"Apa kau sudah gila???? Sampai kau ingin menampar anakmu sendiri???" Cahya berteriak marah kepada adiknya. "Apa aku dan Ibu selama ini mengajarimu untuk bersikap kasar dan main tangan kepada anakmu???? Bahkan sampai ibu punya cicit sekalipun di tidak pernah menampar kita berdua, jangankan menampar, mencubit pun Ibu tidak pernah melakukannya, lalu sekarang??? Apa yang kau lakukan???"
"Tapi dia kurang ajar kak???" Chika mencoba membela diri.
"Kurang ajar dalam hal apa???? Dia hanya menuruti kata hatinya, lalu apa yang salah dengan itu???? Dia datang jauh-jauh dari Surabaya, kesini karena dia menghormati mu sebagai ibu nya, dia ingin menyenangkan hatimu, dia menuruti keinginanmu meski hatinya menolak. Lalu kurang ajar darimana yang kau maksud????" Cahya benar-benararah sekali melihat sikap Chika seperti ini kepada Niall. "Dia ingin kembali ke kampus nya, dan kau malah bersikap seperti ini. Dia sudah dewasa Chika, dia punya pilihan sendiri, kalau dia tidak lagi mencintai Pamella, ya biarkan saja. Kenapa kau terus memaksa nya untuk bertahan dengan gadis yang sudah tidak dia cintai.???" Cahya berdiri di depan Niall dan menghadap ke adiknya langsung.
"Ya, aku tahu Pamella gadia yang sangat baik dan tidak macam-macam, tetapi kalau Niall sudah tidak menyukai nya kita bisa apa??? Apa kau akan memaksa Niall bertahan dan menikahi perempuan yang tidak dia cintai??? Bukankah itu sama saja kau menjebak putramu sendiri ke dalam neraka. Apa kau bisa membayangkan betapa hancurnya kehidupannya nanti??? Pikirkan itu baik-baik. Dan jika kau terus saja memaksa Niall, maka kau akan berhadapan denganku. Jangan berani-berani menghalangi keputusannya." Ancam Cahya pada Adiknya.
Chika hanya terpaku melihat kemarahan kakaknya. Aditya juga memilih berdiri di depan pintu menyaksikan kemurkaan istrinya. Aditya bingung dengan kondisi ini. Tetapi ada benarnya juga bahwa tidak ada yang boleh menghalangi keputusan Niall. Mengingat Niall sudah cukup dewasa untuk bisa menentukan pilihan dan kehidupannya. Meski mereka belum tahu bagaimana sosok Sheryl yanv sebenarnya tetapi Niall pasti bisa menilai sendiri gadis seperti apa yang baik untuknya. Pamella mang luar biasa baik dan menyayangi Niall, tetapi mau bagaimana jika Niall sudah tidak memiliki perasaan apapun pada Pamella. Jika terlalu di paksakan, hanya akan menyakiti Niall dan Pamella sendiri.
Adri menghampiri istri dan kakak iparnya. "Chika...??? Sudah berapa kali aku bilang agar jau bisa menjaga sikapmu, kau jangan keterlaluan mengekang Niall, biarkan dia dengan keputusannya. Ya memang menyakitkan melihat Niall todak.memilih Pamella, tetapi akan lebih menyakitkan lagi jika kau memaksa Niall untuk bersama Pamella. Bukan Niall yang tersakiti, tetapi Pamella juga karena menikahi seseorang yang tidak mencintainya. Kenapa sayang??? Kenapa kau tidak mengerti hal iti, aku sudah berusaha menjelaskan padamu agar kita biarkan Niall milih jalan hidupnya, selagi itu baik dan tidak berdampak negatif, lalu kenapa tidak???" Adri kemudian berbalik badan dan memandang ke arah putranya yang memilih diam.
"Kalau kau ingin kembali ke Surabaya, kembali lah, jangan sampai kuliahmu berantakan, kau sudah terlalu lama disini, kau pasti sudah ketinggalan mata kuliah yanv cukup banyak. Apa kau sudah memesan tiket ke Surabaya???" Tanya Adri pada Niall.
.."Sudah Pa, malam ini."
Adri tersenyum. "Ya sudah, siapkan barangmu, nanti Papa akan mengantar mu ke airport. Jangan Pedulikan Mama mu."
Niall menganggukkan kepala nya dan dia kembali mengemasi barangnya. Adri menarik Chika keluar dari kamar Niall.
"Niall, sudah jangan pedulikan Mama mu, aunty akan bicara nanti dengannya, kau bersiaplah. Aunty dan uncle ke depan lagi." Cahya tersenyum menatap keponakannya.
."Thanks Aunty."
"Sama-sama..." Cahya kemudian keluar dari kamar Niall bersama Aditya. Membiarkan Niall mengemasi pakaiannya dan bisa bersiap kembali ke Surabaya.
*****
Keesokan harinya....
Sheryl sampai di dekat gerbang kampus dan Tisha berjalan di sebelahnya dan menawarkan. "Kau yakin tidak mau ikut aku pulang naik motorku???"
Sheryl menggeleng, "Tidak.. aku mau ke kedai kopi itu." Dan terus berharap Niall akan datang, seperti ketika dia menunggu dan menunggu di hari-hari sebelumnya sampai kedai tutup, pulang dengan kecewa karena Niall tidak lagi muncul.
Ketika Sheryl melangkah keluar dari gerbang kampusnya, angin dan panas menerpanya. Dia baru berjalan selangkah menembus teriknya siang ini. Sheryl terpana.
Niall ada di sana, memarkir motor hitamnya di depan kampus dan berdiri di dekat motor nya. Lelaki itu berteduh di bawah pohon besar yang membuatnya sedikit terlindungi dari teriknya matahari siang ini. Senyumnya langsung mengembang ketika melihat Sheryl.
Tisha yang berada di samping Sheryl langsung tersenyum penuh arti. "Well sepertinya itu tandanya aku harus pergi. Ingat kata-kataku Sheryl, tanyakan dulu kepadanya sebelum kau memutuskan melangkah maju."
Sheryl menganggukkan kepalanya, melambai ke arah Tisha yang bergegas pergi ke arah parkiran motor di luar gerbang kampus.
Kemudian Sheryl menatap Niall lagi. Senyum Niall mengembang lebar dan lelaki itu membuka kedua tangannya.
Di dorong oleh perasaannya, Sheryl menghambur ke dalam pelukan Niall yang langsung menangkapnya. Niall memeluknya kuat-kuat setengah mengangkatnya, menenggelamkan tubuh Sheryl dekat kepadanya, menghirup aroma wangi yang sangat dirindukannya, meresapi kenikmatan ketika jantungnya berdebar penuh cinta karena bisa memeluk perempuan yang dikasihinya.
Lama mereka berpelukan di bawah pohon, dan panas namun mereka tidak peduli.
Niall tersenyum, senang dengan sikap impulsif Sheryl yang menghambur ke pelukannya, Sheryl selalu menahan diri di dekatnya, inilah saat ketika dia tampak lepas di depan Niall. Mungkin perpisahan selama dua minggu itu ada manfaatnya juga.
"Sepertinya kau sangat merindukanku." Niall tersenyum menggoda, menatap Sheryl dengan lembut.
Pipi Sheryl merona, tetapi dia tidak mundur. "Aku sangat merindukanmu, Niall." Perasaannya meluap-luap, penantiannya selama dua minggu ini tanpa kepastian membuatnya menyadari berapa dia membutuhkan Niall ada di sampingany. Dan sekarang dia ada di dalam pelukan Niall, semuanya jadi terlupakan. Segala kesakitannya, keraguannya, kebingungannya, semuanya musnah. Yang ada di benaknya kini hanya Niall.. Niall dan Niall...
Niall mengusap punggung Sheryl. "Panas sekali, lebih baik kita pergi dan cari tempat yang sejuk dari panasnya siang ini." Lelaki itu tertawa, tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.
***
Pamella merapikan pakaiannya. Dia memutuskan untuk pergi ke Surabaya. dan penasaran ingin tabu seperti apa perempuan bernama Sheryl itu yang sudah merebut Niall darinya.
"Kau yakin Mella sayang???" Mama Pamella duduk di pinggiran ranjang, menatap putri nya dengan hati-hati.
"Yakin Mama."
"Tetapi kau belum sembuh benar, dan Mama mencemaskanmu di sana."
Pamella tersenyum lembut, "Mama, aku kan tinggal di rumah nenek di sana, nenek pasti akan mengurusku. Mama jangan cemas ya, aku bisa menjaga diri.:"
Sang mama terdiam, masih menatap anaknya dengan kecemasan yang tidak bisa disembunyikannya, tetapi tidak punya daya upaya untuk mencegah niat bulat Pamella.
Sementara itu Pamella sibuk dengan pikirannya sendiri. Dia akan menyusul ke Surabaya, dia akan berkenalan dengan Sheryl, tentu saja tanpa sepengetahuan Niall, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya dilihat Niall dari Sheryl yang tidak dia miliki.
"Sheryl....???" Pamella merapal nama itu dalam hati. Well, Sheryl harus tahu, kalau Pamella tidak akan menyerahkan Niall semudah itu. Dia akan memperjuangkan cintanya sekuat tenaga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments