fifteen

...•••...

Sejak tadi Aeli sudah melakukan banyak hal bersama Sky. Mulai dari keliling di toko buku, berkeliling pusat perbelanjaan, bermain di timezone dan berakhir singgah di salah satu cafe yang ada di dalam mall untuk mengisi perut.

Saat ini Sky sedang sibuk melihat-lihat buku menu, memilah apa saja yang akan dia pesan. Sedangkan Aeli masih menumpu dagu dengan tangan, menyorot Sky dalam-dalam.

Sky mulai beberapa menyebutkan pesanannya pada waitress. "Oh ya, Aeli. Kamu mau pesen apa?" tanya Sky.

"Hm? Samain aja sama punya lo," sahut Aeli sekenanya. Memandangi Sky lebih menarik daripada memilih menu makanan. Jujurly, hanya dengan memandangi Sky pun Aeli sudah kenyang.

Bucin banget memang.

"Minumnya?"

"Em." Aeli menatap buku menu di depannya lalu menunjuk salah satu minuman. Sky menyebutkan pesanan Aeli pada waitress.

"Saya ulangi pesanannya ya, Kak," ucap waitress. "Beef teriyaki dua, chicken spinach omelette in muffin dua, americano ice satu, dan salted vanilla chocolate ice satu. Apa ada tambahan lain, Kak?"

Sky menggeleng.

"Baik, mohon ditunggu, ya. Terima kasih." Setelahnya waitress tadi meninggalkan meja Sky dan Aeli.

Fokus Aeli masih terpusat pada Sky, dan Sky menatapnya sebentar kemudian memperhatikan cafe yang mereka tempati sekarang.

"Kamu sebelumnya sudah pernah ke sini?" tanya Sky menarik Aeli dari dunianya.

"Belum, kenapa?" Aeli balas bertanya.

"Menurut saya, dari banyaknya cafe yang ada di sini, cuma cafe ini yang punya menu paling cocok di lidah saya."

"Oh ya? Sky sering ke sini berarti?"

"Lumayan sering. Hampir setiap weekend saya ke sini."

Kening Aeli mengerut. "Pergi sendiri?"

"Kadang sendiri kadang bareng temen-temen."

"Cowok atau cewek?"

"Dua-duanya."

Mata bulat langsung Aeli membola. Benarkah?

"Tapi kalau yang cewek paling pacar-pacarnya temen saya."

"Bukan pacar lo?"

Sky balas menggeleng. "Bukan. Saya nggak punya pacar," jawabnya enteng.

"Oh ...." Syukurlah pikiran kampret Aeli tidak terealisasi.

"Gue juga hampir setiap minggu pergi ke mall ini, tapi kok gue nggak pernah ketemu lo, ya?" tanya Aeli.

"Oh, ya? Saya juga nggak pernah ngeliat kamu di sini sebelumnya."

"Gue lebih sering main ke toko buku sama akuarium sih. Apalagi setiap ada pertunjukan putri duyung. Wah, beneran gak boleh ketinggalan."

"Kamu suka liat putri duyung?"

Aeli mengangguk antusias. "Suka banget! Pas kecil gue pernah punya cita-cita jadi putri duyung malah. Sayang banget putri duyung itu cuma sebatas makhluk mitologi."

"Unik ya, cita-cita kamu."

Aeli terkekeh. "Tapi sekarang nggak lagi. Cita-cita gue cuma pengen balik ke masa kecil."

Gadis itu mendadak mengingat kenangan manis tentang dirinya yang dulu. Saat-saat bahagia yang pernah dia lalui sebagai putri kecil kerajaan dengan kasih sayang melimpah dari banyak orang. Aeli menggeleng, mencoba mengenyahkan hal tersebut dari otaknya dan memilih mengganti topik.

"Ngomong-ngomong gue juga punya tempat makan favorit tau di mall ini. Kapan-kapan gue ajak lo ke sana, ya? Gue jamin lo gak bakal nyesel deh."

"Boleh."

Aeli tersenyum senang. Mengetuk jari di meja sebentar sambil menggigit bibir bawah. Dia punya ide cemerlang sih, tapi sepertinya tidak sopan juga kalau tidak meminta izin.

"Sky, gue boleh foto lo nggak? Mau bikin igs, hehe. Ntar muka lo gue tutup kok." Aeli menyengir.

Sky belum menjawab, entah berpikir atau apa.

"Cuma foto saya aja?"

"Maksudnya?" tanya Aeli tidak mengerti.

"Nggak mau foto berdua?"

Anjir. Aeli refleks membungkam mulut yang hampir mangap dan menyedot seluruh alam semesta. Kaget? Waduh, jangan ditanya.

"Lo mau?" tanyanya masih dengan mata membelalak.

Sky mengangguk seraya tersenyum manis. Nikmat mana lagi yang kau dustakan, Faye Aeliya.

...•••...

"Buset srepet tet tet tet teh kotak!"

Pekikan Fabian mengalihkan perhatian teman-temannya. Mereka yang sejak tadi sibuk berbicara langsung diam sambil menyorot heran ke arah Fabian.

"Napa sih? Heboh banget lo," hujat Rey.

"Liat igs Aeli, cepet!"

"Ngapain anjir?" tanya Tirta.

"Gak usah banyak tanya, Nyet! Gila! Shock berat gue!"

"Paan sih?" Dylan mengeluarkan ponsel dan membuka aplikasi instagram. Matanya membulat begitu menemukan apa yang Fabian maksud.

"Wanjir! Seriusan ini? Sky sama Aeli? Jalan bareng?"

"Heh serius lo?" Tirta mepet dan langsung memperhatikan layar ponsel Dylan. Begitupun dengan Rey dan Dipta yang segera mengecek ponsel masing-masing.

Dipta, hm, tumben sekali manusia itu ikut campur.

Bodohnya akun Aeli di privat dan Dipta hanya bisa memandangi profil akun yang tergembok itu dengan tatapan datar.

"Wiwiwiw! Sky juga bikin igs, Cok!" Perkataan Rey langsung membawa jari Dipta menuju laman profil Sky.

Dia terdiam melihat foto selca Sky dan Aeli. Gadis dengan rambut panjang terurai itu sukses mengunci pandangannya. Senyum Aeli tampak sangat semringah di foto itu, posisinya dan Sky pun terbilang sangat dekat.

Kalau Dipta tidak salah ingat, baru kali ini Sky memasukkan foto perempuan ke igs-nya. Apa jangan-jangan yang dibilang teman-temannya benar, Sky memang memiliki perasaan lebih dengan Aeli. Tetapi, apa mungkin?

"Pantes absen. Ternyata lagi bawa ayangnya jalan-jalan." Dylan geleng-geleng.

"Ini kalau gue aduin mama mateng gak ya anaknya?" tutur Rey.

"Mateng kagak yang ada kembaran lo langsung ditanyain nikahnya mau pakai adat apa," ceplos Fabian.

Mereka ngakak.

"Kayanya si Aeli beneran gak main-main deketin kembaran lo, Rey. Siap-siap dilangkahin lo."

"Bomat. Kalau sama Aeli mah gue ikhlas lahir batin."

Dipta yang tiba-tiba berdiri dari duduk membuat mereka menaruh tatap. "Ke mana, Bos?" tanya Tirta.

"Toilet." Setelahnya Dipta langsung ngacir tanpa menunggu respon mereka.

"Cemburu gak sih?" tanya Dylan.

Fabian menyahut. "Kayanya."

...•••...

Tak henti-hentinya Aeli memandangi foto yang Sky ambil saat bersamanya tadi. Hati Aeli berbunga-bunga, seolah enggan menyudahi kegiatannya itu dan melupakan keberadaan Sky yang tengah berjalan di sebelahnya.

"Li," panggil Sky.

"Iya, Sky?" Aeli menyahut tanpa menatap.

"HP-nya matiin dulu. Bahaya, kamu lagi jalan." Sky mengingatkan. Aeli lantas mengangguk dan langsung memasukkan ponsel tersebut ke dalam canteen cross body bag miliknya.

Aeli memilih berjalan dengan tenang sambil sesekali memperhatikan toko-toko yang dia lewati.

"Kamu udah punya pasangan ke pesta ulang tahun Rinda?" Sky bertanya tiba-tiba.

"G-gue?" Mata Aeli mengerjap,dia menunjuk diri sendiri.

Sky mengangguk. Jujur saja, sejak tadi dia sebenarnya ragu untuk menanyakan hal ini. Namun, jika tidak sekarang, kapan lagi?

"Ehm, belum." Tenggorokan Aeli mendadak kering. "L-lo sendiri?"

"Belum." Jeda sejenak. "Saya bingung."

"Bingung ... kenapa?" Jantung Aeli berdetak sangat cepat sekarang.

Sky berhenti, membuat Aeli ikut menghentikan langkah. Cowok itu menatap Aeli yang hanya sebatas bahunya saja, mengulas senyum canggung.

"Saya bingung, kamu mau saya ajak apa nggak."

Aeli tersedak ludahnya sendiri mendengar pernyataan Sky yang tiba-tiba. Otaknya berputar keras memahami maksud ucapan itu agar tidak salah tangkap.

"Lo ...." Aeli mengambil nafas sejenak agar tidak pingsan. "Ngajak gue?" lanjutnya.

"Iya. Kamu ... kamu mau pergi sama saya?"

Aeli mengatupkan bibir rapat-rapat. Matanya tanpa sengaja melirik ke arah telinga kiri Sky yang terlihat memerah. Ekspresi wajah Sky pun tidak sesantai biasanya meski cowok itu berusaha terlihat biasa-biasa saja.

"Sky gugup? Ih lucu banget."

Aeli berdehem ringan sambil mati-matian menahan senyum. "Kalau gue nggak mau gimana?" goda Aeli.

Sky menatap Aeli, telinganya makin merah dan itu membuat Aeli hampir kelepasan menggigit Sky yang terlalu menggemaskan. Oke, tahan.

"Nggak papa kok, Li. Saya nggak bakal maksa."

Kan, kan. Memang minta ditelan ini anaknya.

"Gue mau," balas Aeli selanjutnya.

"Hah?" Sky mengedip dua kali. Bingung.

"Gue mau jadi pasangan lo, Sky. Makasih udah ngajak gue duluan." Aeli tersenyum senang hingga menampakkan dimple kecil di kedua ujung bibir bagian bawah.

"Tadi cuma bercanda kok. Sebelum lo ajak pun gue udah pengen nawarin diri sebenarnya." Urat malu Aeli sepertinya sudah terputus kembali.

"Thanks." Aeli berjalan meninggalkan Sky yang masih mematung.

Gadis itu menggigit bibir bawah, menyentuh dada kiri yang kini menimbulkan getaran hebat. Rasanya Aeli ingin menjerit sekencang-kencangnya, memberitahu dunia bahwa dirinya sedang berbahagia.

...•••...

"Gue bingung banget deh mau pakai baju apa ntar malem. Dress gue udah pernah gue pakai semua sih. Kalau gue beli baru gimana?" tanya Clara pada Aeli di sebelahnya.

Gadis itu malah asik menatap layar ponselnya sambil senyam-senyum tidak jelas.

"Gue nanya woi!" Clara ngegas.

"Eh, kenapa?" Aeli akhirnya tersadar.

"Ck, menurut lo gimana kalau gue beli dress baru aja?"

Aeli mengedikkan bahu. Kembali menatap layar ponselnya. "Terserah."

"Gak guna banget ya nanya sama lo. Lagi liatin apa sih?" Dengan kasar Clara merampas ponsel dengan your feelings are valid case itu.

"Clar!" pekik Aeli menarik perhatian beberapa teman sekelasnya.

"Pantes anteng. Liatin foto bareng pujaan hati rupanya," sindir Clara. Ponsel yang berada di tangannya langsung dirampas kembali oleh sang pemilik.

