"Tidak Sheryl!!!! Kau harus sadar, Alex sudah tiada. Ya, kau memang sangat mencintainya. And why?? Hidup Alex sudah berhenti, tetapi hidupmu masih berlalan, mau tak mau kau harus menjalaninya, kalau tidak kau akan sangat berdosa sekali kepada sang pemberi kehidupan jika kau terus saja bersikap seperti ini."
"Kau tidak berhak mengatur-ngatur kehidupanku. Aku ingin tetap seperti ini. Hidup bersama kenanganku tentang Alex."
"Aku memang tidak berhak. Siapalah aku ini." Niall tersenyum sedih. "Tetapi ketahuilah, aku mencintaimu Sheryl..!!! I really love you....."
"Tidak mungkin!!!"
"Ya! Aku mencintaimu!!! THat's the fact Sheryl, I really do love you..!!" Suara Niall sedikit meninggi, membuat beberapa pengunjung yang sedang menikmati kopi menoleh ke arah mereka dengan penuh ingin tahu. "Dan hatiku sakit melihatmu seperti ini. Jantungku serasa di remas melihatmu tak pernah bisa bangkit dari kesedihan serta masa lalumu..."
"Enough....!!! Aku tidak mau mendengar lagi." Sheryl berdiri menyusut air matanya. "Aku pikir kau mengerti. Tetapi ternyata memang tak ada yang mengerti." Sheryl memundurkan kursi nya danmdraih tas nya.Lalu pergi meninggalkan Niall.
"Sheryl!!!!" Niall mencoba memanggil, tetapi Sheryl sudah tidak mau mendengarnya. Sambil menahan tangis dia berlari pergi keluar dari kedai kopi itu.
Niall hanya bisa terdiam dan dia tidak mengejar Sheryl untuk memberi ruang pada gadis itu. Niall sebenarnya sudah menduga hal ini sejak awal, dan bagaimana jika dia mengungkapkan perasaannya pada Sheryl. Mengingat Sheryl memang belum melupakan Alex. Tetapi Niall ingin mencoba nya, meski tahu hasilnya akan seperti ini. tapi tidak ada salahnya melakukannya.
***
Sheryl merasa kesal sekali dengan Niall. Dan setelah dari kedai kopi itu, Sheryl memutuskan tidak pulang dan dia akan mampir ke rumah Tisha sahabatnya. Sheryl butuh mencurahkan isi hatinya pada Tisha dan meminta pendapat sahabatnya itu.
Angkutan berhenti tepat di depan sebuah gang. Sheryl turun dan berjalan memasuki gang itu menuju rumah Tisha. Tadi dia tidak membawa motor dan berboncengan dengan Tisha karena Tisha menjemputnya. Lalu Niall menjemputnya di kampus.
Sampai di rumah Tisha, Sheryl di sambut oleh Mama nya Tisha. Dengan sopan Sheryl menyalami nya dan dia di persilahkan masuk karena Tisha ada di kamarnya.
Sheryl mengetuk pintu kamar Tisha. sahabtnga itu membuka nya dan mempersilahkannya masuk. "Kau kesini Ryl??? Kok tidak bialng??? Bukankah tadi kau pergi dengan Niall??? Dimana dia, kenapa tidak kau ajak kesini juga??"
"Aku pulang dengan angkot. Aku meninggalkannya di kedai kopi."
"Meninggalkannya???" Tanya Tisha.
"Iya, aku merasa kesal sekali dengannya, jadi aku pergi saja."
"Kesal???? But why???" Tanya Tisha.
"Bisa-bisa nya dia bilang kalau dia mencintai ku???? Dia sudah gila bukan??? Aku sudah pernah memberitahu nya tentang Alex, semua nya dan juga bagaimana perasaanku terhadap Alex yang tidak akan pernah hilang, lalu setelah dia mendengarkannya, bisa-bisa nya dia malah mengungkapkan perasaannya padaku."
"Niall mengungkapkan perasaannya padamu???"
"Iya. Sudah gila dia."
"Lalu kau menolaknya???" Tanya Tisha lagi.
"Tentu saja aku menolaknya. Yang benar saja aku menerima nya. Mulai skarang aku tidak akan lagi menemui nya. Konyol sekali."
"Jadi kau akan terus berlaku kekanak-kanakan dan menghindari Niall???" Tisha berkacak pinggang sambil menatap Sheryl yang begitu muram, duduk memeluk lututnya di sudut ranjang.
"Dia jahat, menyuruhku melupakan Alex."
"Dia tidak jahat. Dia hanya ingin kau bangkit di dunia nyata. Melangkah lagi, menikmati hidupmu." Ucap Tisha yang juga tampak jengkel dengan sikap Sheryl. "That's it.. So simple.."
"Dengan melupakan Alex???"
"Kau tidak harus melupakannya. Kau tetap bisa menyimpan kenangan tentangnya di dalam hatimu. Tetapi kau tidak boleh berkubang terus di dalam kenangan itu. Kau harus melangkah maju. Oh c'mon Sheryl... Astaga...!!! Sampai kapan kau akan seperti ini???"
"Gaya bicaramu sudah seperti Niall, aku curiga kalian berkomplot."
Tisha tertawa. "Dengarkan sahabatku yang cantik, kami berdua meyayangimu. Dan karena kami menyayangimu maka kami berpikiran sama. Mungkin juga Alex di sana juga akan berpikiran sama dengan kami. Hidup harus terus berjalan Sheryl, selagi Tuhan masih memberi kita nafas dan nyawa. Kita tidak bisa harus terkungkung pada sesuatu yang sudah tidak bisa kita pegang lagi. Alex sudah meninggalkan kita semua dan dia tidak bisa kembali lagi. Lalu apa iya selama nya kau akan sendirian seperti ini terus selama hidupmu??? Kenapa kau tidak coba untuk move on???" Ujar Tisha. "Jika Niall sudah mengetahui masalalu mu dengan Alex, kemudian dia mengatakan cinta padamu, itu artinya dia memang menyukai mu dan ingin membuatmu bahagia serta tidak terlalu larut dalam kesedihan mu mengingat Alex. Hidup terus berjalan, tidak bisa kau terus seperti ini, kau juga haris mengejar kebahagiaan mu. Sampai kapan kau akan terkukung terus seperti ini??? Sudah berapa banyak laki-laki yang kau tolak dengan alasan kau tidak mau melupakan Alex???? Apa kau tidak ingin melihat Mama mu bahagia??? Kalau kaj bersikap seperti inj terus yang ada Alex juga akan marah dan kecewa pada sikapmu yang seperti ini."
Sheryl tercenung, meresapi kata-kata Tisha dalam diam.
★★★
Setelah pulang dari rumah Tisha, Sheryl duduk di balkon kamarnya. Memandangi pepohonan yang ada di bagian belakang rumahnya. Sheryl diam, dan dia lagi-lagi teringat dengan Alex. Sheryl menatap jari manisnya yang masih ada cincin melingkar cantik dengan ukiran nama Alex.
Waktu itu mereka sedang memilih cincin, dan mengukirkan nama masing-masing di cincin itu. Sheryl sangat bahagia, dan menatap Alex dalam senyuman. "Kalau kita sudah menikah nanti, dan kau menyematkan cincin itu di jemariku, aku akan mengenakan cincin ini selamanya."
Alex, sepertia biasa menatap Sheryl dengan kelembutannya, "Aku juga Sayang. Cincin itu tanda bahwa aku mengikatkan hati kepadamu."
"Kita akan selalu seperti ini kan sayang???" Tanya Sheryl pada Alex.
"Kenapa kau bertanya seperti itu???"
"Karena kebahagiaan ini terasa terlalu sempurna. Aku kadang-kadang takut semua direnggut dariku...."
Alex tertawa, merangkul Sheryl ke dalam pelukannya. "Jalan Tuhan tidak ada yang tahu. Yang penting kita mensyukuri saat ini, saat ketika aku dan kamu dipersatukan. Bukankah itu cukup???"
"Ya itu cukup." Senyum Sheryl melebar, lalu ekspresinya berubah serius. "Tetapi kalau nanti aku meninggal duluan, kau boleh melepas cincin itu dan menikah lagi."
Alex terkekeh, "Jangan berpikir yang bukan-bukan." dia lalu mengedipkan matanya menggoda. "Kalau aku yang meninggal duluan??? Akankah kau menikah lagi???"
Sheryl langsung menggelengkan kepalanya kuat-kuat mendengar pertanyaan Alex itu. "Tidak!!!! Aku akan menjanda selamanya."
Dengan lembut Alex menghela Sheryl ke dalam pelukannya, lalu mengecup lembut dahinya. "Jangan biarkan sebuah kenangan menghalangi langkahmu untuk maju sayang. Aku akan sangat sedih jika ternyata aku meninggal duluan dan kau menutup hatimu. Ketika hidupku berhenti dan hidupmu masih berlanjut, kau berhak untuk menemukan bahagiamu yang ada di depan sana. Berjanjilah padaku???"
"Tidak mau." Sheryl cemberut. "Lagipula kau tidak akan meninggal duluan, tidak ada yang akan meninggal. Bisakah kita membicarakan hal-hal yang menggembirakan saja???"
Alex tergelak, menggandeng tangan Sheryl dengan riang meninggalkan toko cincin itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments