***
Sheryl memarkir motor nya seperti biasa dan turun. Ad motor Niall menandakan lelaki itu sudah sampai lebih dulu dan menunggu nya. Sheryl tersenyum dan masuk kedalam kedai kopi itu. Niall sudah menunggunya. Senyumnya mengembang begitu melihat Sheryl,
"Kau basah." Niall menatap rambut Sheryl yang memercik butiran air berkilauan. "Kenapa tadi tidak mau kujemput???" Tanya Niall.
"Karena kau harus memutar jauh kalau menjemputku." Sheryl tersenyum dan duduk di depan Niall. "Lagipula aku hanya perlu naik motor untuk tiba di sini."
"Hmm...." Niall mengedipkan mata kepada Sheryl. "Well, bagiamana kabarmu hari ini????"
"I'm feeling good." Sheryl menyodorkan sebuah novel dari tasnya. "Buku pesananku baru sampai semalam." Sheryl tersenyum menunjukkan buku dengan sampul laki-laki dan perempuan sedang berciuman kepada Niall. "Aku membacanya sampai pagi, and then I'm so happy."
Niall melirik novel yang ditunjukkan Sheryl dan tersenyum, "Novel percintaan lagi???? Aiiissshhhhhh...." Niall menghela yg gelengkan kepala nya.
"Yupz. Kisah perempuan tak berdaya yang melawan lelaki berkuasa, dia di jebak untuk di nikahi lalu di siksa karena laki-laki nya ingin balas dendam atas kematian adiknya, tapi justru perempuan itu di tolong oleh adik suami ya dan mereka malah jatuh cinta, dia bercerai dengan suaminya dan menikah dengan adik suaminya itu." Mata Sheryl berbinar, membuat Niall tergelak geli.
"Dasar perempuan." gumam Niall masih tergelak. "Tidak adakah yang dipikirkan perempuan selain romantisme cinta???"
"Tentu saja ada...!!" Sheryl mengedipkan matanya. "Kami juga memikirkan kehidupan nyata kok, tetapi terkadang kami, para perempuan merasa sangat bahagia bisa menenggelamkan diri dalam kisah percintaan yang menyentuh hati."
"Karena happy ending????"
"Salah satunya karena itu tapi bukan itu yang utama." Sheryl tersenyum. "Membaca kisah yang berakhir bahagia bagi tokoh2 di dalamnya, membuat kami percaya bahwa ada ujung yang bahagia untuk kami para perempuan suatu saat nanti."
Pelayan datang membawa menu pesanan mereka yang biasa. Secangkir cokelat yang panas dengan aroma yang harum, membuat hati hangat dan lebih bersemangat. Niall juga memesan kopi. Niall menyesap kopinya, lalu menatap Sheryl serius. "Jadi kau percaya dengan akhir bahagia selamanya????" Tanya Niall.
"Itu hanya ada di dongeng-dongeng." Jawab Sheryl. "Tetapi aku percaya bahwa setiap perempuan pasti akan menemukan kebahagiaannya masing-masing."
"Tetapi tidak ada yang bisa bahagia selamanya, Karena hidup terus berputar, manusia yang bercinta harus menghadapinya. Mereka bisa bahagia karena cinta, tetapi terkadang menangis juga karenanya, begitulah hidup, begitulah cinta." Niall menatap Sheryl sendu. "Ada pertemuan juga pasti ada perpisahan. Dan karena ada perpisahan dan kematian. Suatu saat manusia harus siap menghadapi kematian, dipisahkan satu sama lainnya."
Kata-kata itu membuat Sheryl tertegun dan membeku. Hening.
Niall mengernyitkan keningnya. "Kenapa Sheryl????'
Kata-kata itu, sama persis dengan kata-kata Alex. Sheryl membatin, lalu menggelengkan kepalanya dan tersenyum, "Tidak. tidak ada apa-apa." Sheryl tersenyum sedih. "Hanya saja aku pernah mendengar kata-kata yang tepat seperti itu sebelumnya."
Niall tersenyum pahit. "Alex???"
Sheryl menganggukkan kepalanya.
Niall langsung mengalihkan pandangannya, menjaga supaya kepahitannya tidak terbaca oleh Sheryl. Perasaannya berkecamuk. Jika nanti Sheryl mencintainya, apakah perempuan itu akan mencintai dirinya seutuhnya, ataukah dia akan mencintai jantung yang saat ini berdetak di rongga dadanya. Niall tidak tahu.
***
Keesokan harinya.....
"Sheryl???" sang Mama memanggil dari luar kamar, membuat Sheryl yang sedang tenggelam di dalam novelnya menolehkan kepalanya. Sheryl beranjak dari tempat tidurnya dan membuka pintu. Saat ini Sheryl baru saja selesai membantu Mama nya di toko, dan masuk untuk beristirahat sebentar. Dan disini Sheryl memiliki kamar kecil yang biasa di gunakan nya dan Mama nya untuk beristirahat.
"Ya Ma?" di tatapnya sang mama yang berdiri di ambang pintu.
"Ada telepon untukmu, di depan." Ucap Mama nya.
Sheryl mengernyit. Siapa yang meneleponnya ke telepon toko Mama nya???? Teman-temannya biasanya akan menelepon langsung ke ponselnya. Dengan ingin tahu dia beranjak dari ranjang, dan melangkah ke depan tepatnya di kantor Mama nya.
Diangkatnya gagang telepon yang terbuka di meja itu, "Hallo????" Sapa Sheryl.
Suara wanita yang lembut terdengar di sana. "Sheryl???? Apa kau Sheryl???" Wanita itu bertanya, lalu bergumam hati-hati, "Sheryl, maafkan aku. Aku Chika, mamanya Niall, bisakah kita bertemu nanti malam??? Aku mohon bantuanmu untuk meluluhkan hati Niall."
"Meluluhkan hati Niall???? Maksud tante???" Sheryl mengernyit bingung. Telepon dari Mama Niall ini sungguh tidak disangkanya.
"Iya Sheryl, bolehkah kita atur waktu untuk bertemu malam ini, aku akan datang ke Surabaya siang ini, tante sudah mendapatkan tiket pesawat kesana, tapi tante mohon jangan sampai Niall tahu, Tante akan menjelaskan semuanya saat kita bertemu. Bisa????" Tanya Chika.
Sheryl berdehem, bingung. "Kalau boleh saya tahu... ini tentang apa ya Tante???" Tanya Sheryl.
Suara di sana agak ragu, tetapi lalu berkata. "Tunangan Niall sedang sakit keras. Dan Niall tidak mau pulang untuk menjenguknya. Tante pikir..... ini semua disebabkan oleh mu Sheryl."
Dunia Sheryl langsung bergetar keras di bawah kakinya. Membuat napasnya terasa sesak dan menyakitkan.
"Tante akan ke Surabaya sekarang, bisakah kau memberikan kontakmu supaya tante bisa menghubungi mu jika sudah sampai??? Maaf Sheryl, tante terpaksa menghubungi mu melalui telepon toko Mama mu, karena Tante tidak memiliki kontakmu dan tante dapat ini dari internet. Tante tahu keluargamu memiliki toko mainan."
Sheryl masih bingung tetapi kemudian memberikan nomor kontaknya pada Mama Niall. "Malam ini jam 7 kita bertemu, kau ingin bertemu dimana???" Tanya Chika.
"Terserah tante saja."
"Sheryl, tante tidak tahu ada tempat apa saja disana, tante tinggal di Jakarta, kau tahu itu kan??? Kau saja yang mengatur mau bertemu dimana."
"Oh iya, maaf tante. Ya, nanti jam 7 kita bertemu di Restoran Sakura, nanti tante bisa mencarinya di map lokasinya."
"Oke baiklah kita bertemu jam 7 malam nanti di restoran itu." Panggilan itupun di akhiri. Sheryl berjalan pelan kembali ke kamarnya yang ada di toko ini.
"Chika...???" Panggil Adri pada istrinya yang baru saja selesai menelepon. Chika terlonjak ketika suaminya muncul tiba-tiba di belakangnya. Adri duduk di sebelah istrinya. "Apa yang tadi kau lakukan???" Tanya Adri. "Kenapa kau menghubungi Sheryl??? Apa kau sudah tidak waras??? Dia tidak mengerti apapun tentang masalah Niall dan Pamella, kenapa kau bersikap seperti ini, aku kan sudah memberitahu mu agar membiarkan anak-anak memilih jalannya masing-masing, kenapa sayang???? Kenapa kau tidak mengerti????"
"Lalu aku harus bagaimana???? Aku tidak bisa melihat Pamella menderita seperti itu, anak kita sudah berbuat salah, meninggalkan dia dengan begitu buruknya. Kita sudah menahan malu kepada kuarga Pamella. Aku putus asa, kau tahu itu kan???"
"Ya tapi kan jangan melibatkan Sheryl, biar saja Niall mengambil keputusannya sendiri." Ucap adri.
"Keputusan apa??? Dia sudah mengambil keputusannya, menghancurkan Pamella, dan sekarang kau bilang biarkan dia mengambil keputusannya. Apa kau lupa siapa yang sudah membuat Niall bisa bertahan selama bertahun-tahun di tengah keputus asaan nya sebelumnya??? Siapa??? Pamella adalah orangnya, kita memang orang tua nya tetapi semangat Niall sebelumnya adalah Pamella dan kita berdua, lalu setelah apa yang di lakukan oleh Pamella, Niall justru mencampakkannya seperti sampah. Kita gagal mendidiknya menjadi anak yang baik, dia menghancurkan hati seorang perempuan yang mencintai nya." Chika tampak frustasi dan dia berdiri meninggalkan Adri begitu saja. Suaminya memang tidak pernah bisa mengerti betapa menderitanya Pamella selama ini. Selalu menyuruh Niall untuk mengambil keputusannya sendiri, dan Niall sama sekali tidak mengerti akibat dari keputusan yang di ambilmya itu.
***
!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments