Dengan panik Gu Xin Ji menggendong Yan Hao ke bawah, dan segera memerintahkan Pak Chao menyiapkan mobil. Pak Chao yang melihat nyonya mudanya tidak sadarkan diri di pelukan tuan muda, segera berlari panik menyiapkan mobil dengan kecepatan tercepat.
Gu Xin Ji masuk mobil dengan Yan Hao yang belum sadarkan diri di pelukannya. Jantungnya memompa deras, darah seperti terbalik, dia belum pernah setakut ini dalam hidupnya, bahkan saat Gu Fushen meregang nyawa, dia masih bisa tetap tenang. Namun saat melihat Yan Hao tumbang di pelukannya dengan wajah yang pucat, nyawanya seperti melayang. ketakutan luar biasa menyerangnya.
Mereka sampai ke Instalasi Gawat Darurat, dan Yan Hao di letakkan di Hospitas Bed dan di dorong ke dalam ruang IGD. Menunggu di depan dengan cemas, Gu Xin Ji mengeluarkan rokok dari kantongnya, ketika hendak menyalakannya, ia menyadari kalau ini di rumah sakit dan segera menghentikan gerakannya.
Gu Xin Ji biasanya tidak merokok, namun di saat cemas atau galau dia akan merokok untuk menghilangkan ketegangan atau kecemasannya.
Pintu ruangan pemeriksaan di buka, seorang perawat berpakaian putih-putih keluar, "Presiden Gu, silahkan masuk."
Gu Xin Ji segera masuk. "Sakit apa istri saya?"
dr. Jin Yu senyum-senyum, "Selamat Presiden Gu, Nyonya Gu hamil, sekarang janinnya berusia 4 minggu."
Bukannya bahagia, wajah Gu Xin Ji menjadi terdistorsi, wajahnya menjadi pucat kemudian berangsur-angsur merah, dan wajahnya menjadi sangat tegang. dr. Jin Yu yang mengira itu adalah fluktuasi emosi Presiden Gu, berbicara beberapa kali lagi sebelum akhirnya mengirim Gu Xin Ji ke ruangan Yan Hao.
Yan Hao masih belum sadar, wajah pucatnya membuat dia begitu rapuh, memandang istrinya dengan ekspresi rumit di wajahnya, Gu Xin Ji mendekat, duduk di kursi yang disiapkan di sisi ranjang, Gu Xin Ji menatap wajah Yan Hao lekat, tangannya terulur hendak membelai wajah pucatnya namun akhirnya menarik kembali. Dia berdiri dan melangkah keluar berjalan ke arah mobilnya di parkiran, meminta kunci mobil dari Pak Chao, dan akhirnya melaju dengan Bentley hitam itu.
Tak lama berselang Yan Hao sadar, bingung dimana dia berada, matanya mencari-cari seseorang yang mungkin dia kenali. Pintu ruangan dibuka sejurus kemudian, Bibi Wang dan Kakek Gu melangkah masuk. "Hao'er. bagaimana perasaanmu?" Kakek Gu bertanya cemas, sedangkan bibi Wang meletakkan macam-macam barang yang di bawanya di nakas dekat ranjang Yan Hao.
"Aku baik sekarang, kakek." Yan Hao menjawab lembut, matanya mencari-cari berharap melihat suaminya datang, seingatnya, sebelum dia pingsan, Gu Xin Ji ada bersamanya. "Apakah dia tidak datang? siapa yang membawanya ke rumah sakit?" Yan Hao berkata dalam hati.
"Tadi Tuan Muda dan pak Chao yang membawa nyonya ke rumah sakit. Tuan begitu panik saat Nyonya pingsan." Bibi Wang berkata dengan senyum di wajah manisnya yang ramah. perkataan Bibi Wang mengkonfirmasi apa yang ada di hati Yan Hao.
"Sekarang Tuang Muda sedang pergi, ada urusan mendadak katanya, Tuan menelpon saya agar datang menjemput Nyonya. Tuan Tua juga jadi khawatir dan ingin ikut menjemput Nyonya saat tahu Nyonya tadi pingsan."
Tak lama berselang tim dokter masuk, setelah mengkonfirmasi bahwa Tuan Tua dari Grup Gu datang di rumah sakit mereka. Pimpinan rumah sakit bahkan harus datang tergesa-gesa begitu mendapat laporan dari bawahannya. "Tuan Gu, suatu kehormatan tuan bersedia datang ke rumah sakit ini," pimpinan rumah sakit berkata sambil mengulurkan tangan menjabat tangan tuan Tua.
Tuan Tua menjabat tangan Direktur Qiao Hensi dan bertanya keadaan Yan Hao, "Bagaimana keadaan cucu mantu saya? sakit apa dia? kenapa bisa tiba-tiba pingsan?" rentetan pertanyaan yang ditanyakan Taun Tua hanya di jawab dengan lirikan ke dokter yang menangani Yan Hao.
"Nyonya muda tidak apa-apa, tuan. bahkan kondisinya dalam keadaan baik, hanya saja...." Jawab dokter Jin Yu hormat.
Tuan Tua tidak menyela, dia hanya menunggu kelanjutan ucapan dokter Jin yu.
"Hanya saja, Nyonya Muda sekarang sedang hamil 4 minggu." lanjut dokter Jin Yu tersenyum.
Setelah mendengar ucapan dokter Jin Yu, kakek Gu sangat bahagia, "Ayo..ayo..ini harus di rayakan!"
Bibi Wang juga sangat bahagia, dia seger memeluk yan Hao, "Nyonya, Selamat!"
Yan Hao tidak bereaksi, dia tertegun, air mata mengalir, rasanya seperti mimpi, selama ini dia hanya hidup sendiri, tanpa siapapun yang bisa diandalkan selain dirinya sendiri. Gu Xin Ji memperlakukan dia hanya sebagai orang asing, satu-satunya hal yang memberi tanda bahwa dia adalah istri Gu Xin Ji adalah ketika dia menyusulnya ke Korea, dan mereka menjadi intim. Namun setelah itu, dia kembali dicuekin, tidak dianggap, bahkan suaminya membawa wanita lain ke rumah mereka.
Yan Hao bahagia, akhirnya dia memiliki hal yang benar-benar akan menjadi miliknya sendiri. Gu Fushen pernah menjaga, menyayangi dan melindunginya, dia menganggapnya kakak laki-laki, saat dia berjanji menikahinya, itu hanya untuk bisa melindunginya lebih lanjut, namun akhirnya dia pergi selamanya, dia meninggal dan Yan Hao berakhir dengan menikahi Gu Xin Ji.
Saat melihat A Lin merangkul hangat Gu Xin Ji, Yan Hao sudah melepaskan semua harapan yang dimilikinya untuk Xin Ji, dia tidak ingin menipu dirinya sendiri, dia tahu, Gu Xin Ji tidak pernah mencintainya, walaupun dia telah jatuh cinta pada suaminya, dia tak pernah berani mengungkapkannya. Dia menyimpannya rapat-rapat dalam hati, berharap, jika sesuatu yang buruk terjadi, setidaknya dia masih punya sedikit harga diri.
Sekarang dia telah mengandung, banyak harapan dan kebahagiaan yang ingin diraih, yang juga ingin di perjuangkan, termasuk memperjuangkan suaminya.
................................
Yan Hao dibawa pulang kembali oleh Bibi Wang dan Kakek Gu. Senyum tak lepas dari wajah mereka. Kakek Gu bahkan sudah membayangkan makhluk kecil yang imut yang akan mengikutinya kemana pun, dan dia akan menjaga dan menyayangi mekhluk kecil itu dengan baik, dia bahkan berencana memberikan semua aset termasuk sahamnya di Grup Gu kepada cicit imutnya ini.
Memegang tangan Yan Hao, mata kakek Gu memerah, dia memandang Yan Hao dengan tatapan terima kasih di matanya. Yan Hao mengerti arti tatapan Kakek Gu, dia meremas lembut tangan Kakek Gu dan berkata, "Aku harap, kakek dapat menyaksikan anakku tumbuh dewasa." Kakek Gu hanya mengangguk air mata haru meluncur turun dari sudut matanya.
"Ah, banyak debu disini," kakek berkata sambil menghapus air matanya. Semua tertawa mendengar kata-kata Tuan Tua.
Tiba di rumah, Yan Hao langsung naik ke kamarnya untuk beristirahat, dia ingin sekali berbagi kabar baik dengan suaminya, namun setelah di hubungi Xin Ji tidak menjawab telponnya. menyerah, Yan Hao akhirnya tidur.
Sementara itu, di sebuah Club Malam eksklusive di pusat kota Guangzhou, Gu Xin Ji duduk dengan beberapa teman baiknya. Mereka sedang bermain kartu dengan taruhan besar, Gu Xin Ji hanya melihat dengan dingin tanpa berniat untuk ikut bermain, dia hanya menyesap minumannya dan mengeluarkan asap rokok dari mulutnya. Tatapannya menerawang, wajahnya muram, aura dingin dan tidak bisa di dekati terpancar dari tubuhnya, kalau sudah begitu tak ada yang berani mendekatinya.
Gong Yu mendekati Xin Ji, menepuk bahunya dan mengangkat gelas berisi anggur putih yang keras, "Ada apa? Bukankah dia sudah kembali."
"Dia Hamil!" Katanya pahit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
VhatmaR
Heheeheee 😅💪
2023-08-26
0
Rahma Saleh
lanjutkan 💪
2023-08-26
0