"Gak sopan lo, Jamet!" hujat Aeli gregetan.

"Kemarin habis jalan-jalan sama Sky gak bilang gue lo ya, sombong!"

Aeli melirik sinis. "Ngapain harus bilang ke lo?"

"Ya harus!"

"Alasannya?"

Clara berpikir sebentar. "Karena gue yang udah repot-repot nyomblangin lo sama Sky."

"Nggak tuh. Gue nyomblangin diri sendiri."

"Tapi gue yang udah repot-repot dapetin info Sky buat lo!" balas Clara tidak terima.

"Trims."

"Babi lo emang."

"Imut dong."

Clara meratakan bibir hingga membentuk garis lurus. Tak lupa menghembuskan nafas panjang-panjang. Sudahlah. Memperdebatkan kegiatan Aeli kemarin sepertinya hanya akan memancing emosi. Mending Clara kembali ke topik awal.

"Gue ntar mau cari dress, ikut nggak?"

"Ikut."

"Ntar habis pulang sekolah siap-siap aja, langsung gue jemput. Lo beli juga, kan?"

"Ya."

"Woi monyet! Bisa nggak lo jawabnya niat dikit? Jangan bikin gue khilaf mutilasi lo hidup-hidup deh!"

Aeli tertawa renyah. Wajah sebal Clara benar-benar menghiburnya.

"Iya, Clara Sayang! Gue ikut! Bantuin gue cari dress biar bisa tampil menawan di depan Sky, ya?"

Clara mencerna perkataan Aeli barusan. "Eh, lo ... lo pergi bareng Sky?"

Aeli mengangguk semangat. "Tentunya, dan lo tau? Sky ngajak gue duluan!"

Hening. Seisi kelas kompak ikut menghentikan pergerakan mereka begitu mendengar kalimat yang lolos dari mulut Aeli. Bayangkan saja sekocak apa wajah mereka sekarang. Macet dengan mata membelalak dan mulut menganga.

"Demi apa Sky ngajak Aeli duluan? G-gue gak salah denger, kan?" celetuk Jena yang baru kembali dari kantin sambil membawa cup berisi coklat hangat.

"Kayanya lo nggak salah denger deh, Jen," balas Rona di sebelahnya.

"Sky? Cowok manis itu, kan? Aeli lagi deket sama dia?" Reana bertanya.

"Lo dari mana aja, Re? Bisa-bisanya lo nggak tau," ceplos Friska.

"Rea mah mana tau orang tiap detik bukuuuuu mulu yang dipelototin." Yerin menyahut.

Reana membetulkan posisi kaca mata bulatnya seraya menyengir. Ternyata dirinya memang se-kudet itu sampai tidak tahu berita gempar yang beredar.

"Sky ngajak lo duluan? Pfft! Hahahah!" Tawa Clara mengudara. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak ngakak begitu mendengar ucapan Aeli.

"Gak percaya yaudah," balas Aeli tak acuh. Clara langsung menghentikan tawanya. Menyorot lekat Aeli yang tampak tidak sedang bercanda.

"Serius lo? Sky ngajak duluan?!"

"Lo pikir gue lagi halu, hah? Serius lah!"

"Anjing!" umpat Clara refleks. Tangannya langsung membekap mulut.

Belum reda keterkejutan Clara, mendadak seseorang muncul di ambang pintu dan berhasil menarik perhatian seisi kelas. Betapa terkejutnya mereka melihat figur Dipta, terlebih kala Dipta berjalan masuk dan berhenti tepat di sebelah Aeli dan Clara.

"Anjing!" umpat Clara sekali lagi. Maksud umpatannya kali ini adalah, ngapain Dipta ke sini? Kenapa dia ke sini? Kenapa dia berhenti di meja gue? Ada angin apa nih cowok dateng ke kelas gue?

Bahkan seisi kelas pun hampir mengumpat seperti Clara. Pemandangan ini benar-benar bikin mereka syok.

"Ikut gue," ujar Dipta. Tatapannya hanya tertuju pada Aeli tanpa berminat menatap makhluk lain termasuk Clara.

