...•••...
Sebelum berangkat ke mall bersama Clara, Aeli menyempatkan waktu bermain dengan Gita di halaman rumah. Tentunya ada pengasuh monyet itu juga di sana.
Gita memang hobi nyemil. Lihatlah, dibawakan mainan oleh Aeli pun dia lebih memilih pisang yang ada di tangan Mbak Nana. Laknat memang monyet itu.
“Git, sini main sama Eli. Ntar dibeliin pisang sama pohonnya sekalian,” bujuk Aeli sambil membunyi-bunyikan benda imut yang dia pegang.
Gita menggeleng tanda tak mau dan terus menyemil. Mbak Nana terkekeh melihat respon banyol Gita.
“Woi monyet! Lo nggak nurut gue tampol nih!” Aeli hilang kesabaran dan Gita tetap tidak peduli.
“Mager dia, Non,” sahut Mbak Nana.
“Bukan mager Mbak, tapi pemalas. Gak bagus kalau dibiasain.”
“Gita monyet, Non. Jadi nggak apa-apa.”
“Nggak boleh!” Aeli menatap sengit Gita yang malah memasang tampang menyebalkan.
“Git, kalau lo nggak mau main gue tinggal, ya? Gue nggak mau lagi nemuin lo,” ancam Aeli.
Gita melet.
“Dih.” Aeli langsung mengacungkan jari tengah. Mengundang gelak tawa Mbak Nana yang sejak tadi memperhatikan interaksi keduanya.
Tin tin!
Klakson mobil seseorang yang masuk ke pekarangan rumah mengejutkan Gita. Monyet itu refleks loncat ke tubuh Mbak Nana, memeluknya erat-erat sambil menenggelamkan wajah di ceruk leher wanita itu.
Sedang yang mengemudi mobil malah terbahak-bahak melihat reaksi panik Gita, mengabaikan tatapan elang yang Aeli lempar.
“Turun lo!” suruh Aeli kala mobil Clara sudah berhenti. Clara menuruti perintah Aeli dan langsung menghampiri sahabatnya itu.
“Yaaaahaha si monyet panik!” Clara menunjuk Gita.
Gita yang kesal langsung turun dari tubuh Mbak Nana dan secepat kilat mendekati Clara. Tentu Clara kabur sebelum diacak-acak oleh monyet aneh itu. Gita pun tidak bisa menggapai Clara karena rantai di lehernya.
“Lo kok makin jelek sih, Git? Makin melar ya badan lo,” ejek Clara dihadiahkan pekikan nyaring Gita.
“Makanya jangan ngemil mulu! Bantet kan!” Tawa Clara makin membahana.
Aeli hanya bisa geleng-geleng melihat perdebatan dua makhluk beda habitat itu. Yang satu rese yang satu lagi emosian. Tapi cocok juga dilihat-lihat.
“Mbak Na, aku berangkat dulu. Tolong awasin Gita selama aku pergi, oke?”
“Siap, Non Ae. Gita pasti bakal aman terkendali kalau sama Mbak Nana.”
Aeli mengangkat jempolnya kemudian berjalan mendekati mobil Clara. “Buruan, Clar! Temu kangen sama kembaran lo ntar aja!”
“Sianjir,” umpat Clara yang tadinya masih menggoda Gita. Cewek itu mendekat dan menggapai kepala Gita sebelum pergi, menghadiahkan usapan singkat.
“Pergi dulu ya, jelek! Dadaaah!” Tak lupa Clara juga pamit pada Mbak Nana yang direspon dengan senyum manis dan lambaian tangan.
“Makin diliat lo jadi makin mirip monyet gue,” celetuk Aeli sebelum benar-benar masuk ke dalam mobil.
“Anak setan lo emang.” Clara menyusul masuk dan segera membawa mobilnya meninggalkan pekarangan.
...•••...
Sudah beberapa kali Aeli bolak balik di depan cermin mengamati penampilannya malam ini. Memastikan tidak ada yang salah ataupun kurang.
Setelah beberapa jam memilih pakaian, akhirnya pilihan Aeli jatuh pada blue assymmetric dress dipadukan dengan linsey rhinestone heels sebagai alas kaki.
Aeli juga mengenakan beberapa akseroris seperti Joséphine aube printanière pendant necklace, pendant earrings with crystal and pearl, serta new farandole bracelet untuk menambah kadar kecantikannya malam ini.
Tetap saja, Aeli masih merasa kurang. Dia takut tidak bisa tampil maksimal di hadapan Sky atau pilihannya tidak matching dengan setelan Sky. Ck, padahal sebelumnya dia juga sudah bertukar pesan dan memilih setelan yang cocok dengan pasangannya itu.
“Gimana kalau gue keliatan aneh, ya? Suer demi apapun ini kali pertama gue ke pesta bareng pasangan. Norak banget sial.”
Tok tok tok!
“Ngagetin aja ish.” Aeli yang sempat terlonjak berusaha mengatur pernafasan. Berjalan perlahan untuk membuka pintu kamar.
Figur Ashila menyapanya. Wanita itu tampak kagum melihat wujud Aeli. “Cantik banget anak Mama,” pujinya mengundang decakan Aeli.
“Ngapain Tante ke sini?” tanya Aeli langsung ke inti.
“Ada yang nungguin Aeli tuh di bawah, namanya Sky kalau nggak salah.”
Mata bulat Aeli membelalak. “Sky? Dia udah di sini?!” Buru-buru Aeli mengintip ke lantai bawah.
“Iya, baru aja nyampe. Katanya mau jemput Aeli.”
“Haduh! Gimana gue, yak?” Aeli blank. Bingung mau ngapain.
“Aeli butuh bantuan? Mau Mama bantu?” tawar Ashila.
Aeli mengambil nafas panjang lalu dihembuskan perlahan, berulang-ulang selama beberapa kali sampai dia merasa lebih tenang.
“Menurut Tante aku gimana? Ada yang salah nggak? Make up aku terlalu menor nggak? Baju aku? Sepatu?”
Ashila tidak dapat menahan senyum mendengar Aeli berbicara panjang dengannya, bahkan meminta pendapatnya. Lantas tanpa ragu Ashila menjawab.
“Aeli cantik. Semuanya pas, nggak ada yang kurang ataupun salah.”
“Tante nggak lagi isengin aku, kan? Kalau Tante dendam jangan sekarang deh ngebalesnya.”
Ashila tertawa pelan. “Mama serius, Li. Aeli beneran cantik banget malam ini.”
Percaya tidak percaya, ucapan Ashila sedikit mengembalikan rasa percaya diri Aeli. Setidaknya, dia sudah sedikit lebih baik.
“Beneran?”
“Iya, Sayang.”
Aeli kemudian kembali ke dalam kamar untuk mengambil clutch putih dan memasukkan ponsel serta dompetnya. Tak lupa mengambil kado yang sudah dia siapkan untuk Rinda. Lantas Aeli berjalan keluar, melihat Ashila masih di sana menatapnya, Aeli berhenti. Sebenarnya malas mau ngomong gini, tapi yaudah lah.
“Thanks. Karena Tante udah ngasih penilaian.”
Ashila tertegun, tentu saja. Aeli ingin cepat-cepat pergi sebelum wanita itu membalas, namun dia langsung berbalik badan kala tak sengaja mengingat sesuatu.
“Tolong jagain papa selama aku pergi.”
Setelahnya, Aeli benar-benar melangkah menuruni anak tangga. Meninggalkan Ashila yang masih terpaku karena ucapannya yang demi tuhan benar-benar di luar dugaan.
Aeli memelankan langkah begitu mendapati figur Sky. Matanya menyorot lekat punggung tegap Sky karena posisi cowok itu membelakanginya. Dari belakang saja gantengnya sudah hampir bikin Aeli pingsan, apalagi dari depan.
“Sky ....”
Suara lembut Aeli membalikkan tubuh Sky menghadapnya. Aeli kontan tahan nafas kala wajah cowok itu mengisi bingkai pandangannya. Tampan. Satu kata yang langsung terlintas di benak Aeli.
Malam ini Sky mengenakan setelan sweater dan celana biru muda yang dipadukan dengan outer tuxedo senada serta sneakers putih. Poni yang biasanya menutupi jidat mulus itu pun kini dibuat menyamping dengan sedikit polesan gel.
Manusia itu, beda banget dengan Sky yang selalu ditemuinya di hari-hari biasa. Nggak tahu deh itu imutnya ngungsi di mana. Demi tuhan gantengnya beneran nggak ada akhlak!
Aeli lantas berdeham singkat. “Maaf lama ya, Sky. Kenapa nggak masuk aja?”
“Nggak papa Li, di sini adem.” Senyum manisnya terukir. “Berangkat sekarang?”
Aeli mengangguk. Debaran hebat di jantungnya mengganggu banget deh mohon maaf.
“E-eh.” Aeli terkesiap saat Sky tiba-tiba mengulurkan tangan di depannya. Belum sempat Aeli mencerna keadaan, suara lembut Sky mengambil alih.
“Boleh saya gandeng? Jalannya tadi agak licin karena sempet gerimis. Takutnya sepatu kamu nggak nahan.”
Anjir bener dah.
Mau bilang Sky modus, tapi jalanannya mengkilap gitu. Aeli sendiri tidak tahu kapan gerimisnya turun ke muka bumi. Dia tampaknya terlalu sibuk dengan penampilan hingga tidak mengabaikan keadaan sekitar.
“B-boleh emangnya? Gue gandeng lo?” Aeli balik melempar tanya.
“Loh kenapa nggak boleh?”
“Kalau lo baper gimana?”
Sky tertawa. Diabetes dah gue. “Nanti saya minta tanggung jawab kamu kalau baper.”
Waduh. Aeli bisa gila jika terlalu lama dihadapkan dengan situasi seperti ini. Tanpa berlama-lama lagi Aeli langsung menautkan tangan mereka. Rasanya sangat hangat dan nyaman kala permukaan tangan Sky mendekap tangan mungil Aeli.
“Maaf ya saya jemput kamu pakai motor. Kamu, nggak apa-apa, kan?” tanya Sky setelah mereka berdua sampai di dekat motor vespa Sky.
Aeli terkekeh. “Nggak lah, kenapa harus kenapa-napa? Gue malah seneng dijemput pakai motor daripada mobil.”
“Saya takut kamu nggak nyaman soalnya kamu juga lagi pakai dress.”
“Alah urusan gampang ini mah. Santai aja.”
Sky selalu kagum dengan kesederhanaan Aeli sejak awal pertemuan mereka. Aeli tidak banyak nuntut, tidak suka memaksa juga. Aeli selalu menerima apapun tentang dirinya dan itu membuat Sky merasa berharga.
“Aeli,” panggil Sky.
“Ya?” Aeli mendongak hingga matanya bertatapan dengan mata sang empu.
“Kamu cantik.”
Dua kata yang keluar dari mulut Sky berhasil melumpuhkan seluruh kewarasan Aeli. Tubuhnya seperti dibawa melayang hingga membuat kakinya seperti tak menapak di atas tanah. Dengan sisa kontrol yang Aeli punya, sebisa mungkin dia menarik diri agar tidak terbang terlalu tinggi.
“Lo juga.”
“Saya cantik?”
“Ganteng, Sky. Lo ganteng banget.”
Jika wajah Aeli sedang dalam keadaan bareface alias tidak mengenakan riasan apapun, sudah bisa dipastikan pipinya akan memerah seperti tomat. Dia yang memuji dia juga yang malu.
“Makasih. Ini pakai dulu helmnya,” suruh Sky. Mengulurkan helm berwarna pink pada Aeli.
“Saya nggak tau warna kesukaan kamu, jadi saya bawain helm warna pink. Karena menurut penelitian yang saya baca, kebanyakan cewek suka sama warna pink.”
Aeli tertawa pelan sambil geleng-geleng. Ada saja kelakuan makhluk manis satu ini.
“Udah boleh naik?”
Sky mengangguk. “Pelan-pelan, Li.”
Aeli mendudukkan diri di motor Sky dalam posisi miring, memeluk pinggang cowok itu seperti biasa. Setelah motor Sky berjalan meninggalkan area rumah Aeli, barulah gadis itu kembali berujar.
“Gue suka semua warna, lebih spesifiknya sih kuning sama ungu.”
Sky masih mendengarkan, hingga saat Aeli mendekatkan wajah ke telinganya, Sky spontan tahan nafas.
“Tapi kalau lo tanya warna kesukaan gue, ya elo.”
...•••...
Pesta ulang tahun Rinda berlangsung meriah di salah satu hotel ternama di kota tersebut. Undangan yang datang pun tidak sedikit. Selain murid-murid dari SMA Flourst, ternyata ada murid-murid dari sekolah lain, lebih tepatnya sekumpulan geng yang ikut meramaikan acara.
Aeli benar-benar takjub kala sampai di sana. Meski banyaknya manusia membuat kepala Aeli sedikit berdenyut, itu sama sekali tidak membunuh kekagumannya melihat para tamu undangan Rinda. Relasi gadis itu ternyata benar-benar luas.
“Siap, Li?” tanya Sky yang kini sudah berdiri di sebelah Aeli.
“Bentar-bentar, gue ambil nafas dulu.” Aeli menyedot oksigen lalu mengeluarkannya lewat mulut. Terus begitu hingga tiga kali.
“Udah, ayo masuk,” balasnya sambil tersenyum setelah merasa jauh lebih baik. Tanpa disuruh Aeli langsung menyilangkan tangan kanan di lengan Sky.
Mereka berjalan layaknya sepasang kekasih. Kedatangan mereka tentu berhasil menyita banyak pasang mata. Apalagi Aeli dan Sky termasuk ke dalam jejeran orang yang paling dikenal di Flourst. Ada yang menatap takjub ada juga yang menatap terkejut.
“Damn. Aeli dateng sama Sky? Demi apa?!”
“Wah gila gila gila! Kirain Aeli datengnya bakal sama Dipta loh.”
“Seriusan dah Ratu Flourst udah dapet gandengan nih?”
“Huhu kenapa mereka jadi cocok banget, ya? Sky juga kenapa harus ganteng banget sih?! Oleng gue oleng!”
“Mama pengen Sky!”
Ingin sekali Aeli menabok mulut-mulut yang berani mengagumi Sky secara terang-terangan. Andai dia tidak sedang berada di acara ulang tahun Rinda, habis manusia-manusia itu di tangannya. Sky? Tentu saja cowok itu cuek bebek. Pandangan orang lain bukan urusannya.
Lagu 34 + 35 by Ariana Grande terdengar di pengeras suara. Aeli memasang senyum begitu Rinda melihat kehadirannya.
“Aeliiii!” pekik Rinda semringah seraya melambaikan tangan. Suaranya menarik perhatian sebagian tamu undangan.
Aeli sampai di depan gadis itu. “Happy Birthday ya, Nda. May all your wishes come true and always be happy,” ujar Aeli seraya memeluk akrab tubuh gadis cantik itu. Tidak berlama-lama Aeli langsung melepasnya karena takut rasa tidak enak muncul. Untungnya Rinda mengerti.
“Semoga lo suka ya, Nda. Bingung gue milihin kado buat lo.” Aeli menyerahkan kado yang sudah dia siapkan.
“Huhu, thank you so much, Li. Repot-repot banget deh.” Rinda menerima kadonya dan diletakkan di atas meja kecil.
“Gue kirain lo nggak bakal dateng tau. Secara kan lo kampret banget kalau di suruh ke acara ginian.” Rinda mengerucutkan bibir lucu.
“Ya datenglah, Nda. Ya kali lo ultah gue anggurin.”
Rinda tertawa, tatapannya beralih ke Sky.
“Eh hai, Sky! Gue gak expect banget loh kalian bakal dateng bareng!”
Sky tersenyum, mengulurkan tangan yang tentu langsung disambut oleh Rinda. “Selamat ulang tahun, Rin. Semoga semua keinginan baik kamu bisa segera terkabul.”
“Makasih banyak ya, Sky! Seneng deh gue liat ratu Flourst dateng sama pasangan. Mana cocok banget lagi kalian berdua tuh. Jadian aja udah!” Rinda cekikikan melihat raut Aeli menahan malu.
“Kalian seneng-seneng ya, gue mau nyapa yang lain dulu. Bye kapal gue!”
Jangan tanya mengapa Aeli dan Rinda bisa sangat akrab padahal hampir seluruh populasi Flourst menghindari Aeli. Jawabannya karena mereka berdua sudah kenal sejak SMP dan pernah berada di kelas yang sama.
Terlebih, Rinda itu asik dan gampang berbaur. Tidak suka mencampuri orang lain dan sangat menghindari gosip. Makanya Aeli juga welcome karena Rinda memang pantas untuk dijadikan teman.
“Li.” Sky tiba-tiba memanggil.
“Ya, Sky?”
“Mau ke sana?”
Aeli menengok. “Boleh.”
Keduanya menyingkir dari tengah dan menghampiri tempat yang menyediakan segala jenis makanan dan minuman. Sebenarnya Aeli tidak ingin berlama-lama di sini melihat semakin banyak orang yang datang. Namun dia tidak mungkin pergi begitu saja, selain tidak sopan dia bisa digosipkan oleh seluruh murid Flourst yang hadir.
“Li, kamu tunggu di sini dulu nggak papa? Saya mau nyapa temen-temen sebentar,” tunjuk Sky pada deretan cowok-cowok yang sudah memperhatikan mereka sejak awal.
Begitu Aeli menoleh, Tirta melambai kecil ke arahnya sambil mengedipkan satu mata, genit. Aeli berdecih dan langsung membuang muka menatap Sky.
“Okey. Nggak lama, kan? Tapi nanti balik lagi, kan? Lo nggak bakal ninggalin gue gitu aja, kan?”
Sky terkekeh. “Saya usahain cuma sebentar, habis itu balik lagi.”
“Sip. Yaudah sana biar cepet balik,” canda Aeli.
“Kalau kangen bilang, ya?”
“Dih, apaan tuh barusan? Gombal?” balas Aeli tertawa.
“Uji coba.”
Sialan nih orang. Berhadapan dengan Sky yang 'ini' bisa-bisa bikin Aeli makin sableng. Maka Aeli langsung fokus mencari makanan begitu Sky ngacir dari hadapannya. Sekuat tenaga menyembunyikan senyumnya agar tidak disadari banyak orang.
Sorakan para cowok-cowok tadi terdengar setelah Sky sampai di depan mereka. Aeli menoleh sekilas, melihat cowok-cowok itu curi-curi pandang ke arahnya sambil terus menggoda Sky. Serius deh muka mereka itu nyebelin mampus. Untung teman Sky, kalau bukan kelar dah.
“Kak Aeli.”
Aeli menoleh mendengar namanya disebut. Senyum yang tadi dia pasang kini luntur sepenuhnya. Kehadiran Claudia membuat moodnya turun drastis. Mengapa juga curut satu itu harus muncul di depannya?
“Apa?” ketus Aeli. Mengambil segelas minuman soda lalu meminumnya sedikit.
“Kak Aeli ... pacaran sama kak Sky?” tanya Claudia.
Gadis cantik itu tampak anggun dengan setelan sequin embellished tiered mini dress dilengkapi patent leather Mary Jane pumps. Rambut panjang yang disanggul ke atas dan dipadukan dengan crystal embellished headband menambah kesan mewah penampilan Claudia malam ini.
“Kalau iya kenapa kalau enggak kenapa?” Aeli balik nanya.
Claudia tersenyum tipis, menggeleng pelan. “Nggak kok, Kak. Aku cuma penasaran. Maaf ya kalau pertanyaan aku bikin Kakak nggak nyaman.”
“Bisa nggak kalau ketemu gue gausah minta maaf mulu? Nggak pegel mulut lo ngulang kata yang sama tiap saat?”
Gadis rapuh itu menunduk takut. Meski suara Aeli terbilang pelan, penekanan di setiap kalimat tetap terasa mencekam.
“Ma—”
“Ngomong lagi gue tendang ya, Clau.” Aeli beneran dibikin gondok setengah mati.
“Aku—”
“Mending lo pergi deh. Gue udah muak banget liat muka lo, serius.”
Claudia menggigit pelan bibir dalamnya mendengar ucapan Aeli. Hatinya seperti diremas. “Kalau gitu aku pergi dulu ya, Kak. Ma—”
“Berhenti bilang maaf, Claudia Ardani!” Bentakan Aeli berhasil menyita perhatian beberapa orang yang ada di dekatnya. Beruntung dentuman musik menyamarkan suara gadis itu hingga tidak di dengar oleh seisi ruangan.
“I-iya, Kak.” Setelahnya Claudia langsung menyingkir dari hadapan Aeli. Tatapan orang-orang membuatnya semakin takut.
“Anak setan emang. Ganggu aja,” oceh Aeli sebal.
“Attention please.” Suara yang muncul di pengeras suara berhasil mengalihkan perhatian seisi ruangan termasuk Aeli. Mereka fokus menatap sang pemilik acara yang kini tersenyum cerah sambil memegang microphone.
“Gue nggak ganggu waktu kalian kan, guys? Aduh, sorry banget ya gue mendadak cuap-cuap gini.” Rinda bertingkah sok tidak enak, mengundang tawa pelan teman-temannya.
“Pertama-tama gue mau bilang makasih banyak sama kalian yang udah hadir dan meramaikan acara sweet seventeen gue. The best lah kalian tuh. Gue sampai mau nangis liat temen-temen gue ternyata dateng semua. Huhu.”
“Jangan nangis, Nda! Topeng keramat lo luntur ntar!” Suara bariton Dylan membuat Rinda mengangkat kepalan tangannya ke arah cowok itu.
“Nangis aja gapapa, Nda! Syaratnya air mata lo harus mutiara!” Rey menyeplos. Memecah tawa orang-orang di ruangan tersebut.
“Lo kira gue mermet! Diem deh lo pada! Gue mau ngelanjutin pidato nih!”
“Tau hei! Durasi durasi!” Suara Kiky—sahabat Rinda—muncul di pengeras suara. Ngomong-ngomong dia MC acara.
“Lanjut nggak?” tanya Rinda.
“Lanjut! Cus cepetan!”
“Eh, Ky. Sampai mana deh gue tadi?”
“Haduh, baru tujuh belas tahun udah pikun aja lo, ya.” Kiky geleng-geleng. “Sampai lo mau nangis darah, Afrinda.”
“Ohiya. Ini serius loh gue ngomongnya dari hati gue yang terdalam. Gue terharu liat kalian. Nah sebagai rasa terima kasih gue karena kalian udah dateng, buat yang punya pasangan silakan merapat ke dance floor, ya. Karena sebentar lagi acara utamanya mau dimulai. Buat yang gak punya pasangan ratapin nasib jomblo kalian dipojokan gih. Atau rental pasangan orang juga gue persilakan dengan senang hati.”
Pidato singkat Rinda ditutup dengan sorakan dari teman-temannya. Setelahnya beberapa orang mulai merapat ke dance floor. Lagu Lowkey by Niki yang sebelumnya diputar kini diganti dengan alunan piano indah. Tak lupa lighting disetting menjadi lebih temaram untuk menambah kesan romantis.
Aeli celingukan mencari keberadaan Sky yang tak kunjung kembali. Kurangnya pencahayaan membuat dia sedikit sulit menemukan cowok itu.
“Sky di mana sih? Katanya cuma sebentar.” Aeli menggerutu. Padahal acara dansa sudah dimulai namun Sky belum menunjukkan batang hidungnya.
Apa mungkin Sky sengaja menghindarinya? Atau dia sudah mendapat pasangan? Atau memang tidak ingin berdansa dengannya? Lalu buat apa dia menawarkan diri sebagai pasangan Aeli?
Ah, sial. Aeli jadi overthinking.
Baru sedetik Aeli menundukkan pandangan, dia dibuat terkejut karena merasa tubuhnya tiba-tiba ditarik oleh seseorang hingga berada di tengah-tengah beberapa pasangan yang tampak fokus berdansa mengikuti alunan musik.
Aeli kontan membelalak kala matanya bertemu dengan mata tajam milik seseorang yang cukup dikenalnya. Jantungnya terasa seperti akan mencuat keluar dari raga kala dia menangkap senyum yang sangat tipis di sudut bibir sang empu.
Belum sempat Aeli bersuara, pinggangnya ditarik lebih dulu hingga membuat tubuh mereka semakin merapat. Di jarak sedekat ini Aeli bahkan bisa mencium aroma parfum lelaki itu.
“Hai,” sapanya, menyorot wajah cantik Aeli lekat-lekat. “Kaget liat gue?”
Aeli meneguk ludah, menahan dada cowok itu agar tidak terlalu menempel dengan tubuhnya. “L-lo ngapain?” tanyanya gugup.
“Dansa. Udah gue bilang kan gue mau lo jadi pasangan gue?”
“Gila. Gue gak pernah setuju, setan,” umpatnya kesal. Tidak menyangka manusia bernama Dipta inilah yang menyeretnya ke tengah kerumunan.
Lantas, Dipta mendekatkan bibir ke telinga Aeli. Berbisik rendah hingga membuat gadis itu merinding. “But now you're here, with me.”
“Shit.” Aeli ingin melepaskan diri, sayangnya tenaga Dipta lebih kuat menahan tubuhnya untuk tetap di tempat.
“Lepasin. Gue gak mau jadi pasangan dansa lo!” tegasnya penuh penekanan. Rasa tidak enak kembali muncul setiap dia bersentuhan dengan cowok ini.
“Gue nggak akan biarin lo pergi gitu aja.”
Dipta menyatukan jemarinya dengan Aeli sedang satu tangannya terus menahan pinggang gadis itu agar tidak menjauh. Dengan gerakan pelan dan penuh kehati-hatian dia menuntun Aeli untuk berdansa. Menyelaraskan gerakan mereka.
“Mau lo apa hah? Kenapa lo selalu ganggu gue? Bukannya lo udah punya pasangan? Kenapa lo nggak dansa sama pasangan lo aja bangsat?” oceh Aeli emosi.
Bukannya kesal Dipta malah menunjukkan senyuman. “Lo pasangan gue.”
“Dih! Gue gak su—”
“Faye Aeliya.”
Aeli membeku kala Dipta menyebutkan nama lengkapnya dengan nada rendah. Membuat debaran jantungnya makin menggila.
“Lo cuma perlu diem. Gak usah banyak protes.”
“Masalahnya lo siapa sampai gue harus nurutin omongan lo?”
“Calon pacar lo.”
“Gil—”
“Ya gue gila. Kenapa?”
“Sarap lo emang! Gak jelas!”
Aeli bahkan tidak peduli jika suaranya didengar oleh orang lain. Yang ingin dia lakukan hanya melepaskan diri dari Dipta. Demi alam semesta dan seisinya, Aeli benar-benar tidak nyaman melakukan kontak fisik dengan cowok itu, apalagi dengan jarak sedekat ini. Dan tanpa Dipta sadari, Aeli sudah hampir menangis menahan rasa rimas dalam dirinya karena ulah sialan Dipta.
“Claudia setan! Lo di mana sih anjir? Majikan kampret lo seret bawa minggat woiiiii!”
“Sekarang waktunya berganti pasangan, guys!” Suara MC kembali menggema di pengeras suara.
Gotcha! Ini kesempatan Aeli untuk kabur.
“Ready? Three, two, one! And now!”
Berhasil. Kelengahan Dipta merupakan kesempatan emas bagi Aeli. Dia tersenyum saat berhasil bebas dari cowok itu. Namun detik berikutnya, seseorang tiba-tiba menarik tubuhnya untuk mendekat.
“Anying siapa lagi, sih?!”
Karena tidak siap, heels Aeli sedikit tergelincir dan hampir menabrak dada milik cowok itu jika sang empu tidak langsung menahannya. Tangan Aeli bertumpu di bahu lebar tersebut sedang tangan cowok tadi menahan pinggang dan lengannya.
“Are you okay?”
Deg!
Suara lembut itu dengan teramat sopan menyapa gendang telinga Aeli, membuatnya terpaku untuk sesaat. Debaran indah itu kembali dia rasakan, hingga saat dia memaksakan untuk mendongak, visual seseorang di bawah sorot lampu remang-remang menyita kewarasannya di detik yang sama.
“Sky Lazaro.”
Nama itu sangat cepat memenuhi benak Aeli yang sebelumnya diisi dengan puluhan kalimat umpatan. Rasa kesalnya, langsung habis tanpa sisa.
“I'm here now, for you.”
...•••...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
miyura
next othor..
2023-10-09
0
Erni Fitriana
nahhh kan..dipta kemakan omongan nya sendiri😛😛😛😛
2023-09-04
0