendekat tanpa ragu. Menarik Aeli sebelum ada orang lain yang mengambil gadis itu darinya untuk kedua kali.

Untuk malam ini, Sky ingin egois. Dia memilih Aeli dan Aeli memilihnya. Maka Aeli hanya bisa bersamanya. Bukan orang lain.

“I'm sorry,” lirih Sky.

Aeli memasang senyum manis, menggeleng. “Lo nggak salah. Makasih udah tepatin janji lo untuk balik buat gue.”

Gadis itu merapat, berjinjit hingga posisi wajahnya berada tepat di dekat telinga Sky. Detik berikutnya bisikan lembut Aeli mengalun indah di telinga lelaki itu.

“Dan makasih karena nggak dansa sama cewek selain gue.”

...•••...

Aeli kini sudah berada di parkiran gedung, berniat pulang. Jarum jam sebentar lagi menunjuk angka sebelas dan tamu undangan lain pun mulai meninggalkan gedung dengan kendaraan mereka masing-masing.

Gadis itu mengamati manusia-manusia yang seliweran di depannya sembari duduk tenang di jok motor Sky. Beberapa menit lalu Sky izin untuk memberikan kunci rumah pada Rey. Karena tadi Sky keluar terakhir dan memang sedang tidak ada siapapun di rumah. Orang tua si kembar sedang ada urusan pekerjaan di luar kota. Rey akan pulang duluan sedangkan Sky harus mengantar Aeli lebih dulu.

Mata Aeli tak sengaja menangkap figur Dipta dan Claudia menuju area parkir. Tatapannya berubah datar, mengingat kelakuan Dipta tadi membuatnya ingin menelan orang.

“Udah punya pasangan gitu masih aja gangguin orang. Udah emang paling klop dah kalian. Kuman menjijikkan, mirip kecoa terbang juga gue liatin lama-lama,” oceh Aeli gregetan.

“Ngapain juga gue liatin lama-lama? Kagak penting amat. Mending gue liatin Sky. Udah ganteng, sopan, lembut, lucu, imut lagi. Paket komplit banget emang calon gue.” Aeli tersenyum malu.

“Aeli.”

Gorila. Sejak kapan Sky muncul di sebelahnya?

“Loh, udah balik?” tanya Aeli, terkejut setengah mampus. “Sky nggak denger omongan gue barusan, kan?”

“Udah. Pulang sekarang, ya.”

Aeli meneguk ludah. Jika dilihat dari gelagat Sky sih, kayanya dia nggak dengar. Semoga saja.

“O-okey.”

Aeli menggigit bibir bawahnya seraya menyingkir jok motor Sky. Dia mendesis pelan merutuki ucapannya yang dengan sangat percaya diri menyebut Sky sebagai calon. Bagaimana jika Sky dengar dan ilfeel, lalu malam ini menjadi malam terakhir hubungan mereka yang tidak jelas. Aish, Aeli selalu saja berpikiran yang tidak-tidak.

Masalahnya ini Sky, cowok itu sulit ditebak menurutnya. Bisa saja kan Sky bersikap biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa padahal dalam hati menertawakan kepercayaan diri Aeli yang sudah melambung tinggi ke luar angkasa.

Anjir.

Tubuh Aeli langsung membatu kala Sky tiba-tiba meletakkan sesuatu di kedua pundaknya. Aeli melirik, tuxedo yang tadi Sky pakai kini sudah berpindah ke tubuhnya.

“Biar kamu nggak masuk angin,” kata Sky. Tak lupa dengan senyum manis yang terpasang.

“T-terus lo gimana?” tanya Aeli khawatir.

“Saya pakai sweater. Nggak papa, itu kamu pakai aja.” Sky berusaha menghapus kekhawatiran Aeli.

Saat Sky sibuk menghidupkan mesin motor, Aeli malah sibuk memperhatikan tuxedo Sky. Senyumnya terukir, wangi parfum cowok itu jadi menempel di tubuhnya dan dia suka. Apalagi wanginya bener-bener kesukaan Aeli banget. Mungkin kapan-kapan Aeli akan bertanya parfum apa yang Sky pakai sampai wanginya bisa manis begitu.

Kapan-kapan, kalau mereka sudah jadian.

Hehe.

•••

“Claraaaa!”

Seruan panjang yang tiba-tiba mengisi ruang kelas itu membuat penghuninya terlonjak. Kebingungan menyelimuti begitu melihat Aeli datang dengan wajah semringah seperti habis mendapat lotre milyaran dolar.

“Babunya monyet! Sini lo!” panggil Clara membuat seisi kelas mati-matian menahan tawa. Tanpa disuruh pun Aeli akan datang sih, tempat duduk mereka kan bersebelahan.

“Duduk!”

Wajah semringah Aeli berubah julid saat Clara menarik tangannya hingga dia terduduk dengan kasar di atas kursi. Agak sialan memang sahabatnya yang satu ini.

“Apasih?” geram Aeli.

“Jawab gue Faye Aeliya Chandra. Semalam lo serius dansa sama Dipta?”

Clara langsung bertanya ke intinya, bahkan menyebutkan nama lengkap Aeli se-marga-marganya. Itu berarti Clara sedang sangat serius dan tingkat keseriusannya sudah mencapai level dewa.

“Semalem gue nggak liat lo di acara, lo di mana? Udah pulang duluan?” Tanpa menjawab pertanyaan Clara dan tanpa beban Aeli mengubah topik.

“Gue gampar ya, Li. Jawab.”

“Loh gue serius. Gue beneran nggak liat lo sama sekali.”

Clara menatap Aeli sengit. “Gue pulang duluan. Adik gue rewel. Sekarang jawab pertanyaan gue, gausah balas nanya.”

Aeli ber-oh panjang. “Pantes gue gak liat lo di sana. Adik lo rewelnya suka nggak tau waktu, ya. Kalau gue jadi lo sih udah gue tukar tambah itu bocah ke OLX.”

Kan. Aeli kalau sudah nyebelin ya beneran nyebelin mampus. Nggak ada cara lain, Clara terpaksa membalasnya dengan teknik yang sama.

“Gue semalem pas di rumah juga kaget banget liat berita lo dansa sama Dipta di-up di akun FI. Ada fotonya tapi nggak seberapa jelas, makanya gue mau mastiin ke lo langsung.”

Aeli manggut-manggut. “Berarti pas itu orang tua lo juga ada di rumah? Terus kenapa tuh bocah geger banget minta lo balik?”

“Siluetnya lo sama Dipta banget anjir. Yang ngajak siapa? Gila bukannya lo pasangan sama Sky?”

“Terus pas lo udah balik dia minta lo ngapain? Kayang? Gak jelas banget dah adik lo.”

“Dipta ngajak lo dansa duluan beneran halu banget sih anjir. Tapi lo ngajak Dipta duluan lebih mustahil dari mustahil. Pasti kalian pada buta sampai nggak ngenalin pasangan masing-masing.”

“Sayang banget ya karena si bocil lo nggak jadi dansa sama cowok lo. Huhu jangan sedih Clar, gue tau lo strong.” Aeli memeluk Clara erat.

“Si Sky gimana ya pas itu? Perasaannya sakit nggak ya liat lo dansa sama temennya?”

“Iya tau lo pasti sakit hati banget sekarang. Kalem aja, kalau lo mau nangis sekarang juga nggak papa kok.”

Jena, Rona, dan Friska yang sejak tadi mendengar percakapan konyol Aeli dan Clara hanya bisa melongo di tempat. Jujurly mereka sendiri bingung bagaimana bisa dua orang itu bisa nyambung membicarakan topik bahasan yang berbeda.

“Lain kali kita coba kaya gitu seru kali, ya,” ceplos Jena.

“Seru kagak ngelu iya.” Friska menyahut.

“Gue yang denger aja pusing, mereka yang ngomong bisa keliatan enjoy bat dah,” ujar Rona yang tengah asik mengunyah permen karet.

“Tapi menurut lo pada yang Aeli sama Dipta dansa bareng itu beneran nggak sih?” Jena kepo.

“Asli itu beneran njir. Gue liat dengan mata kepala gue sendiri kalau si Dipta narik Aeli buat dansa,” jawab Rona yakin.

“Lah bukannya Aeli sama Sky?” Jena bertanya lagi.

“Sky nyapa temen-temennya pas itu. Terus nggak tau kenapa nggak balik-balik sampai acara dansanya mulai.” Kali ini Friska yang menjelaskan.

“Kan Dipta bareng Claudia, kenapa malah ngajak Aeli dansa?”

“Lo tanya gue, gue tanya siapa? Orang gue juga kaget banget pas itu. Secara mereka dansanya di sebelah gue sama Okan, sat.”

“Sebenarnya yang ambil foto mereka itu ....” Friska mepet ke dua sahabatnya. “Gue.”

“Hah? Serius anda?” kejut Jena.

“Sssht, diem-diem aja. Aeli denger kelar gue.” Jena langsung membungkam mulut.

“Beneran elo?” Rona bertanya dengan suara pelan.

Friska menyengir lalu mengangguk. “Berita hot gitu mana mungkin gue lewatin. Tapi pas waktunya ganti pasangan, Aeli udah sama Sky. Dipta ... sama Claudia kalau nggak salah. Nggak tau nggak gue perhatiin.”

“Jangan bilang Dipta suka sama Aeli?” Pertanyaan Jena yang tanpa sadar meninggikan suaranya menjadi perhatian seisi kelas. Termasuk Aeli yang mendengar namanya disebut-sebut.

“Gibahin gue lo pada?” Pertanyaan Aeli membekukan lidah mereka. Terciduk tengah membicarakan Aeli lebih mengerikan loh daripada terciduk guru BP.

“Hei,” panggil Aeli kala ketiganya tak kunjung menjawab. Jena, Rona, dan Friska malah melempar tatap satu sama lain.

“Mmm, nggak kok, Li. Jena salah sebut aja tadi.” Friska memasang senyum, meski dalam hati ketakutan setengah hidup.

“Ada Dipta-nya juga tuh. Berarti nggak salah sebut.” Clara menyahut.

“Iya, Li. Tadi gue ngomongin lo, tapi nggak yang jelek-jelek kok. Kita kaget aja pas tau berita lo di FI,” balas Jena setenang mungkin. Nggak tahu aja teman-temannya sudah gemeteran.

“Kenapa kaget?” tanya Aeli lagi. Wajah datarnya itu loh, bikin ketar-ketir.

“Gimana nggak kaget secara ratu bully—eh maksud gue ratu Flourst sama raja Flourst dansa bareng. Tapi serius Li, lo sama Dipta cocok pakai banget!” Jena mengangkat dua jempolnya.

“Anjim, tenang banget nih orang.” Rona membatin.

“Najong! Gue cocoknya sama Sky, bukan si kuman. Nggak usah ngada-ngada lo semua,” balas Aeli terang-terangan.

“Sekali lagi gue denger dari kalian ada yang cocok-cocokin gue sama cowok itu, siap-siap aja tanggung konsekuensinya.” Aeli tersenyum datar. Memilih mengabaikan teman sekelasnya tersebut.

Untung saja Aeli hanya tahu dia sedang dibicarakan oleh mereka. Jika Aeli juga tahu bahwa yang menyebarkan fotonya dan Dipta adalah Friska. Kelar sudah anak itu.

“Untung anonymous,” batin Friska lega.

...•••...

Aeli berjalan tenang di koridor sekolah tanpa mempedulikan gosip tentang dirinya yang membuatnya menjadi pusat perhatian. Toh selama ini Aeli juga sering diperhatikan, tidak ada yang aneh.

Jujur saja, Aeli gabut. Si Clara kampret sedang pacaran dan meninggalkannya sendirian. Dia jadi bingung harus melakukan apa. Mau ke kantin sendiri malas, tapi dia juga ingin bertemu Sky. Maka dia memutuskan untuk menggerakkan kaki menuju ladang makanan itu agar bisa melihat pujaan hatinya.

Senyum Aeli merekah melihat figur Sky di meja kantin. Dia tampak sedang bersama Dylan, Fabian, dan Rey. Tidak ada Dipta dan Tirta. Baguslah. Setidaknya Aeli tidak perlu melihat wajah kuman itu jika ingin caper di depan Sky.

Lantas Aeli memutuskan untuk mendekat. Baru berjalan beberapa langkah, dia mendadak berhenti saat tak sengaja mendengar namanya disebut-sebut. Keningnya mengerut tipis, tiba-tiba muncul jiwa Aeli ingin menguping.

“Keren lo ya, Sky. Bisa deket banget gitu sama Aeli. Pakai pelet apa lo?” tanya Dylan.

“Iya ya, aneh nggak sih liat lo bisa gampang banget deketin dia.” Kali ini Rey yang berbicara.

Sky hanya geleng-geleng sambil mencomot makanan di atas piring. Belum berniat menyahut.

“Eh serius. Lo beneran nggak punya perasaan apa-apa sama Aeli? Nggak niat pacarin dia gitu?” tanya Fabian.

“Tau lo. Ceweknya udah baper gitu nggak lo tembak-tembak,” ceplos Dylan.

“Emang harus, ya?” Sky akhirnya membuka suara.

“Loh ya harus lah. Lo emang nggak pengen pacaran sama dia? Seorang Aeli loh ini,” heran Dylan.

“Gue nggak mungkin pacaran sama dia.”

Tubuh Aeli menegang mendengar kalimat yang Sky lontar, jantungnya langsung berdegup cepat seperti pacuan kuda.

“Jadi selama ini lo ngapain ladenin dia? Gue pikir lo juga suka sama dia.” Fabian terkaget-kaget.

“Gue nggak tau.”

Kenapa kalimat itu menyesakkan hati Aeli, ya?

“Nggak tau gimana sih anjir? Nggak tau kenapa lo ladenin dia? Lo gabut?” kesal Rey.

Sky memilih bungkam. Tanpa sadar diamnya Sky membuat Aeli berpikiran macam-macam. Tahan, Aeli tidak boleh gegabah dan pergi begitu saja. Dia harus mendengar semuanya agar tidak salah paham.

“Wah parah lo, Sky. Lo nggak liat selama ini Aeli nunjukin banget kalau dia suka sama lo. Nggak kasian tuh anak orang lo PHP-in?” ceplos Dylan.

“Gue cuma berusaha bersikap baik.”

Aeli membeku mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Sky. Dia tidak menyangka Sky yang dia suka akan mengucapkan kalimat sialan itu. Sakit? Jangan ditanya. Rasanya Aeli ingin mengumpat keras dan melampiaskan kekesalannya sekarang juga.

Segera Aeli menyeka setitik air mata yang jatuh, mematri langkah dan melenggang pergi meninggalkan area kantin. Seharusnya dia memilih pergi sejak tadi, setidaknya hatinya tidak akan sesakit ini.

“Cuma sebatas itu? Yakin?” tanggap Fabian.

“Gue ....” Sky menghela nafas. Ragu untuk melanjutkan.

“Jujur aja nyet gausah bohong. Cuma kita bertiga doang yang denger.”

Sky menatap Dylan, Fabian dan Rey secara bergantian. Mereka ini bisa dipercaya tidak sih?

“Lo nggak serius kan pas bilang lo cuma berusaha bersikap baik? Ya gue tau lo baik sama semua orang. Tapi suwer, kalau sama Aeli lo baiknya beda. Lagian lo juga nggak mungkin gabut doang, kan?” Rey menutur panjang. Hidup bersama Sky dari orok membuat Rey hafal betul sikap kembarannya itu.

“Gue juga nggak tau. Gue bingung sama perasaan gue,” balas Sky akhirnya.

“Ngapain bingung? Suka suka nggak nggak.”

Sky bukan tipe orang yang terbuka pada orang lain tentang perasaannya. Dia lebih banyak memendamnya sendiri dan menyimpan semuanya sendiri.

“Gue ngerasa nggak pantes sama Aeli,” aku Sky akhirnya.

“Loh kenapaaaa?” lontar mereka bertiga serentak.

“Ngerasa nggak pantes aja.”

Fabian berdecak kesal. “Pasti lo ngerasa rendah karena hampir semua murid ship-in Aeli sama Dipta, kan? Apalagi karena berita mereka di FI. Udah sih nggak usah lo pikirin. Orang Aeli sukanya sama lo bukan sama Dipta. Kalau Dipta suka sama Aeli ya terserah dia lah.”

“Tau lo, bocil. Mulut orang kok lo pikirin. Dengan sikap lo kaya gini yang ada malah nyakitin Aeli. Dia juga butuh kepastian, bukan cuma dibaikin doang!”

Sky kembali diam. Jujur, kejadian semalam sedikit mengganggu dirinya. Bukan hanya karena banyak murid yang mendukung Aeli dan Dipta, melainkan karena Sky takut jika Dipta memang menaruh perasaan lebih pada Aeli. Demi tuhan, Sky tidak ingin mereka sampai berkonflik jika yang dia pikirkan benar adanya.

“Gue tanya sekali lagi, Sky. Jawab jujur pokoknya.” Rey menegaskan. “Lo suka kan sama Aeli?”

Sky masih diam hingga berdetik-detik terlewat. Membuat Dylan yang pada dasarnya tidak sabaran greget sendiri.

“Jawab elah, lama lo!”

Hingga akhirnya, anggukan pelan Sky menjawab pertanyaan mereka.

“Iya. Gue suka sama Aeli.”

...•••...

Terpopuler

Comments

miyura

miyura

ya.. udah terlanjur salah paham..

2023-10-09

0

Erni Fitriana

Erni Fitriana

nyatain sky...kasian aeli udah baper duluan

2023-09-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!