"Orang yang lo ajak ngomong punya nama." Aeli menyahut datar.

"Ikut gue, Aeliya."

"Sorry, sibuk."

Aeli sendiri tidak tahu apa motif Dipta kali ini. Menurut Aeli, akhir-akhir ini Dipta memang sedikit aneh. Entah apa yang sudah terjadi dengan cowok itu hingga sering menemuinya tanpa alasan yang jelas.

"Gue gak butuh penolakan," balas Dipta mutlak.

"Gue gak suka paksaan."

Dipta menghembuskan nafas panjang. Sepertinya usahanya tidak akan berhasil. Dipta tahu Aeli sekeras apa untuk diperintah. Semakin dia memaksa maka semakin Aeli teguh pendirian.

"Gue mau ngulang permintaan gue yang waktu itu," tutur Dipta.

Aeli mengerutkan kening. "Permintaan yang mana?"

"Jadi pasangan gue nanti malam."

Aeli berdecih sinis. "Itu permintaan apa perintah, Bung? Nada lo kayak lagi merintah bawahan, ya."

"Gue udah bilang gak nerima penolakan."

"Gue juga udah bilang kan gue gak suka dipaksa? So, go away." Senyum manis Aeli terukir.

Clara di sebelahnya sudah terkejut setengah hidup. Bahkan untuk menyahut pun rasanya tidak mampu.

"Gue gak bakal pergi sebelum lo setuju."

"Motif lo apa lagi sih, Dip? Waktu itu kayanya benci banget sama gue, sekarang malah maksa gue jadi pasangan. Lo lagi ngerencanain sesuatu sama Clau, ya? Mau celakain gue?"

"Ini gak ada hubungannya sama Claudia," tegas Dipta.

"Oh, berarti rencana lo sendiri? Lo mau celakain gue? Mau balas dendam?"

Dipta memutar bola mata malas. "Nggak."

"Terus, kenapa maksa gue jadi pasangan lo?"

"Cause I want."

"Alasan?"

"Nggak ada."

"Gue gak mau."

"Karena lo udah punya pasangan?"

Aeli tersenyum lebar, berdiri dari duduknya sambil menatap Dipta. "Bahkan kalau gue belum punya pasangan pun, gue gak akan nerima ajakan lo."

Setelahnya Aeli berlalu keluar kelas tanpa mempedulikan tatapan terkejut yang teman sekelasnya lempar. Dipta yang masih bertahan di tempatnya menghela nafas panjang, menyeletuk. "Dasar batu."

Setelahnya, Dipta pun keluar dari ruang kelas tersebut tanpa mengindahkan tatapan mereka seperti yang Aeli lakukan barusan.

"Mata gue kayanya katarak. Telinga gue, telinga gue juga budek nih kayanya. Please, ya kali si Dipta ke sini terus maksa Aeli jadi pasangan dia?"

"Kalau lo katarak, budek. Berarti kita sekelas penyakitan berjamaah, Jen."

"Jena, lo nggak penyakitan sendiri kok," seru Bella dari pojok kelas.

"Guys! Ntar sore ayo ke rumah sakit! Kita check-up bareng-bareng. Biayanya biar ditanggung bendahara."

Gracia yang menjabat menjadi bendahara hanya bisa pasrah melihat ketololan teman sekelasnya. "Dosa apa gue bisa nemplok di kelas ini."

...•••...

Dipta sendiri tidak habis pikir dengan dirinya. Mengapa dia harus repot-repot memaksa Aeli menjadi pasangannya ke pesta ulang tahun Rinda malam nanti. Padahal sebelumnya tidak pernah terbesit di otak Dipta untuk mengajak gadis menyebalkan itu pergi bersama.

Aneh. Tentu saja. Pertemuan mereka selama ini tidak pernah berakhir baik. Lalu dia dengan tidak punya memaksa Aeli menjadi pasangannya. Wajar jika Aeli langsung ngibrit.

"Lo telat. Aeli udah sama Sky."

Pernyataan Tirta membuat Dipta mendongak. Temannya yang baru sampai di rooftop sekolah itu ikut mendudukkan diri di salah kursi kayu. Mengambil sebungkus rokok dari saku seragam, mengeluarkan satu batang kemudian menghimpit pangkal rokok itu dengan jari telunjuk dan jari tengah. Lalu membakar ujungnya menggunakan pematik.

"Maksud lo?" tanya Dipta.

Tirta mengepulkan asap rokok ke udara sebelum menjawab. "Aeli perginya bareng Sky."

"Ke pesta itu?"

"Hm. Sky yang ngajak duluan. Liat aja beritanya heboh banget."

Dipta diam sejenak. Dia pikir, Sky tidak akan bertindak. Mengingat sahabatnya yang satu itu benar-benar tidak pernah berinisiatif duluan apalagi soal perempuan.

"Kasian. Gagal deh deket-deket sama nyai ratu," ejek Tirta dengan nada bicara paling menyebalkan.

"Siapa juga yang mau deket-deket sama dia?"

"Lo atuh. Buktinya lo mau dengerin saran gue."

"Gue cuma menghargai lo."

"Halah alesan!"

Sebenarnya Tirta asal bicara saja saat menyuruh Dipta mengajak Aeli ke pesta ulang tahun Rinda. Tidak menyangka juga jika Dipta benar-benar melakukan apa yang dia tuturkan.

"Jadi sejak kapan?" Tirta bertanya.

"Apanya?"

"Sejak kapan lo suka sama seorang Faye Aeliya?"

Dipta berdecak pelan, ikut menyalakan rokok lalu menyandarkan tubuh di sandaran kursi. "Gue gak suka dia."

"Ah, masa? Kayanya lo bohong deh." Tirta tersenyum miring.

"Lo ngerasa bersalah karena kacauin acara makan dia waktu itu dan hampir nampar dia, terus lama-lama rasa bersalah lo berubah jadi rasa suka gitu?"

"Makin ngawur."

"Fiks ini mah. Kalau nggak mana mungkin lo ikutin saran gue."

"Lo-nya bawel banget."

"Nyalahin gue lagi."

Dipta jadi ikutan berpikir. Kenapa juga ya dia harus memaksa Aeli? Memaksa Aeli memaafkan dirinya dan menjadi pasangannya. Dipta yang minta maaf, kenapa malah Dipta yang mengajukan perintah? Tidak tahu diri memang.

"Lo sama Claudia aja lah. Pergi sama Claudia pun lo masih tetep bisa liat secantik apa Aeli ntar malam. Minusnya, lo gak bisa mepetin dia aja sih."

Tirta ini, suka sekali asal ceplos kalau bicara.

"Satu lagi, Sky udah mulai gerak. Bisa jadi Sky juga punya perasaan sama Aeli. Lo tau kan selama ini Sky secuek apa sama cewek yang deketin dia?" Tirta kembali menutur.

"Kesimpulannya, mending lo mundur. Jangan sakitin perasaan adek kesayangan gue. Dia baru pertama kali jatuh cinta."

Dipta diam, mencerna segala kalimat yang Tirta lontar. Tidak masuk akal jika Dipta bilang dia melakukan semua itu karena jatuh cinta pada Aeli. Jika iya, sejak kapan? Mereka bahkan tidak memiliki kenangan manis atau sesuatu yang terlalu berkesan untuk diingat.

Memperhatikan Aeli pun adalah hal paling malas untuk Dipta lakukan. Mungkin hanya karena perasaan bersalahnya yang tak kunjung mendapat maaf saja. Makanya dia ingin memanfaatkan waktu-waktu tertentu untuk bisa berbicara berdua dengan Aeli dan kembali mengutarakan kata maafnya. Ya, mungkin.

Ck, tetap saja tidak masuk akal. Benar-benar aneh.

...•••...

Terpopuler

Comments

miyura

miyura

lanjut othor

2023-10-09

0

Erni Fitriana

Erni Fitriana

😀😀😀😀😀😀kena batunya lo dipppppppp

2023-09-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!