Keesokan harinya. Tisha datang ke rumah Sheryl hari ini adalah hari minggu. Mereka sedang libur dan tidak kuliah. Tisha memang biasa datang ke rumah Sheryl atau terkadang kebalikannya. Tisha sudah mengenal keluarga Sheryl lama sekali sehingga Tisha juga seperti keluarga sendiri.
Tisha dudu di sofa yang ada di kamar Sheryl, Sheryl masuk membawa minuman dan camilan untuk.mereka. berdua.
"Tisha...." Panggil Sheryl.
"Yupz...." Tisha mencomot kue dari piring dan memasukkannya ke dalam mulut.
"Menurutmu apa aku sudah gila???" Tanya Sheryl.
Tisha mengerutkan dahi nya. "Gila???? Kenapa kau gila??? Kenapa menganggap dirimu sendiri Gila???" Tanya Tisha bingung.
"Yesterday I met a boy, and from what I saw, that boy was Alex." Gumam Sheryl.
"Alex????? Kau melihat seorang laki-laki mirip Alex???? Hahaha kah sudah gila ya???" Tiffany terkekeh.
"Itu dia, kenapa aku jadi seperti itu , kenapa seolah Alex itu ada dimana-mana."
"Mungkin kau salah lihat, atau kau terbawa lamunan sehingga kau berpikir lelaki itu tampak mirip dengan Alex." Tisha melirik ke arah sahabatnya yang begitu murung setelah bercerita.
Sheryl menghela napas. "Masalahnya lelaki itu tidak mirip dengan Alex. Dia lebih seperti pangeran hedonis yang salah tempat di kedai kopi itu."
"Kalau kau sebegitu penasarannya, kenapa kau tidak mendekati laki-laki itu???" Tanya Tisha.
Sheryl mengerjapkan matanya. "Me???? Are yo crazy???? Masa aku harus mendekatinya, yang benar saja Sha, aku takut tahu."
"Takut apa??? Takut jadi korban pesona sang pangeran hedonis????" Tisha terkekeh.
"Bukan." Gumam Sheryl dalam hati. "Aku takut kalau aku sudah gila dan mengira semua orang sebagai Alex. Aku takut kalau ternyata aku hidup di dunia khayalanku selama ini. Im so afraid."
Tisha menatap Sheryl dengan simpati, sahabatnya itu masih sering melamun dan tampak sedih, bahkan setelah setahun kematian Alex. Ya, siapa juga yang tidak sedih, ditinggalkan kekasihnya sehari sebelum pernikahan mereka, kalau Tisha mungkin tidak akan bisa setegar Sheryl menghadapinya.
"Then come back there." Ucap Tisha.
"What???" Sheryl mendongakkan kepalanya, mengernyit. "Kau menyuruhku ke kedai kopi itu lagi???" Seru Sheryl.
"Yupz. Datanglah ke kedai kopi itu lagi, mungkin saja kau akan berjumpa laki-laki itu lagi. Entah dia memang mirip Alex atau dia hanya halusinasimu, setidaknya kau tidak akan bertanya-tanya lagi." Ungkap Tisha. Sheryl kembali terdiam.
"Aku hanya melihatnya sekilas saja, tetapi ketika aku melirik lagi dia memang bukan Alex. Aku rasa aku hanya berhalusinasi saja."
"Kau memang terlalu memikirkan Alex." Gumam Tisha.
"Kau benar Sha, tapi itulah yang terjadi padaku, apa menurutmu aku harus ke psikiater untuk mendiskusikan masalah ku ini???"
Tisha menghela napasnya dan menatap sahabatnya itu. "Jika kau bisa belajar mengendalikan dirimu sendiri ya aku pikir kau tidak perlu ke psikiater. Ya memang sangat berat melewati masa sulitmu kemarin tetapi sudah sejauh ini kau berusaha untuk kuat dan bertahan, aku yakin kau bisa untuk melewati nya karena kau sepenuhnya masih belum bisa berhenti untuk memikirkan Alex, wajar jika setiap kau melihat seseorang, kau berpikir itu adalah Alex."
***
Beberapa hari kemudian.
Sheryl melangkah ragu memasuki kedia kopi itu. Hari ini, tepat seminggu kemudian, pada jam yang sama, hari yang sama. Dia duduk dan memesan seperti biasa, lalu menunggu sambil mengeluarkan buku bacaan yang selalu dibawanya kemana-mana, novel faforitnya. Sheryl menunggu. Menunggu laki-laki yang mirip Alex itu.
Lama. Hampir satu jam Sheryl menunggu, tetapi lelaki itu tak kunjung datang. Mungkin dia tak akan datang lagi, Sheryl mendesah. Mungkin kemarin memang hanya halusinasi nya saja. Halusinasi yang muncul ketika dia terlalu merindukan Alex.
Kedai kopi itu sudah hampir tutup karena sore sudah menjelang. Dan meskipun hujan masih turun dengan derasnya di luar, Sheryl mengemasi tasnya, kemudian melangkah pergi. Dengan gontai, dia berjalan keluar kedai kopi itu dan hendak berjalan ke arah motornya untuk pergi. Entah kenapa dia merasakan sebersit kekecewaan karena ternyata laki-laki itu tidak ada. Ya, lagipula apa yang diharapkannya??? Mana mungkin sebuah kebetulan terjadi dua kali???
"Nona. Tunggu sebentar.!!!!"
Langkah Sheryl terhenti ketika menyadari panggilan itu ditujukan kepadanya. Kepada siapa lagi??? jalanan sedang sepi karena semua orang memilih berteduh di dalam, menghindari hujan. Dengan hati-hati Sheryl membalikkan badannya, dan untuk kesekian kalinya, dia tertegun.
Lelaki itu. Dan memang tidak mirip dengan Alex. Sedang melangkah tergesa mengejarnya, tanpa mempedulikan baju dan rambutnya yang basah kuyup di terpa hujan. Novel "NOW, I FOUND YOU!" karya Golden Watermelon Sugar miliknya terlindung dalam lengan laki-laki itu.
"Sorry, tadi aku melihat ini. Kau meninggalkannya di meja ." Lelaki itu berdiri, begitu tinggi menjulang di atas Sheryl, membuat Sheryl harus mendongakkan kepalanya ketika menatapnya.
Ketika Sheryl tidak berkata apa-apa, lelaki itu terkekeh. "Aku biasanya mampir di kedai kopi itu pukul empat, setelah dari kampus, tetapi hari ini terlambat, karena hujan deras membuat jalanan macet dan banjir, ketika aku datang cafe sudah hampir tutup dan aku melihat buku itu di meja, dan melihatmu melangkah ke arah sana ketika aku masuk. Betul bukan ini bukumu???" Lelaki itu mengulurkan bukunya, suara laki-laki itu mengeras.
Sheryl masih terpana menatap sosok itu, kemudian mengerjap ketika mendapati lelaki itu menatapnya dengan bertanya-tanya, dia lalu menganggukkan kepalanya dan menerima buku itu, dengan hati-hati memasukkannya ke dalam tasnya. "Thank you!!!" Gumamnya.
"You're welcome. Namaku Niall." Lelaki itu mengulurkan tangannya dan tersenyum dengan tampaknya.
Sheryl menelan ludahnya. "Oh...aku Sheryl." dengan gugup dia menghela napas. Sudah selesai. Lelaki ini sama sekali tidak mirip dengan Alex, mungkin Sheryl memang sudah sedikit gila, mengira semua lelaki sebagai Alex . Sheryl mencoba membalikkan tubuhnya. "Thanks, I wanna go home!! And Thank you."
"Sheryl." Niall menggenggam tangannya, menahan Sheryl, ketika Sheryl hanya terdiam dan melirik tangan Niall yang mencengkeram tangannya, lelaki itu langsung melepaskannya dan berdiri dengan gugup.
"Eh.. sorry, I think ehhh, mungkin kita bisa lebih mengenal lagi. Aku juga suka membaca, meskipun bukan novel percintaan seperti itu." Niall tampak terkekeh lagi, begitu ceria. "Kau akan sering ada di kedai kopi ini kan???"
Sheryl tercenung. Beranikah dia??? Bertemu lagi dengan lelaki ini??? Hening yang lama, kemudian dia mengangguk,
"Maybe, aku akan datang ke sana, ketika aku ingin menikmati secangkir cokelat panas sembari membaca novel. Cokelat panas disini sangat enak." jawabnya pelan.
Niall mengangguk. "Membaca Novel??? Sepertinya itulah yang harus sering kulakukan setiap sore di kedai kopi ini. Semoga aku beruntung bisa menjumpaimu lagi di sana. See you again Sheryl!!!".
Dan kemudian lelaki itu membalikkan tubuhnya, berlari menembus hujan deras. Sheryl terpaku menatapnya, sampai bayangan lelaki itu menghilang di tengah kabut hujan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments