Bab 19 IYA, AKU CINTA DIA

“Jadi, gimana? Kalian sudah melakukannya?” Pertanyaan yang sama diajukan kepada dua orang yang berbeda di tempat yang berbeda tapi di ruangan yang sama. Sekumpulan para istri di satu pojok dan para suami di pojok lainnya. Ini benar-benar pemisahan yang disengaja agar kedua belah pihak leluasa untuk bercerita. Yungi dan Mina hanya menjawab dengan senyuman dan raut wajah yang memerah. 

“Sudah kuduga. Tidak perlu tahunan untuk seorang Yungi menaklukan seorang perempuan,” ucap Justin sambil mendekatkan gelas sampanyenya ke gelas sampanye Yungi mengajaknya bersulang. 

“Tapi kok bisa, Bro? Ini Mina loh! Kalau perempuan lain, aku sih udah duga bakalan cepet, tapi kalau Mina kayaknya susah deh, kecuali kamu yang mulai, Bro!” Jun yang memang sejak dulu terkenal cerdas dan analitis mengangkat kedua alisnya meminta penjelasan. 

Yungi tersenyum lagi. Ia menyisip sampanyenya sambil menganggukkan kepala. 

“Wooaaah!” seruan kekaguman keluar dari mulut Justin dan Jun. Jelas mereka tahu karakter temannya itu. 

“Kok bisa, seorang Yungi memulai. Gimana... gimana? Kamu minta apa gimana? Detailin dong!” Justin mulai kepo.

“Aku pengen kehidupan yang lebih baik dan perasaan aku bilang Mina orang yang tepat buat aku dan anak-anak.” Yungi menjelaskan setelah ia diam beberapa saat. Sebenarnya, ia ingin menjelaskan semua hal, termasuk mengakui tentang pemaksaan, Love dan Hope, dan hal lainnya kepada mereka, tapi ia juga belum meminta izin kepada Mina apakah dia boleh membuka tentang hal itu kepada teman-temannya meskipun sudah dianggap keluarga juga. 

“Iya ga tepat gimana, di antara kita semua, cuma dia yang sangat perhatian sama kamu. Coba kamu inget-inget lagi! Kalau dibandingin sama Vee dan Jini, dia yang selalu siap buat kamu loh kalau dimintai tolong!” Justin menjelaskan. 

Yungi diam seolah berpikir tentang apa yang dikatakan Justin baru saja. 

“Mina dasarnya emang penyayang dan pedulian. Dia ngelakuin gitu ga sama kamu aja Kok! Sama kita semua juga. Dia orang yang bisa diandalkan, perhatian, penyayang dan ga pernah mengeluh. Aku sih sebenarnya kagum sama dia. Dari sejak TK, dia mah orangnya likeable,” sambung Justin.  

“Bener. Tapi sedikit banget yang kita tahu tentang kehidupan pribadi dia, ya kan? Si Mina tuh likeable tapi juga misterius buat aku mah!” Jun menatap Yungi. Semuanya diam sejenak sepertinya memikirkan perkataan Jun yang ada benarnya juga. 

“Inget ga waktu dia jadian sama Genta. Agak aneh kalau kata aku sih! Juga pas tiba-tiba dia kenalin Awan ke kita, katanya calon suami dia itu. Terus si Awannya kayak ga nyaman gitu, kan. Coba inget-inget. Banyak deh! Waktu dia pertukaran ke Jepang berapa lama hampir tiga tahun tuh! Kita mau nengokin dia... eh malah ga boleh kan. Dia juga sempet lost kontak gitu kan sama kita!” Jun melanjutkan. 

Deg. 

Yungi kaget, khususnya ketika urusan yang terakhir dibawa ke permukaan karena dia sekarang dia sudah tahu kebenarannya soal yang satu itu. Wajahnya sempat bereaksi tapi ia berusaha menenangkan dirinya. 

“Si Jini sampai tanya mama Mina dan tau ga apa jawabannya?” tanya Jun.

“Apa?” Justin terlihat sangat penasaran. 

“Kalau mamanya juga ga tau si Mina tinggal di mana di Jepangnya dan orang tuanya itu kesannya bodo amat gitu! Aneh ga sih?” Jun rumpi. 

“Iya. Nah makanya inget ga waktu kita main-main waktu di kafe di Bandung yang ada pertanyaan sama siapa orang pertamanya dia, dia malahan nutup rapet kan. Malah pilih cium si Yungi daripada ngomong,” tegas Justin. 

“Vee soalnya curiga dia sama si Jay sempet jalan gitu kayak si Jay cowok pertamanya dia, gitu!” lanjut Justin. 

Yang ini wajah Yungi tenang, lagi-lagi karena dia tahu kebenarannya. 

“Eh, iya, si Jini juga sempet nanya soal itu sama Mina. Soalnya si Jay kayak yang bucin kan sama si Mina,” sahut Jun menambahkan. 

“Wah masa! Terus apa katanya?” Justin menunggu jawaban. 

“Aku ga bisa kontrol perasaan orang, aku cuma ngangap Jay temen aja. Aku suka gaya Jay yang kalem, tapi itu sama aja kayak ke Jun yang cerdas dan dewasa atau Justin yang paling loyal sama temen atau Yungi walaupun paling merepotkan dia orang yang paling pertama ada kalau aku butuh seseorang. Gitu jawabannya.” Jun menjawab dengan menirukan gaya bicara Mina. 

Yungi senyum. Setidaknya yang itu dia sudah pernah mendengarnya dari Mina langsung. 

“Kok malah senyum sih, Yun! klarifikasi dong semuanya. Kamu kan yang lebih tahu tentang dia sekarang daripada kami,” sahut Jun. Nadanya menggoda.

“Iya, dipancing dari tadi biar nyablak malah bengang-bengong gitu!” Justin menyambung. 

“Astagaa! Aku sama dia tuh baru tiga minggu nikah, Bros! What do you expect from me?” Yungi memberi alasan. 

“Ah, iya bener juga. Kalau gitu balik ke pertanyaan dasar deh!” Justin nyengir. 

Jun ikut nyengir. Yungi merebahkan dirinya di kursi dan melirik ke arah Mina dan hei lihatlah perempuan yang  diliriknya itu tengah tersenyum dengan indahnya berbicara dengan Vee dan tangannya mengelus perut Vee yang kelihatan besar. Yungi menelan ludah dibuatnya. Mereka tidak terpisah jauh, tapi Yungi hampir tidak bisa menahan dirinya untuk mendatangi Mina dan memeluknya. 

“Si Yungi ngeliatin kamu kayak dia mau nelen kamu, Min!” Jini manyun sambil nunjuk ke arah Yungi.

Mina melirik ke arah Yungi yang tengah menatapnya sambil tersenyum. Mina membalas senyumannya. 

Justin dan Jun saling melirik sambil senyum-senyum dan itu sama halnya dengan Vee dan Jini yang juga saling memainkan alisnya dan saling mengembangkan senyumanya.

“Siapa yang lebih bagus di ranjang, Min?” pertanyaan Jini langsung mengarah ke arah sana. 

“Hah!?” Mina terlihat kaget. 

“Kamu tuh! Ini kan antar kita aja. Si Yungi atau Awan?” tanya Jini setelah berkomentar. 

Mina senyum. 

“Oh, Min. Ayolah! Boleh kan kita tahu si Yungi kadal itu gimana di ranjang, secara dia kan playboy!” Jini memasang wajah memohon. Mina tertawa, tapi dia tak menjawab. 

“Jangan harap si Mina jawab, Jin. Kamu kayak ga tahu dia aja,” ujar Vee sambil senyum-senyum. Ia mengambil botol minum air mineral dan membukanya. 

“Tapi kalian ada rencana punya anak, kan?” Jini menyerah soal pertanyaan sebelumnya. 

“Rencana ada, tapi ga planning kapan-kapannya,” jawab Mina santai. 

“Terus kok akhirnya kamu mau diboboin dia, Min?” Vee yang bertanya, tapi Jini juga menganggukkan kepala. 

“Dia bilang pengen pernikahan kami berhasil. Dia ga mau gagal lagi kayak sebelumnya. So, he said he wanted to work it with me. Ga ada yang salah dari itu kan! Yang paling penting sih anak-anak juga bahagia.” Jawaban Mina klasik. 

“Tapi kamunya gimana? bahagia ga? Kamu cinta dia, Min?” tanya Jini. 

Mina diam sejenak. Ia melihat ke arah Yungi yang tengah mengobrol sambil tertawa. Lalu ia juga tersenyum. 

“Iya, aku bahagia.” Mina menjawab. 

“Kamu cinta dia?” Jini sekali lagi nanya. 

“Aku ga mungkin tidur sama orang yang ga aku cinta, Jin,” jawab Mina sambil mengambil gelas yang berisi sampanye. 

“Ah, gitu! Syukurlah!” Jini dan Vee tersenyum. Wajah mereka terlihat lega. 

Mina hanya tersenyum sambil menyisip minumannya. 

“Kok ga dijawab, Yun?” Jun dan Justin menatap Yungi. 

Rupanya mereka juga mengajukan pertanyaan yang sama untuk Yungi. 

“Iya, aku cinta dia.  Dan asala kalian tahu aja ya! Ini pertama kali juga aku bilang cinta sama perempuan.” Yungi menatap Jun dan Justin memastikan sebelum akhirnya ia menyimpan gelas sampanye di atas meja. 

Orang yang ditatap terlihat sangat yakin. 

“Udah berapa kali kamu boboin si Mina?” nada Jun menggoda. 

“Baleg (Yang bener aja), Jun! Kamu nanya gituan,” komentar Yungi. 

“Kan kamu yang pertama bilang cinta. Lah terus gimana reaksi si Mina? Dia bilang juga apa gimana, terus gimana? Kamu ngajakin dia ehem ehem gitu? Otak aku ga jalan sama hubungan kalian soalnya!” Jun menjelaskan. Justin menganggukkan kepalanya. 

“Ya, gitu aja, Aku bilang aku pengen pernikahan kami berhasil. Kan aku dah bilang ga ada yang mau gagal kan! Aku minta dia kasih kesempatan gitu. Terus dia cium aku. Ya udah aku bales terus aku ngajakin dia ehem ehem gitu kan, dianya ga jawab sih tapi pas aku lepasin bajunya dia ga keberatan, ya udah jadinya main,” Yungi menjelaskan tapi dia kelihatan sangat malu yang dibuktikan dengan senyum-senyum ga jelas dan menggaruk bagian belakang kepalanya pelan sambil sesekali melirik ke arah Mina yang juga tengah asyik mengobrol. 

“Masa sih segampang itu si Mina! Ga percaya aku! Pasti ada momen ini mah!” Jun masih merasakan kejanggalan. 

“Ah kalian! Kepo! Aku aja ga nanya-nanya sama kalian gimana malam pertama kalian, kan?” Yungi berusaha mengalihkan. 

Bagaimana ia akan bilang bahwa keputusan itu ia ambil setelah ia tahu bahwa ia pernah melakukan kesalahan besar kepada Mina terlebih sekarang ia tahu sebuah kenyataan bahwa karena ulahnya itu Mina jadi hamil dan melahirkan Love dan Hope meskipun akhirnya tidak berumur panjang. 

“Iya karena kamu sama Mina bersama itu keajaiban!” Justin tertawa senang. 

“Eh, tapi ngomong-ngomong soal si Genta, aku tuh sempet ketemu sama si veni, adik si Juan, temen kita basket di SMP, inget ga?” tanya Justin tetiba ia juga mengubah topik pembicaraan. 

“Oh, yang nyatain sama kamu, kan Yun terus kamu tolak apa gimana?” tanya Jun sambil menatap Yungi. 

“Ngga ditolak. Kami sempet jalan juga kok!” Yungi menjawab dengan santai.

“Beuh si Kadal!” Justin menggelengkan kepalanya. 

“Terus kenapa si Veni?” tanya Jun.

“Iya, jadi si Veni itu kan temen satu klub si Mina di Ice Skating. Nah aku denger sih Genta sama Mina dulu cuma setingan,” ujar Justin. 

“Whattttttt!!! Gimanaaaa?” Yungi melotot. 

Perasaan kaget bercampur dengan senang tetiba menyeruak di hatinya. 

“Kata si Veni, dia denger obrolannya Mina sama Genta katanya. Genta minta tolong sama Mina buat jadi pacar dia. Dia kan sakit kanker apa gitu. Aku lupa si Veni ngomongnya pake bahasa dokter sih, Nah terus Minanya oke. Jadi, mereka jalan.” Justin menjelaskan. 

“Tapi si Mina kayak kepukul banget  pas Genta meninggal! Mas sih itu setingan?” Jun berpikir. 

“Mina kan orangnya gitu! Dia orangnya pedulian. Aku inget dia nangis di atap tuh dia bilang dia udah kehilangan teman yang berharga katanya,” ujar Yungi.

“Kok kamu tahu?” Jun dan Justin bertanya bersamaan. 

“Kan malem itu aku yang temenin dia,” jawab Yungi dengan santainya. 

“Kok bisa? Kan kita belum barengan?” Nada Jun curiga. 

“Sebenernya sih aku lagi nungguin si Gladys, mau mojok ceritanya, tapi malah si Mina yang dateng, dalam keadaan nangis pula. Ya, jadinya aku ngehibur dia,” jelas Yungi. 

“AAAh! Definisikan tuh kata ngehibur? soalnya definisi ngehibur kamu sama kami pasti beda,” ujar Jun langsung ngejar.

“Ayolah guys! Anak SMP mana berani aing  (aku) curi-curi kesempatan,” sanggah Yungi. 

“Eweuh (Ga mungkin) Maneh mah geus playboy ti Kudrat (Kamu itu sudah menjadi playboy sejak kamu dilahirkan!)” Justin menambahkan. 

“Cuma meluk kok!” Yungi terpaksa menjawab.

“Tuh Kan! Ceuk aing ge (apa kata aku juga) Si Kadal mah!!!” Justin langsung menggelengkan kepalanya. 

“Kamu ga ngapa-ngapain dia selain meluk kan?” Justin dan Jun menatap Yungi tajam. 

“Astagaa! Yang aku peluk itu si Mina. Kalau cewek lain mah nemplok. Mereka yang nyosor, lain aing, Men! (bukan aku, Men!). Si Mina mah kan urat berahinya putus sebagian, jadi susah dapetin sinyalnya, ngerti ga sih kalian?” Yungi menjelaskan.  

Yang lainnya tertawa. 

“Kabayang Maneh Yun ka si Mina (Kebayang kamu ke si Mina), Yun! Dia ga dingin kan kalau lagi ehem ehem?” Justin penasaran. 

“Eits! Jangan salah! Dia beda banget kalau urusannya itu! Tapi kalian jangan minta didetailin, nih! Yang itu hak cipta aku semua!” Yungi tertawa tengil sambil memainkan alisnya. 

Mereka tertawa bersama. 

“Syukurlah! Setidaknya sekarang kamu keliatan lebih bahagia,” ujar Justin dan dia mengajak bersulang lagi. 

Waktu hampir mendekati puncak malam. Mereka memutuskan menyudahi acaranya. Masing-masing tidak bersama pulang padahal mereka harus jemput anak-anak di rumah Jini. Mereka menikmati dulu kebersamaan mereka dengan pasangan masing-masing sebelum akhirnya ke rumah Jini. 

***

Yungi dan Mina berjalan menuju sebuah bangku. Di depan mereka adalah pemandangan laut yang tak jauh dari sana terlihat jembatan panjang yang menjadi lalu lintas keseharian penduduk Tokyo. Mereka duduk bersebelahan sambil menikmati pemandangan lampu-lampu malam dan lalu lintas kota Tokyo yang tidak pernah terdengar atau terlihat sepi. Di tangan mereka secangkir kopi yang mereka beli dari swalayan yang mereka lewati dalam perjalanan ke tempat itu.

“Kamu ga apa-apa? Wajah kamu merah? ga dingin kan?” Yungi menatap Mina sambil mengelus wajahnya lembut. 

“Ga, agak mabuk aja! Efek sampanye!” ujar Mina sambil tersenyum. Dia menatap ke arah laut lalu menyandarkan kepalanya di bahu Yungi. Yungi tersenyum. Tanpa ragu ia memeluk Mina dan mencium pucuk kepalanya. 

“Kalian tadi ngomongin apa?” tanya Mina masih dengan posisinya yang sama.  

“Uhm ga ada yang penting. Cuma ngebahas hal-hal sehari-hari aja,” ujar Yungi.

“Oh,” jawab Mina pendek. 

“Kamu gimana sama yang lainnya?” Yungi ternyata penasaran juga. 

“Ah sama ga penting,” jawab Mina.

“Bales nih!” Yungi yang merasa disindir terdengar agak kesal.

“Ga kok! Emang ga penting,” jawab Mina. 

“Tapi aku senang kita bisa kumpul lagi ya!” Mina tersenyum. 

“Iya,” jawab Yungi. 

Mereka hening sejenak. 

Mina mengangkat kepalanya. Lalu melihat ke arah Yungi sambil tersenyum. 

Yungi mengangkat kedua alisnya, merespons tatapan Mina dengan wajah terlihat bingung. 

Tidak ada pembicaraan. Hanya Mina menarik kemeja Yungi sehingga wajah mereka berdekatan dan Mina mencium Yungi di bibirnya. Yungi membalasnya. Mereka memejamkan mata mereka menikmati prosesnya. 

“Wow!” Yungi terlihat agak kewalahan setelah mereka melepaskan tautan bibir mereka. 

Mina tertawa kecil. 

“Suka?” Mina berbicara dengan nada menggoda. 

“Banget!” bisik Yungi sambil mencium Mina kembali. 

Bersambung

Episodes
1 Bab 1 Circle 7
2 Bab 2 Permintaan Tolong
3 Bab 3 Keluarga
4 Bab 4 Ibu dan Papa
5 Bab 5 Cemburu bukan sih?
6 Bab 6. Dare aja lah
7 Bab 7 Pas
8 Bab 8 Ga Nafsu ah
9 Bab 9 Sidak
10 Bab 10 Jadi, itu Aku
11 Bab 11 Bayar Utang
12 Bab 12 Terima Kasih
13 Bab 13 Amit-amit
14 Bab 14 Ciuman Pertama
15 Bab 15 Saat Bahagia
16 Bab 16 Love dan Hope
17 Bab 17 That was good
18 Bab 18 Bahagiamu Deritaku
19 Bab 19 IYA, AKU CINTA DIA
20 Bab 20 Pelukan Pertama
21 Bab 21 Tujuh Orang
22 Bab 22 Mimpi tapi Basah
23 Bab 23 PERTAMA
24 Bab 24 No Way
25 Bab 25 Ngidam bareng
26 Bab 26 Permintaan Yang Aneh
27 Bab 27 Menatap Langit yang Sama
28 Bab 28 Sisi lain Mina
29 Bab 29 Tetangga Baru
30 Bab 30 Jay dan Mina
31 Bab 31 In Between
32 Bab 32 Hari Yuna
33 Bab 33 Giliran Dua Jagoan
34 Bab 34 Satu
35 Bab 35 Hadiah
36 Bab 36 Dokter kepo
37 Bab 37 Mi Ayam Gerobak Hijau
38 Bab 38 Curhat
39 Bab 39 Perihal Nama
40 Bab 40 Selamat Datang Baby Jun, Jay, dan Justin
41 Bab 41 Perkara Tahi Lalat
42 Bab 42 Masih menyoal Tahi Lalat
43 Bab 43 Terima kasih Ibu
44 Bab 44 Teman sekaligus saingan
45 Bab 45 Jika aku ga ada, kamu ada
46 Bab 46 Bersyukur
47 Bab 47 Beli satu dapat dua
48 Bab 48 Di Toko
49 Bab 49 Masih di Toko
50 Bab 50 Cinta Pertama
51 Bab 51 Saingan
52 Bab 52 Mina Hilang
53 Bab 53 Berat
54 Bab 54 Celah
55 Bab 55 Semuanya akan baik-baik saja
56 Bab 56 Kesalahan Besar
57 Bab 57 Kembali seperti dulu
58 Bab 58 Cerai
59 Bab 59 Tim Kompak
60 Bab 60 Rencana
61 Bab 61 Versus
62 Bab 62 Main peran
63 Bab 63 Diam tidak berarti lemah
64 Bab 64 Yang Sebenarnya
65 Bab 65 Aku sangat merindukanmu
66 Bab 66 Siapa Namanya?
67 Bab 67 Begitu Rupanya
68 Bab 68 Mina Ibuku
69 Bab 69 Kau bukan siapa-siapa
70 Bab 70 Jay dan Yungi
71 Bab 71 Mina Bangun
72 Bab 72 Zen dan Ibu
73 Bab 73 Mimpi Indah Yungi
74 Bab 74 Kebahagiaan itu Fatamorgana
75 Bab 75 Jangan Tinggalkan Aku
76 Bab 76 Karlee anak kita
77 Bab 77 Tetap Bersama
78 Bab 78 Serendah itukah nilaiku di matamu?
79 Bab 79 Halo, kita bertemu lagi
80 Bab 80 Tidak Perlu Repot untuk Lari
81 Bab 81 Iya, aku cemburu
82 Bab 82 Sepuluh itu banyak!!!
83 Bab 83 Ini pertarunganku
84 Bab 84 Ketahuan
85 Bab 85 Buta dan Tuli saja
86 Bab 86 Anak tetaplah anak
87 Bab 87 Sekali
88 Bab 88 Dari Mahendra menjadi Kanirogo
89 Bab 89 Sistem Pendukung yang Hebat
90 Bab 90 Oke Deh Pah
91 Bab 91 Menyoal gaun 1
92 Bab 92 Menyoal gaun bagian 2
93 Bab 93 Menyoal gaun bagian 3
94 Bab 94 Masih menyoal gaun
95 Bab 95 Legendaris
96 Bab 96 Permintaan
97 Bab 97 Brian
98 Bab 98 Karena kita saling mencintai
99 Bab 99 Menjadi bagian dari kami
100 Bab100 Menua Bersama
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Bab 1 Circle 7
2
Bab 2 Permintaan Tolong
3
Bab 3 Keluarga
4
Bab 4 Ibu dan Papa
5
Bab 5 Cemburu bukan sih?
6
Bab 6. Dare aja lah
7
Bab 7 Pas
8
Bab 8 Ga Nafsu ah
9
Bab 9 Sidak
10
Bab 10 Jadi, itu Aku
11
Bab 11 Bayar Utang
12
Bab 12 Terima Kasih
13
Bab 13 Amit-amit
14
Bab 14 Ciuman Pertama
15
Bab 15 Saat Bahagia
16
Bab 16 Love dan Hope
17
Bab 17 That was good
18
Bab 18 Bahagiamu Deritaku
19
Bab 19 IYA, AKU CINTA DIA
20
Bab 20 Pelukan Pertama
21
Bab 21 Tujuh Orang
22
Bab 22 Mimpi tapi Basah
23
Bab 23 PERTAMA
24
Bab 24 No Way
25
Bab 25 Ngidam bareng
26
Bab 26 Permintaan Yang Aneh
27
Bab 27 Menatap Langit yang Sama
28
Bab 28 Sisi lain Mina
29
Bab 29 Tetangga Baru
30
Bab 30 Jay dan Mina
31
Bab 31 In Between
32
Bab 32 Hari Yuna
33
Bab 33 Giliran Dua Jagoan
34
Bab 34 Satu
35
Bab 35 Hadiah
36
Bab 36 Dokter kepo
37
Bab 37 Mi Ayam Gerobak Hijau
38
Bab 38 Curhat
39
Bab 39 Perihal Nama
40
Bab 40 Selamat Datang Baby Jun, Jay, dan Justin
41
Bab 41 Perkara Tahi Lalat
42
Bab 42 Masih menyoal Tahi Lalat
43
Bab 43 Terima kasih Ibu
44
Bab 44 Teman sekaligus saingan
45
Bab 45 Jika aku ga ada, kamu ada
46
Bab 46 Bersyukur
47
Bab 47 Beli satu dapat dua
48
Bab 48 Di Toko
49
Bab 49 Masih di Toko
50
Bab 50 Cinta Pertama
51
Bab 51 Saingan
52
Bab 52 Mina Hilang
53
Bab 53 Berat
54
Bab 54 Celah
55
Bab 55 Semuanya akan baik-baik saja
56
Bab 56 Kesalahan Besar
57
Bab 57 Kembali seperti dulu
58
Bab 58 Cerai
59
Bab 59 Tim Kompak
60
Bab 60 Rencana
61
Bab 61 Versus
62
Bab 62 Main peran
63
Bab 63 Diam tidak berarti lemah
64
Bab 64 Yang Sebenarnya
65
Bab 65 Aku sangat merindukanmu
66
Bab 66 Siapa Namanya?
67
Bab 67 Begitu Rupanya
68
Bab 68 Mina Ibuku
69
Bab 69 Kau bukan siapa-siapa
70
Bab 70 Jay dan Yungi
71
Bab 71 Mina Bangun
72
Bab 72 Zen dan Ibu
73
Bab 73 Mimpi Indah Yungi
74
Bab 74 Kebahagiaan itu Fatamorgana
75
Bab 75 Jangan Tinggalkan Aku
76
Bab 76 Karlee anak kita
77
Bab 77 Tetap Bersama
78
Bab 78 Serendah itukah nilaiku di matamu?
79
Bab 79 Halo, kita bertemu lagi
80
Bab 80 Tidak Perlu Repot untuk Lari
81
Bab 81 Iya, aku cemburu
82
Bab 82 Sepuluh itu banyak!!!
83
Bab 83 Ini pertarunganku
84
Bab 84 Ketahuan
85
Bab 85 Buta dan Tuli saja
86
Bab 86 Anak tetaplah anak
87
Bab 87 Sekali
88
Bab 88 Dari Mahendra menjadi Kanirogo
89
Bab 89 Sistem Pendukung yang Hebat
90
Bab 90 Oke Deh Pah
91
Bab 91 Menyoal gaun 1
92
Bab 92 Menyoal gaun bagian 2
93
Bab 93 Menyoal gaun bagian 3
94
Bab 94 Masih menyoal gaun
95
Bab 95 Legendaris
96
Bab 96 Permintaan
97
Bab 97 Brian
98
Bab 98 Karena kita saling mencintai
99
Bab 99 Menjadi bagian dari kami
100
Bab100 Menua Bersama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!