Bab 9 Sidak

Bab 9 Sidak 

“Min, ini cukup baik, kan?” Yungi keluar dari kamar dengan memakai kemeja biru muda  menghampiri Mina yang baru saja menggantung celemeknya dan  secara keseluruhan, ia sebenarnya sangat rapi dan tampan. 

“Ya, terlalu rapi bahkan!” ujar Mina sambil menyunggingkan senyum dan menatap Yungi hangat.

“Duh, kok aku jadi degdegan gini ya! Ini kok kayak sidak!” Yungi menggaruk belakang kepalanya sambil tersenyum gugup.

“Ah, biasa aja, Yun. Ga apa-apa, kok! Kalau kamu terbebani sama kata-kata aku tadi, biar aku jelasin deh dengan singkat.” Mina mendekati dan memperbaiki kerah baju Yunggi yang agak kusut.

“Apa?” Yugi sebenarnya deg-degan karena mereka berdiri terlalu dekat. Ia menelan ludah.

“Mama sama papa aku itu orangnya terlalu romantis, jadi kesannya dramatis di mata orang lain. Ya, di mata anak-anaknya juga. Mereka tuh suka nunjukkin kemesraan mereka gitu! Pokoknya kamu bakalan geli deh kalau liat mereka. Aku aja kebanyakan jijik kalau liat mereka gitu,” sahut Mina mulai menjelaskan. 

“Oh pantesan kamu kayak ga tertarik sama yang gitu-gitu! Kebanyakan nonton adegan panas ya? Jadi bosen,” Goda Yungi. 

“Bisa jadi! hahahah!” Mina tertawa lepas dan Yungi tertegun melihatnya. Kenapa tetiba ia merasa senyum Mina begitu manis dan semakin lama ia berbicara dengan Mina, semakin ia merasa bahwa hatinya hangat. 

“Mama papa aku juga suka nanya-nanya soal ranjang kita dan pasti sidak kamar tidur. Dia pasti nanyain kamu kemampuan aku memuaskan kamu di ranjang dan juga kemampuan kamu di ranjang muasin aku.” Mina tersenyum saat Yungi melotot.

“Whatttt! Kamu lagi canda, kan, Min,?” Yungi menganga. 

“Ga, sumpah! Ini beneran!” Mina tertawa kecil sambil membuat tanda peace dengan jari telunjuk dan tengahnya, menegaskan jawabannya.

“Terus, aku mesti jawab gimana?” tanya Yungi.

“Ya, kamu jawab aja seadanya. Kita kan belum sampai ke sana kan?” Mina tersenyum.

“Iya. Jadi, ga apa-apa kalau dijawab jujur?” Yungi memastikan.

“Iya, ga apa-apa. Tapi, kalau mereka nanya kenapa belum, kamu harus siapin alasan yang masuk akal ke mereka.” Mina menjawab dengan santai. 

“Apa tah?” Yungi mengikuti Mina ke kamar.

“Ya Ampun. Masa aku terus kasih contekan. Ga seru ah Yun. Kamu kan pinter. Bikin aja alasan sendiri. Ntar kalau agak aneh, aku back-up!” sahut Mina sambil senyum. 

“Duh susah itu!” Yungi menggerutu. 

“Haha! Santai Yun!” Mina senyum. 

“Oh, iya, aku hampir lupa!” Mina berbalik membuat mereka berdiri berdekatan lagi sebab Yungi mengikuti Mina tidak terlalu jauh di belakangnya. 

“Yun, mama aku tuh ga suka gaya aku!” Mina menjeda sebentar . Ia manyun sambil mikir 

“Maksudnya?” Yungi jelas bingung.

“Ah, kami ga se-frekuensi. Aku tuh kan apa kamu bilang dulu ya sama aku ... hmmm, Ah bener! Aku tuh kan wanita kolot! Itu kata kamu dulu!” Mina mengedipkan satu matanya. 

Yungi langsung memerah. 

“Ngapain bawa-bawa itu sih? Tapi emang kamu gitu!” Yungi bergumam. 

