Bab 18 Bahagiamu Deritaku
Suara tonggeret yang mulai ramai berbunyi membangunkan Yungi. Ia membuka matanya dan menatap perempuan, yang pangkuannya ia jadikan sandaran kepala, masih lelap dalam tidurnya. Tidak perlu diragukan bahwa Mina juga sama lelahnya dengan dirinya.
Yungi perlahan bangkit dari tidurnya. Ia merapikan bajunya yang sudah kering kemudian duduk di sebelah Mina. Pelan-pelan, ia menyenderkan kepala Mina ke bahunya dan meregangkan tangannya memeluk bahu Mina. Ia tersenyum lalu mengecup pucuk kepala Mina dengan lembut.
“I love you!” lirihnya.
“Hmm,” tetiba suara Mina menggumam dan menjawab dengan memberikan simbol cinta ala-ala Korea dengan tangannya.
“Kamu dah bangun?” tanya Yungi pelan.
“Udah, Cuma takut ada yang minta jatah lagi, jadi pura-pura merem aja dulu!” celoteh Mina dan ia masih memejamkan matanya.
“Astaga! Ga akan, janji! Lagian kamu keliatan cape banget kok! Aku gendong pulang ya! Dah hampir malem nih! Kita harus pulang, kan?” Yungi menatap Mina yang sudah mengangkat kepalanya dari bahu Yungi dan sekarang tengah memperbaiki rambutnya.
“Oke,” ujar Mina. Ia tersenyum. Yungi menganggukkan kepalanya.
“Ayo naik,” ujar Yungi sambil memberikan punggungnya. Mina mengiyakan.
“Kalau inget gendong-gendongan gini, jadi inget waktu kita dulu ya.” Yungi berjalan menyusuri jalan kembali ke arah rumah.
“Yang mana?” tanya Mina dan ia mengeratkan pelukannya di leher Yungi.
“Waktu kamu kena bola basket di SMP dan waktu di hutan di SMA. Keduanya gara-gara aku,” ujar Yungi. Terdengar ada nada penyesalan di sana.
“Ah, yang itu!” jawab Mina setelah beberapa lama diam karena berpikir tentang kejadian yang Yungi katakan baru saja.
“Hmm, maaf ya!” ujar Yungi lagi sambil masih meneruskan langkahnya.
“Dimaafkan.” Mina meresponsnya dengan cepat sambil tersenyum.
“Makasih,” sahut Yungi sambil tersenyum.
Mina mencium pipi Yungi sebagai responsnya dan keduanya langsung tersenyum.
Mereka bercerita lagi sepanjang jalan pulang yang diselingi dengan tawa renyah dari keduanya.
Dan tentu saja mereka bahagia
***
Setelah berdoa sekali lagi di depan Love dan Hope, mereka berpamitan kepada Bibi Irie lalu bergegas pulang. Sebelum kembali ke hotel, mereka berbicara sebentar dengan Yuki dan sama halnya kepada Bibi Irie, mereka juga menutu pertemuan mereka dengan berpamitan.
“Tolong jaga dia!” ujar Yuki dengan menggunakan bahasa Inggris kepada Yungi, tepat sebelum mereka pulang.
“Eh?” Yungi agak terkejut.
“Jaga dia. Dia tidak sesederhana yang kamu pikirkan. Dia menahan semuanya di sini,” ujar Yuki lagi sambil menunjuk Mina yang tengah berpamitan kepada anak-anak Yuki dengan lirikan mata dan menggerakan wajahnya ke arah depan lalu menunjuk hatinya.
“Oh, iya, aku janji,” ujar Yungi meskipun ia tak paham dengan kata ‘sesederhana’ dan ‘menahan semuanya di sini’.
“Sampai jumpa lagi, ya. Jangan lupa berkabar,” ujar Yuki sambil memeluk Mina.
“Hmm,” jawab Mina sambil membalas pelukannya.
“Apa pun yang terjadi, jika ada masalah, ingatlah kamu selalu punya rumah di sini,” ujar Yuki lagi dalam bahasa Prancis.
“Aku tahu. Aku sangat berterima kasih padamu. Aku tak akan pernah bisa lagi menemukan teman sepertimu.” Mina menatap hangat Yuki sambil tersenyum dan kedua tangannya pada bahu Yuki.
Keduanya saling mengembangkan senyum lalu Mina dan keluarganya kembali ke hotel.
Zen dan Minami bertatapan sambil saling menyunggingkan senyum malu-malu dan Juna yang menjadi saksi mereka hanya geleng-geleng kepala. Padahal mereka berusia 10 tahun saja, tapi benih-benih pubertas sudah muncul rupanya.
Setelah terbang kembali ke Kobe, mereka beristirahat sehari lalu esoknya menyempatkan diri menikmati kota Osaka berkunjung ke beberapa tempat terkenal dan diakhiri dengan pergi ke Tokyo dengan menggunakan Shinkansen. Di sana juga mereka kembali menyewa studio dan berjalan-jalan di hampir semua tempat-tempat terkenal di Tokyo.
***
“Akhirnya kita berkumpul lagi,” ucap Justin sambil duduk di sebuah sofa panjang tepat di sebelah Vee saat Mina dan Yungi memasuki sebuah ruangan VIP di sebuah klub disusul Jini dan Jun. Mereka pergi bersama menggunakan taksi yang berbeda dan membiarkan anak-anak mereka berada di rumah Jini dan bermain bersama. Di Jepang itu aman dan biasa.
“Ayo kita video call , Jay!” Justin mengeluarkan Hpnya sementara yang lain tengah asyik melihat-lihat menu makanan dan sebagian yang lain hanya bersantai menikmati ruangan.
“Jay!!!” Justin berteriak kegirangan karena orang yang divideo call mengangkat.
“Gimana Bro?” tanya Jay. Dari latarnya ia jelas ada di apartemennya.
“Kami lagi di klub di Jepang nih! Gabung lewat Vcall ya!” ujar Justin lalu mulai membalikkan arah fokus video menyoroti teman-teman geng mereka satu per satu, mulai dari Jini dan Jun yang tengah melihat menu makanan, Vee yang tengah mengambil beberapa foto di ruangan yang desainnya cukup unik dan elegan, lalu terakhir Mina dan Yungi yang tengah asyik mengobrol dengan kedua tangan pasangan yang bertautan. Mereka terlihat sangat intim dan bahagia dan itu membuat ekspresi di wajah Jay agak berubah.
“Kalian enjoy deh! Aku ga bisa. Lagi pelajarin kasus!” ujar Jay berusaha tersenyum.
“Serius nih Bro! Hang out bentaran lah! Come on!” bujuk Justin.
“Aku mau sih! Ada kolega juga. Lagi bahas kasus, Bro! Serius!” ujar Jay sambil menunjukkan beberapa tumpukan dokumen di meja kerja apartemennya dan beberapa temannya yang juga tengah membaca beberapa dokumen.
“Ah oke, deh! Sorry ganggu! Mau nyapa dulu ga?” tanya Justin lagi.
“Ga usah, ntar kalau ada kesempatan aku ke kalian deh nyamperin,” ujar Jay.
“Udah dulu ya!” sambungnya.
“Okey, Good luck with the case, Bro!” ujar Justin lagi.
“Thanks,” sahut Jay dan ia langsung menutup telfon.
Jay diam pada posisinya. Wajahnya terlihat sedih.
“Aku harap kamu bahagia, Min.” Jay bergumam dengan nada yang sedih. Ia mengepalkan tangannya menahan perasaan kecewanya.
“Sir, we got a lead!” ujar salah satu lelaki yang membaca dokumen.
“Okay, I’ll be there soon,” jawab Jay sambil menoleh dan tersenyum.
Ia mengembuskan napas yang cukup panjang, membuang perasaan tak nyaman yang setelah ia mendapati pemandangan Mina dan Yungi tadi menggelayuti pikirannya berbalik dan berjalan menuju teman-teman kerjanya dan bergabung dalam kesibukan mereka.
***
Bagi Jay, Mina adalah cinta pertamanya dan ia tak pernah berniat mengutarakannya, khususnya ketika intensitas pertemuan mereka lebih sering dan mereka menjadi lebih dekat. Dia memilih diam, tetapi pada saat yang sama memberikan kemampuan terbaiknya agar Mina melihat kehadiran dirinya. Dia sudah patah hati dua kali oleh Mina. Pertama, ketika Mina dijodohkan dengan Awan dan kedua ketika Mina meminta Yungi menikah dengannya. Benar, ia mendukung hubungan mereka, tapi ada satu pikiran juga dan perasaan bahwa mereka mungkin tak akan bertahan lama. Pikiran dan perasaan itulah yang membuatnya bertahan bahwa pada akhirnya Mina akan berakhir dengannya.
Masalah cinta dan perasaan sangat sulit dijelaskan. Itu juga yang menjadi alasan Jay tidak menerima perjodohan dari orang tuanya. Dia memilih lajang dan mengubur kehidupan pribadinya dengan menunjukkan prestasi dalam karir dan pekerjaannya sambil menunggu bahwa suatu hari dengan semua yang ia punya,ia sangat berharap bahwa Mina akan menoleh ke arahnya, membuka hatinya, dan bersama dengannya. Itu akan menjadi kebahagiaan terbesarnya. Ia tidak ada masalah dengan Mina yang pernah dengan siapa saja. Ia sudah tahu semuanya tentang Mina. Setidaknya begitulah pikirnya. Sampai akhirnya, pemikirannya itu meleset, khususya ketika pemandangan di telfon barusan. Sekarang perasaannya mengawang, tak menentu, dan seperti mulai beku. Dingin. Dan ia belum memutuskan apa yang akan ia lakukan untuk mengatasi kesedihannya itu.
Bersambung
(Fokus beberapa bab ke depan adalah tentang Mereka di SMP, SMA, dan kuliah)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments