Sebenarnya bukan tanpa alasan Gu Xin Ji meragukan Yan Hao. Saat foto-foto Yan Hao dan Song Hyun tranding di Baidu dan Weibo, Xin Ji sudah menyuruh Lin Chao menyelidiki kebenarannya. Dan hasilnya sangat mencengangkan, Yan Hao pernah menginap di rumah Song Hyun seminggu setelah kepergian Xin Ji ke Guangzhou. Jika menghitung waktu kehamilan Yan Hao, itu bertepatan dengan waktu dia menginap saat itu.
Gu Xin Ji hampir gila saat tahu Yan Hao menginap di rumah Song Hyun. Saat muda dulu, Gu Xin Ji pernah bersekolah di Sekolah internasional Korea, di sanalah dia bertemu Song Hyun. Sejak mereka sekolah dulu, Song Hyun adalah rival terbesarnya, apa pun yang dimiliki Xin Ji, Song Hyun dengan senang hati ingin memilikinya juga. Pikirannya tidak pernah bisa jernih jika menyangkut Song Hyun, apalagi ini berkaitan dengan istrinya.
Yan Hao berdiri, rambutnya kusut, wajahnya pucat, gaun tidur yang dipakai terangkat memperlihatkan otot perutnya yang kencang dan masih rata.
Berjalan gontai ke arah pintu, Yan Hao berhenti sejenak, menoleh kebelakang memandang Xin Ji yang masih berdiri di tempat yang sama dimana Yan Hao hampir meregang nyawa. "Jika kau tidak menginginkan anak ini, aku menginginkannya! Jika kau tidak mengakui anak ini, aku tidak perduli ! Satu yang harus kau tahu, GU XIN JI !! AKU...YAN HAO... BUKAN PENGKHIANAT ! AYO BERCERAI!
Setelah berkata demikian, Yan Hao melangkah pergi dengan air mata yang membasahi pipinya. langkah kakinya mantap, meskipun hatinya penuh kesedihan.
"Suamiku, dalam hidup ini, aku tidak berhutang apa pun padamu." Yan Hao berkata lirih pada dirinya sendiri.
Gu Xin Ji tertegun mendengar kata-kata Yan Hao, hatinya seperti tertohok, jantungnya berdetak lebih cepat, seperti ada sesuatu yang hilang.
Kata cerai tak pernah mampir dalam benaknya, dia hanya ingin Yan Hao menggugurkan bajingan yang ada diperutnya dan setelah itu dia akan menerimanya kembali. Jika Yan Hao menginginkan anak, maka dia akan memberikannya. Dia ingin mengejar Yan Hao tapi harga diri mencegahnya.
Yan Hao berjalan menuju kamarnya yang lama, tempat dia pertama kali tidur saat tiba disini dan menjalani peran sebagai istri di atas kertas. Dia mengumpulkan pakaiannya dan memasukannya ke dalam koper, kemudian mencetak ulang dokumen perceraian yang pernah dibuatnya dulu.
Setelah itu dia meletakkannya di meja di kamar tidur utama, kemudian menyeret kopernya keluar dari rumah.
Langkah kakinya mantap meskipun hatinya goyah. Yan Hao juga meletakkan surat di samping bantal kakek Gu, di rumah ini, semua orang memperlakukannya dengan baik, kecuali suaminya, jadi dia tidak bisa bertindak seperti serigala bermata putih (orang yang tidak tahu berterima kasih).
Kakek Gu sudah menganggapnya seperti cucu kandung, dan dia juga menyayangi kakek Gu dengan tulus. Dia cuma berharap, kakek Gu akan sehat dan panjang umur hingga mereka bertemu kembali.
Yan Hao berjalan ditengah malam, udara malam yang dingin membuat tubuhnya menggigil, mantel bulu dirapatkan ke tubuhnya agar terasa hangat, syal yang dirajut bibi Wang dililit di lehernya selain untuk menghalau angin dingin, itu juga untuk menutupi bekas cekikan di lehernya.
Setelah berjalan 15 menit, Yan Hao menghentikan taxi kosong yang lewat di depannya, dia menyebut alamatnya dan memejamkan mata untuk beristirahat sejenak.
Rumah tempat Yan Hao datangi, adalah rumah kecil di pinggir pantai yang pernah jadi hadiah ulang tahun ke enam belas oleh Gu Fushen. Letaknya jauh dari ibukota, kurang lebih dua jam perjalanan. Karena letaknya yang jauh Yan Hao jarang datang kesini. Selama ini Yan Hao selalu membayar orang untuk rutin membersihkan setiap hari.
Gu Fushen tahu, jika Yan Hao sangat menyukai pantai, makanya dia memilih rumah ini sebagai hadiah. Saat itu dia berharap, rumah ini akan menjadi rumah peristirahatan mereka jika penat dengan rutinitas di kota. Tapi siapa yang menyangka rumah ini akan menjadi tempat tinggal Yan Hao dan bukan temoat peristirahatan sementara tanpa seorang pun yang menemani.
(Rumah Yan Hao)
Pendapatannya dari mengisi suara maupun siaran radio lebih dari cukup untuk menunjang hidupnya, belum lagi postingannya di weibo. semua tunjangan yang diberikan Xin Ji selama lima tahun ini bahkan tidak pernah digunakan, dan dia mengembalikannya dengan utuh beserta dokumen perceraian mereka.
Yan Hao ingin melupakan semua luka yang diberikan suaminya. Dia hanya ingin hidup dengan tenang. Lima tahun menjadi istri yang tak dianggap, sejak umur enam belas hingga sekarang dua puluh satu tahun, dan hanya merasakan tiga hari seperti di surga. Sambil mengelus perutnya, dia tersenyum, tiga hari itu sudah cukup memberikan hadiah terindah kepadanya. Walaupun kesedihan membayangi senyumnya setidaknya ketenangan akan digapainya.
Yan Hao duduk, mengambil Laptopnya, mengutak ngatik sebentar, kemudian muncul data-data perjalanan yang terekam dari cctv yang ada di rumah Gu Xin Ji maupun cctv jalanan, senyum sinis tercetak di bibirnya, dengan sekali klik, semua data yang terekam kamera terhapus permanen, bahkan hecker canggih sekalipun tidak akan bisa mengembalikan semua data yang terhapus. Yan Hao hanya meninggalkan jejak ketika dia meninggalkan rumah, agar Xin Ji tahu bahwa dia tidak akan pernah kembali.
...----------------...
Situasi di Villa Lanhua masih baik-baik saja. Belum ada yang menyadari kalau Yan Hao sudah pergi dari rumah.
Kakek Gu yang melangkah ke ruang makan, menemukan Xin Ji yang telah duduk lebih dulu sedang mengutak ngatik Ipad nya. Butler Li menarik kursi untuk Tuan Tua duduk, "terima kasih Butler." Tuan Tua berkata sambil tersenyum.
"Panggil Nyonya Muda sarapan!" Perintah Xin Ji.
"Tidak perlu!" kakek Gu segera menyela, "biarkan dia beristirahat lebih lama. Wanita hamil membutuhkan lebih banyak waktu istirahat dibandingkan kita, antarkan aja makanannya ke kamarnya."
"Baik, Tuan." Butler Li menjawab sopan.
Mereka melanjutkan sarapan dalam diam. "Xiao Ji, kakek akan kembali hari ini."
"Begitu cepat," Xin Ji memandang kakeknya heran.
"Tidak apa-apa, kakek tidak ingin mengganggu kalian." Ucap kakek Gu lembut.
Kakek Gu sudah tahu, cucu mantu kesayangannya sudah pergi dari rumah, surat yang disimpan Yan Hao di samping bantal sudah dibaca, air mata kakek mengalir, dia ingin marah pada cucu bodohnya tapi Yan Hao berkata agar tidak memberitahu Xin Ji. Dia ingin Xin Ji tahu dengan sendirinya, setelah dia pergi lama.
Yan Hao juga berjanji, akan mengunjungi kakek di pulau jika dia rindu, dan akan memberitahu tampat tinggalnya yang baru agar kakek bisa berkunjung. Yan Hao tidak menceritakan penyebab dia pergi dari rumah, tapi kakek bisa merasakan alasan sebenarnya.
"Kakek, maafkan aku, cucumu tidak berbakti. aku akan kembali dan menemuimu di pulau bersama cicit kesayanganmu. Tolong, jangan biarkan Xin Ji mengetahuinya, cukup kakek yang tahu. Hao'er pergi untuk menenangkan diri. Kakek harus tetap sehat untuk bisa memberi nama pada anakku." Kakek mengingat isi surat yang ditulis Yan Hao kepadanya.
Setelah sarapan, Xin Ji berdiri "Aku antar mengantarmu."
"Tidak perlu, biar pak Chao yang mengantar, kamu ke perusahaan saja." tolak kakek tegas.
"Baik." Gu Xinji berkata sambil melangkah pergi, "Hubungi aku jika sudah sampai." katanya selanjutnya.
Kakek cuma mengangguk setuju.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Wacem Farhan
astaga
2023-08-22
1