“Nah itu. Jadi, selama Mama sama Papa aku tinggal di sini, jangan kaget kalau aku keterlaluan sama kamu, ya!” Mina mengatupkan kedua tanganya lalu meminta maaf. 

“Keterlaluan gimana?” Yungi penasaran. 

“Iya, aku bisa jadi abuse kamu! Pokoknya aku udah minta maaf! Sebenarnya sih aku juga ga nyaman. Itu kayak ga jadi diri aku sendiri, tapi kalau aku ga ngikutin apa kata Mama, dia pasti ngomel panjang sepanjang jalan kenangan loh! Pokoknya nyebelin!” Mina menggerutu kesal. 

“Wow dramatis banget!” Yungi kaget dan heran juga dengan definisi ‘keterlaluan’ dan ‘abuse’ Mina. 

“Tapi, ya udah ga apa-apa. Palingan beberapa jam aja kan ya!” Yungi melanjutkan. 

“Apaan! Dua hari, Yun. Mama sama Papa kan nginep sampai lusa. Tante Yasmin aja yang sebentar!” Mina menjelaskan dan itu membuat Yungi melotot. 

“Min, kok perasaan aku ga enak ya! Sumpah deh! Nikah sama kamu tuh, kok kayak aku masuk ke hutan lebat tanpa jalan setapak. Ini Aku bakalan selamat pulang ga ya!” Canda Yungi. 

“Seru kan, Yun!” Mina mengangkat kedua alisnya dan tersenyum lagi. 

Yungi hanya mengerling.

“Sekarang, keluar dulu, ya! Aku mau ganti baju. Ga bakalan lama!” ujar Mina sambil mendorong Yngi keluar kamar. 

“Jangan lama!” ujar yungi. Sepertinya, ia benar-benar gugup. 

“Hmmm,” Mina sambil menutup pintu.

Yungi menunggu di ruang tamu. Beberapa kali ia mengembuskan napas panjang, seolah sedang mempersiapkan sebuah ujian. 

“Tenang aja, Yun, Kamu dulu nilai drama kan A. Pasti bisa akting gini doang, mah!” suara Mina mendekat seiring dengan derap kakinya. 

“Iya hahaha!” Yungi dengan suara gugup menoleh ke arah sumber suara, tapi kedua matanya tertawan di sana dan mulutnya menganga setelah menggumamkan kata ‘woah’.

Matanya tak berkedip. Mina berjalan ke arahnya dengan penampilan yang berbeda dan itu jauh dari definisi wanita kolot atau konvesional yang selalu ia katakan dulu kepada Mina. Ia mengepang rambutnya longgar membiarkan beberapa rambutnya jatuh tergerai dan itu sangat sesuai dengan wajahnya yang mungil. Anting mutiara yang ia kenakan di kedua telinganya menekankan kecantikannya. 

Yungi menelan ludah saat matanya menatap kedua bahu Mina yang biasanya tertutup kini hanya digantungi dua utas tali gaun berwarna biru yang panjang beberapa senti meter di bawah lututnya. Gaun Vintage elegan dengan FrenchV neck Sling itu sangat manis membalut tubuhnya. 

“Wow!” Yungi melihatnya dengan rasa kagum. 

“Apa Yungi! Mau ngomen lagi, ya!! Awas aja! Aku ga nyaman ini, tapi lebih ga nyaman lagi kalau Mama sama Papa ngomel. Ga enak di kuping!” ujar Mina sambil merapikan rambutnya

“Ga kok! Cuma mau bilang aja nanti kamu kehilangan identitas kamu kalau kayak gini!” sahut Yungi berusaha menenangkan dirinya. 

“Nah, bener... bener itu! Iya kan, ini bukan aku soalnya! Berdoa aja lah aku ga masuk angin!” Mina setuju dengan yang dikatakan Yungi, padahal Yungi sedang mengejek dirinya. 

“Oh, hampir lupa! Ini pake!” Mina memberikan sebuah cincin. 

“Hah! Ini cincin geng  kita waktu kuliah, kan?” Yungi kaget, tapi ia menerimanya.

“Iya, aku simpan semuanya. Kan sekarang udah ganti,” ujar Mina sambil nunjuk ke kalungnya. Jelas liontin yang ia pakai adalah sebuah cincin yang dimaksud.

“Oh, kamu masih simpan? Hebat!” sahut Yungi. 

“Ini dipakai buat apa?” tanya Yungi sambil nunjuk cincin yang Mina berikan baru saja.

“Anggap aja itu cincin nikah kita, biar mama sama papa ga banyak komen. Udah buruan pake. Nih aku juga pake. Tuh mirip couple kan? Padahal 7 orang hahahaa!” Mina tertawa.

“Emang orang tua kamu ga tahu kalau kita punya ginian di geng?” tanya Yungi.

“Ga lah! Udah pake!” sahut Mina lagi sambil senyum. 

“Terus kalau Mama sama Papa kamu tanya asal usul ini cincin gimana?” tanya Yungi.

“Ngarang aja lah! Kan kamu jagonya!” ujar Mina lagi. Dia  berjalan ke arah pintu sebab dari arah luar terdengar suara mobil yang memasuki halaman. 

Yungi menggelengkan kepala. Gini amat nikah sama si Mina. Pikir Yungi. 

Ia sekarang mulai berpikir bahwa ia tak kenal temannya itu! 20 tahun ternyata masih belum cukup untuk mengenal seseorang. 

“Mah, pah! Apa kabar?” Mina dan Yungi gantian sun tangan dan pelukan mama papanya. 

Mereka terlihat bahagia. 

“Tante, apa kabar?” Mina dan Yungi menghampiri tantenya dan mereka berpelukan sejenak dan kemudian saling menyunggingkan senyuman. 

“Sehat?” tanya Tante Yasmin. 

“Iya, sehat, Tante,” ujar Mina. 

“Oh, ini yang namanya Yungi, ya!” Tante Yasmin senyum ramah. Dan Yungi bisa bilang bahwa Mina lebih mirip tantenya daripada mamanya yang tak sekejap pun melepaskan pegangan tangan dari ayah Mina. 

“Jangan kaget ya dengan mereka!” bisik Tante Yasmin sambil menepuk punggung Yungi. 

Yungi  mengangguk. 

“Mina udah kasih spoiler, Tante!” Canda Yungi.

“Hahaha, biasa aja kamu!” jawab Tante Yasmin. 

Mereka masuk dan langsung menuju ke ruang keluarga. 

“Anak-anak lagi latihan?” tanya Mama Mina sambil menatap Mina. 

“Iya, Mah.” Mina menjawab sambil menyimpan cangkir yang sudah berisi air. 

Sesil baru memasuki ruangan karena ia memarkirkan mobil dan langsung ngakak melihat dandanan kakaknya. 

Yungi yang seolah mengerti ikut tersenyum. 

“Pencitraan haha!” bisik Sesil yang berdiri di dekat Mina. Mina tersenyum. 

“Kalau masuk angin kerokin ya, haha!” bisik Mina. 

“Kakak cantik loh kalau kayak gini! Kak Yun aja ga ngicep tuh dari tadi!” bisik Sesil lagi sambil melirik ke arah Yungi yang memang sejak tadi matanya tidak lelah menatap Mina. 

“Bodo amat!” bisik Mina. 

“Hey, kalian nanaonan sih! Haharewosan wae!”( Ngapin sih! bisik-bisik terus!). Mamanya menganggu perbincangan mereka. 

“Ga Mah, ini Sesil bilang mau jemput anak-anak. Jadi, nanya jam berapa.” Mina jelas bohong. Sesil mengernyitkan alisnya sambil cengo. 

“Eh, ga usah, Sil! Nanti Kak Yun aja yang jemput!” sahut Yungi percaya dengan yang dikatakan Mina. 

“Oke, Kak!” Sesil langsung tersenyum lebar. 

Mina hanya tersenyum. Ia duduk di sebelah Yungi dan mengaitkan tangannya dengan tangan Yungi lalu mengenggamnya erat. Yungi membalas genggamannya dan membalas juga senyuman Mina yang disertai dengan  tatapan Mina yang penuh makna, seolah bilang permainan akan dimulai.  

Pada awalnya, tentu saja Yungi kaget. Itu kan di luar kebiasaan. Boro-boro pegangan tangan, mereka duduk leye-leyean begitu seperti menjadi bagian dari salah satu keajaiban. Namun, di balik semua kekagetan, Yungi juga mulai berpikir mungkin ini yang dimaksudkan Mina bahwa ia akan bersikap tak seperti biasanya, bahkan bisa jadi sikapnya abusif dan keterlaluan. Dan jika dia memperhatikan sejauh ini sikap Mina biasa saja, malah bisa dibilang menyenangkan. 

Selain itu, Yungi juga mengamati bahwa selama mereka terlibat dalam pembicaraan yang ngalor ngidul itu, sikap mama dan papanya memang kelewat romantis. Mereka tak pernah lepas pegangan tangan. Papanya cium pucuk kepala Mama Mina sudah tak terhitung jumlahnya dan kadang-kadang mereka tatapan sambil menyunggingkan senyuman dan lama kelamaan ujung hidung mereka bersentuhan. 

Cukup Wow! Mina saja sampai menggelengkan kepala! Tantenya beberapa kali mendeham memberikan kode agar mereka tidak kelewatan. Namun, mereka tak menghiraukan. 

“Jadi, gimana Yun?” tanya Mama Mina ke Yungi.

“Apa, Mah?” tanya Yungi.

“Mina bagus ga di ranjang?” tanya Mamanya santai. 

Yungi agak kaget tapi Mina menahan tangannya, memberikan tanda untuk bersikap biasa. Iya, Yungi tahu Mina sudah memperingatkan, tapi ditanya langsung dan diberitahu rasanya sangat beda. 

“Kami belum melakukan, Mah!” suara Yungi agak pelan. 

“Haaah! Kok bisa?” Mama Mina kaget. 

“Iya, Papah mah dulu langsung attack aja, Yun. No wait-wait. Kelamaan mah takut basi!” Papanya Mina nimbrung. Keduanya tertawa sambil saling melihat dan Mama Mina memukul dada suaminya manja. 

“Ih geleuh!” Sesil dan Mina kompak bilang dengan suara pelan. Yungi yang mendengar hanya tersenyum. 

“Yungi belum ke makam Awan, Mah. Yungi belum minta izin sama Awan buat ngapa-ngapain Mina,” sahut Yungi dengan santai. Kali ini Mina yang kaget. Jawaban Yungi di luar pikiran Mina. Ia menatap Yungi. Yungi menatap balik sambil tersenyum. Pegangan tangannya mengerat. Sejenak dada Mina bergemuruh dan wajahnya langsung memerah. 

Sesil dan Tante Yasmin yang memperhatikan interaksi keduanya langsung saling menatap dan tersenyum. 

“Waduh! Serius amat! Yang meninggal mah udah pasrah!” sahut ayah Mina. 

“Iya, Pah. Tapi tetep aja ga enak.” Yungi menegaskan. 

“Ehm, kamu gentleman juga!” sahut Papah Mina. 

“Kapan mau ke makam?” tanya Tante Yasmin.

“Besok, Tante,” jawab Yungi. 

“Oh?” Semuanya kaget termasuk Mina. 

“Maaf, aku sama anak-anak ngerencanain ini. Emang belum bilang sama Mina.” Yungi menjelaskan.

“Pantesan si Mina olohok (melongo karena kaget)!” kata mama Mina. 

“Ya udah deh! Kalau gitu Mama sama Papa nginep semalem aja. Besok pulang kalau kalian mau jalan!” sahut Mama Mina.

“Tapi ke makam sebentar kok Mah!” ujar Yungi.

“Atuh kan bisi isuk geus ti Makam rek langsung sosonoan! (Mungkin besok pulang dari makam kalian mau langsung melepaskan kerinduan!) Kan udah izin!” ujar Mama Mina santai. 

Mina melotot dan menatap Yungi yang sedang menahan senyum. 

“Makasih Mah!” sahut Yungi.

Siang itu, Yungi meninggalkan mereka sebentar untuk menjemput anak-anak dan mereka makan siang bersama. 

“Pah, dulu kalau Ibu pake baju kayak gitu, besoknya pasti minta kerokan sama ayah!” ujar Zen dengan nada khawatir. Mereka berbicara ketika kedua anak akan tidur malam. 

“Oh, gitu!” Yungi kaget. Ada alasan kenapa Mina selalu memakai pakaian yang tertutup. Rupanya tubuhnya rentan dingin. 

“Jadi papa ada kesempatan buat kerokin Ibu. Maju Pah. Hantam aja!” sahut Juna. Sikapnya sudah terlihat seperti Yungi Junior. 

“Eh! Kalian! Coba itu dijaga bicaranya!” ujar Yungi tapi ia juga terkesiap mendengar yang dikatakan mereka. 

Semuanya tertawa dan mereka mengucapkan selamat malam. 

Yungi memasuki kamar dan Mina sudah berada di atas ranjang melambaikan tangan ke arahnya. 

“Ada apa?” tanya Yungi sambil berjalan mendekati.

“Kamu bobo di sini sama aku,” sahut Mina. Dia membuka selimut sambil menepuk bagian di sebelahnya. 

“Kenapa?” tanya Yungi, nadanya menolak padahal hatinya jingkrak-jingkrak. 

“Nanti malem Mama sama Papa suka kasih kejutan. Percaya deh! Ini mah lagu lama. Aku sama Awan digituin juga,” ujar Mina.

“Seriusan? Kan kamu sama Awan saling cinta, pasti bobo bareng kan di sini!” Yungi duduk di sebelah Mina. 

“Itu juga butuh proses. Aku sama Awan baru bobo satu ranjang abis satu tahun nikah,” jawab Mina dan langsung memalingkan muka karena bersin-bersin.

“Astagaa! keterlaluan!! Kamu sama dia selama setahun itu ngapain aja?” tanya Yungi lagi sambil mengambil tisu untuk Mina. 

“Aku sama dia,” ujar Mina sambil mengambil tisu  dan menahan bersin.

“Iya!” Yungi menatap Mina dan wajahnya tampak khawatir. 

“Iya, kenalan. Makan bareng, nonton, iya gitu lah kayak pacaran!” ujar Mina tapi bicaranya kepotong bersin dulu. 

“Min, kamu masuk angin kayaknya. Sok-sokan pake baju seksi,” gerutu Yungi. 

“Iya, duh! pusing kepala,” sahut Mina. 

“Mau dikerok?” tanya Yungi.

“Iih, apaan? kesempatan dalam kesempitan kamu!!!” Mina mengerling kesal. 

“Terus kamu mau minta tolong siapa? Mama papa kamu?” Yungi menantang. 

“Ah, ga usah dikerok!” ujar Mina.

“Bukan gitu, kalau keterusan bisa jadi kita ga pergi ke Jepang loh!” Yungi menjelaskan.

“Eh, jangan dong! Kasihan anak-anak!” Mina langsung protes.

“Makanya,” sahut Yungi sambil senyum. 

Mina diam sejenak berpikir bagaimana baiknya, tapi tak lama kemudian ia memutuskan.

“Olesin minyak angin aja punggung aku. Ga usah kerokan.” Mina meminta tolong.

“Ya udah!” sahut Yungi. Ia mengambil minyak angin dari laci dan Mina sudah memunggunginya menyibakkan rambutnya. 

Yungi diam sejenak menatap punggung atas Mina yang tanpa cacat dan ditengahnya dihiasi tahi lalat kecil. 

“Yungi ngapain sih! Buruan!” Mina kesal.

“Ah, iya, maaf. Soalnya aku bingung gimana ngolesinnya. Itu bajunya ga dibuka sekalian?” Yungi senyum dan membuka tutup minyak angin.

“Yungi, kamu beneran lulusan Amerika ini? Nu kieu wae teu bisa. (Yang gini aja ga bisa),” ujar Mina lagi lalu bersin. 

“Masukin ke dalem, jadi ga usah dibuka,” sahut Mina setelah bersin lagi.

“Apa yang masuk ke dalam, Min?” goda Yungi sambil senyum-senyum. Ia mulai mengolesi punggung Mina. 

“Tangan kamu dong! Masa kepala kamu,” gerutu Mina. 

Yungi senyum. Dia mulai De Javu., mengenang masa-masa mereka dulu bersama dengan geng Circle 7. Dari dulu bertengkar itu seperti ritual mereka. 

“Kamu besok mau ikut ke makam Awan?” tanya Yungi sambil mengolesi minyak angin. 

Mina tersentak dengan pertanyaan Yungi. Dia diam tak menjawab. 

“Kalau ga ikut juga ga apa-apa, Min. Aku bisa pergi sama anak-anak,” ujar Yungi. 

“Ga apa-apa, aku ikut aja,” sahut Mina pelan. 

Yungi diam. 

“Lagian aku juga dah lama ga ke sana,” sambung Mina. 

“Min, udah selesai.” Yungi memasang tutup minyak angin. 

“Iya, makasih,” sahutnya. 

“Aku bawain baju hangat. Di mana kamu nyimpennya?” tanya Yungi sambil berdiri. 

“Lemari,” ujar Mina sambil menunjuk lemari. Ia merebah. 

“Jangan tidur dulu! Aku buatin minuman hangat. Dijamin tidur kamu nyenyak!” sahut Yungi sambil berjalan ke arah lemari. 

Di membuka lemari dan bingung sebab baju hangatnya banyak. 

“Yang mana Min? Banyak ini?” tanya Yungi melihat sebentar ke arah Mina. 

“Yang mana aja lah! Sama aja!” ujar Mina tanpa melihat Yungi karena dia sedang mengetik sesuatu di HP. 

Yungi menarik satu baju hangat dan tetiba satu barang jatuh mengenai kakinya. Ia menunduk dan berjongkok untuk mengambilnya. Itu satu anting bunga sakura. Ia memungutnya dan matanya membelalak. Ia masih dalam posisinya, tapi pikirannya tengah berada di tempat lain. Wajahnya langsung murung.

“Gi... Yungi!” Panggilan Mina membuatnya dengan cepat berdiri dan ia berbalik sambil tersenyum. Ia memasukkan anting itu ke dalam saku celananya dengan cepat. 

“Min, aku ke dapur dulu ya, bikinin kamu minum,” sahut Yungi setelah menyerahkan baju hangat.

“Makasih ya!” Mina tersenyum dan ia kembali tidur berselimut sampai pada bagian lehernya. 

Yungi menganggukkan kepalanya sambil berjalan ke luar kamar. 

Bersambung 

 

 

Episodes
1 Bab 1 Circle 7
2 Bab 2 Permintaan Tolong
3 Bab 3 Keluarga
4 Bab 4 Ibu dan Papa
5 Bab 5 Cemburu bukan sih?
6 Bab 6. Dare aja lah
7 Bab 7 Pas
8 Bab 8 Ga Nafsu ah
9 Bab 9 Sidak
10 Bab 10 Jadi, itu Aku
11 Bab 11 Bayar Utang
12 Bab 12 Terima Kasih
13 Bab 13 Amit-amit
14 Bab 14 Ciuman Pertama
15 Bab 15 Saat Bahagia
16 Bab 16 Love dan Hope
17 Bab 17 That was good
18 Bab 18 Bahagiamu Deritaku
19 Bab 19 IYA, AKU CINTA DIA
20 Bab 20 Pelukan Pertama
21 Bab 21 Tujuh Orang
22 Bab 22 Mimpi tapi Basah
23 Bab 23 PERTAMA
24 Bab 24 No Way
25 Bab 25 Ngidam bareng
26 Bab 26 Permintaan Yang Aneh
27 Bab 27 Menatap Langit yang Sama
28 Bab 28 Sisi lain Mina
29 Bab 29 Tetangga Baru
30 Bab 30 Jay dan Mina
31 Bab 31 In Between
32 Bab 32 Hari Yuna
33 Bab 33 Giliran Dua Jagoan
34 Bab 34 Satu
35 Bab 35 Hadiah
36 Bab 36 Dokter kepo
37 Bab 37 Mi Ayam Gerobak Hijau
38 Bab 38 Curhat
39 Bab 39 Perihal Nama
40 Bab 40 Selamat Datang Baby Jun, Jay, dan Justin
41 Bab 41 Perkara Tahi Lalat
42 Bab 42 Masih menyoal Tahi Lalat
43 Bab 43 Terima kasih Ibu
44 Bab 44 Teman sekaligus saingan
45 Bab 45 Jika aku ga ada, kamu ada
46 Bab 46 Bersyukur
47 Bab 47 Beli satu dapat dua
48 Bab 48 Di Toko
49 Bab 49 Masih di Toko
50 Bab 50 Cinta Pertama
51 Bab 51 Saingan
52 Bab 52 Mina Hilang
53 Bab 53 Berat
54 Bab 54 Celah
55 Bab 55 Semuanya akan baik-baik saja
56 Bab 56 Kesalahan Besar
57 Bab 57 Kembali seperti dulu
58 Bab 58 Cerai
59 Bab 59 Tim Kompak
60 Bab 60 Rencana
61 Bab 61 Versus
62 Bab 62 Main peran
63 Bab 63 Diam tidak berarti lemah
64 Bab 64 Yang Sebenarnya
65 Bab 65 Aku sangat merindukanmu
66 Bab 66 Siapa Namanya?
67 Bab 67 Begitu Rupanya
68 Bab 68 Mina Ibuku
69 Bab 69 Kau bukan siapa-siapa
70 Bab 70 Jay dan Yungi
71 Bab 71 Mina Bangun
72 Bab 72 Zen dan Ibu
73 Bab 73 Mimpi Indah Yungi
74 Bab 74 Kebahagiaan itu Fatamorgana
75 Bab 75 Jangan Tinggalkan Aku
76 Bab 76 Karlee anak kita
77 Bab 77 Tetap Bersama
78 Bab 78 Serendah itukah nilaiku di matamu?
79 Bab 79 Halo, kita bertemu lagi
80 Bab 80 Tidak Perlu Repot untuk Lari
81 Bab 81 Iya, aku cemburu
82 Bab 82 Sepuluh itu banyak!!!
83 Bab 83 Ini pertarunganku
84 Bab 84 Ketahuan
85 Bab 85 Buta dan Tuli saja
86 Bab 86 Anak tetaplah anak
87 Bab 87 Sekali
88 Bab 88 Dari Mahendra menjadi Kanirogo
89 Bab 89 Sistem Pendukung yang Hebat
90 Bab 90 Oke Deh Pah
91 Bab 91 Menyoal gaun 1
92 Bab 92 Menyoal gaun bagian 2
93 Bab 93 Menyoal gaun bagian 3
94 Bab 94 Masih menyoal gaun
95 Bab 95 Legendaris
96 Bab 96 Permintaan
97 Bab 97 Brian
98 Bab 98 Karena kita saling mencintai
99 Bab 99 Menjadi bagian dari kami
100 Bab100 Menua Bersama
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Bab 1 Circle 7
2
Bab 2 Permintaan Tolong
3
Bab 3 Keluarga
4
Bab 4 Ibu dan Papa
5
Bab 5 Cemburu bukan sih?
6
Bab 6. Dare aja lah
7
Bab 7 Pas
8
Bab 8 Ga Nafsu ah
9
Bab 9 Sidak
10
Bab 10 Jadi, itu Aku
11
Bab 11 Bayar Utang
12
Bab 12 Terima Kasih
13
Bab 13 Amit-amit
14
Bab 14 Ciuman Pertama
15
Bab 15 Saat Bahagia
16
Bab 16 Love dan Hope
17
Bab 17 That was good
18
Bab 18 Bahagiamu Deritaku
19
Bab 19 IYA, AKU CINTA DIA
20
Bab 20 Pelukan Pertama
21
Bab 21 Tujuh Orang
22
Bab 22 Mimpi tapi Basah
23
Bab 23 PERTAMA
24
Bab 24 No Way
25
Bab 25 Ngidam bareng
26
Bab 26 Permintaan Yang Aneh
27
Bab 27 Menatap Langit yang Sama
28
Bab 28 Sisi lain Mina
29
Bab 29 Tetangga Baru
30
Bab 30 Jay dan Mina
31
Bab 31 In Between
32
Bab 32 Hari Yuna
33
Bab 33 Giliran Dua Jagoan
34
Bab 34 Satu
35
Bab 35 Hadiah
36
Bab 36 Dokter kepo
37
Bab 37 Mi Ayam Gerobak Hijau
38
Bab 38 Curhat
39
Bab 39 Perihal Nama
40
Bab 40 Selamat Datang Baby Jun, Jay, dan Justin
41
Bab 41 Perkara Tahi Lalat
42
Bab 42 Masih menyoal Tahi Lalat
43
Bab 43 Terima kasih Ibu
44
Bab 44 Teman sekaligus saingan
45
Bab 45 Jika aku ga ada, kamu ada
46
Bab 46 Bersyukur
47
Bab 47 Beli satu dapat dua
48
Bab 48 Di Toko
49
Bab 49 Masih di Toko
50
Bab 50 Cinta Pertama
51
Bab 51 Saingan
52
Bab 52 Mina Hilang
53
Bab 53 Berat
54
Bab 54 Celah
55
Bab 55 Semuanya akan baik-baik saja
56
Bab 56 Kesalahan Besar
57
Bab 57 Kembali seperti dulu
58
Bab 58 Cerai
59
Bab 59 Tim Kompak
60
Bab 60 Rencana
61
Bab 61 Versus
62
Bab 62 Main peran
63
Bab 63 Diam tidak berarti lemah
64
Bab 64 Yang Sebenarnya
65
Bab 65 Aku sangat merindukanmu
66
Bab 66 Siapa Namanya?
67
Bab 67 Begitu Rupanya
68
Bab 68 Mina Ibuku
69
Bab 69 Kau bukan siapa-siapa
70
Bab 70 Jay dan Yungi
71
Bab 71 Mina Bangun
72
Bab 72 Zen dan Ibu
73
Bab 73 Mimpi Indah Yungi
74
Bab 74 Kebahagiaan itu Fatamorgana
75
Bab 75 Jangan Tinggalkan Aku
76
Bab 76 Karlee anak kita
77
Bab 77 Tetap Bersama
78
Bab 78 Serendah itukah nilaiku di matamu?
79
Bab 79 Halo, kita bertemu lagi
80
Bab 80 Tidak Perlu Repot untuk Lari
81
Bab 81 Iya, aku cemburu
82
Bab 82 Sepuluh itu banyak!!!
83
Bab 83 Ini pertarunganku
84
Bab 84 Ketahuan
85
Bab 85 Buta dan Tuli saja
86
Bab 86 Anak tetaplah anak
87
Bab 87 Sekali
88
Bab 88 Dari Mahendra menjadi Kanirogo
89
Bab 89 Sistem Pendukung yang Hebat
90
Bab 90 Oke Deh Pah
91
Bab 91 Menyoal gaun 1
92
Bab 92 Menyoal gaun bagian 2
93
Bab 93 Menyoal gaun bagian 3
94
Bab 94 Masih menyoal gaun
95
Bab 95 Legendaris
96
Bab 96 Permintaan
97
Bab 97 Brian
98
Bab 98 Karena kita saling mencintai
99
Bab 99 Menjadi bagian dari kami
100
Bab100 Menua Bersama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!