Niall pulang ke rumahnya, saat masuk kebetulan ada Om dan Tante nya yang datang. Niall dengan sopan menyalami mereka berdua. "Uncle, Aunty.."
"Niall??? Apa kabar???" Tanya Aditya. Aditya adalah kakak dari Adri, Papa nya Niall. Dia datang bersama dengan Cahya istrinya yang juga adalah kakak dari Chika, Mamanya Niall. Adri dan Aditya bukan saudara kandung. Karena sebenarnya Adri dulu adalah sepupu Aditya yang di adopsi oleh orang tua Aditya karena orang tua Adri meninggal. Sehingga Adri di besarkan oleh orang tua Aditya dan sudah seperti anak kandung mereka. Sedangkan Chika adalah adik kandung Cahya.
"Baik Uncle, maaf ya belum sempat ke rumah, akh sibuk di rumah sakit mengurus Pamella. Kalian malah datang kesini."
"Uncle tahu, Papa mu sudah memberitahu. Tidak masalah, itulah kenapa kami datang kesini. Kebetulan kau pulang."
"Iya, Pamella sudah kembali dari rumah sakit kemarin, dan aku datang ke rumahnya untuk menjenguknya dan memberitahu nya kalau aku harus segera kembali ke Surabaya."
"Kau akan kbalinke Surabaya???" Sela Chika dengan cepat.
"Iya, Ma, aku sudah terlalu lama disini, dan aku meninggalkan kuliah ku begitu saja, aku tidak mau kuliahku jadi sia-sia, bagaiamanpun aku harus kembali, Pamella juga sudah pulang dari rumah sakit, dia sudah sembuh."
Chika menoleh, saat ini ada kakak nya dan Kakak iparnya disini, jadi dia tidak boleh untuk berdebat panjang dengan Niall. Nanti saja dia kan bicara dengan Niall.
Niall kemudian duduk di ruang tamu bersama orang tua nya dan juga Om dan Tante nya. Niall mengobrol dengan mereka. Sudah beberapa bulan dia tinggal di Surabaya dan dia juga rindu dengan Om dan tante nya itu. Mereka sangat baik sekali, sehingga Niall jiga sangat menghormati kedua nya.
"Niall, Uncle sudah bicara dengan GM di kantor Surabaya, mereka akan menyiapkan ruangan untukmu jadi kau bisa mulai bekerja di kantor. Dan Uncle juga memberitahu merwka bahwa tentu kau tidak bisa setiap hari masuk karena harus kuliah, mereka sangat mengerti dan memahami. Jadi kau bisa memulai bekerja kapan saja. Nanti hubungi Uncle kalau kau sudah siap." Ucap Aditya.
Niall tersenyum. "Iya Uncle, thanks... Aku sebenarnya ingin menghubungi Uncle untuk menanyakan ini tapi belum sempat."
"Ya, Uncle mengerti sekali kok keadaanmu sekarang. Kau tahu kan alamat kantor kita yang disana???" Tanya Aditya
"Iya Uncle, aku tahu, dulu pernah di ajak Papa kesana."
Aditya tersenyum. "Baguslah kalau begitu. Kuliahmu lancar kan???"
"Lancar uncle."
"Belajar yang rajin.." Aditya memandangi keponakannya sembari tersenyum. Dia tahu saat inj Niall sedang tidak dalam keadaan yang baik-baik saja. Permasalahan Niall dengan Pamella dan gadis yang di mimpi N itu, Aditya tahu semuanya. Adiknya sudah menceritakan kepada nya. Dan juga pertengkaran Adri dengan Chika akhir-akhir ini karena Chika terus mmemaksa Niall untuk menemui Pamella padahal Niall sebenarnya todak mau. Dan alasan kenapa Niall ada disini juga karena Chika. Aditya dan Cahya tahu semua nya.
Aditya merasa kasihan kepada Niall. Masalah percintaan anak muda memang terkadang memusingkan. Dan Niall memilih untuk mengejar apa yang menjadi keinginannya. Itu sebenarnya bukan sebuah kesalahan. Hanya saja Chika memang merasa tidak enak dengan orang tua Pamella.
Aditya juga bingung, dia tidak bisa menyalahkan Niall sepenuhnya, dan Chika juga tidak bisa di salahkan. Chika ingin kebaikan Niall dan sudah sangat menyayangi Pamella.
"Kak Kyros jadi pulang???" Tanya Niall.
"Jadi, nanti hubungi dia dan tanyakan kapan dia akan pulang." Jawab Aditya.
Setelah mengobrol dengan Om dan Tante nya. Niall pun berpamitan ke kamarnya. Bersamaan dengan itu Chika juga menyusulnya.
Niall masuk kamar dan membuka lemari untuk mengemasi pakaiannya. Dia akan kembali ke Surabaya malam inj juga dan sudah mendapatkan tiket kesana.
"Kalian sudah begitu cocok bersama." Mama Niall menatap sedih ketika Niall mengepak pakaiannya di kamar. "Sebegitu tegakah kau menyakiti Pamella lagi?"
"Aku harus kembali, mama."
"Jangan." Mamanya bergumam sedih, "Jangan Niall, mama mohon. Seandarinya kau tahu betapa kalutnya perasaan mama. Mama malu dengan orang tua Pamella, mereka telah menerimamu dengan baik waktu itu, tahu bahwa kau sakit, tahu bahwa puterinya menghabiskan waktunya merawatmu meskipun tidak jelas apakah kau akan bertahan hidup atau tidak. Mereka tetap menerimamu dengan lapang dada dan menganggap kau sebagai anak kandung mereka. Begitupun mama, menganggap Pamella sudah seperti anak mama sendiri...." Mata mamanya mulai berkaca-kaca, "Perasaan mereka, mama tahu persis. Merasakan anak mereka dicampakkan begitu saja karena alasan yang tidak logis... mama juga merasakan sakit karena sudah menganggap Pamella anak mama sendiri, dan mama tambah sakit karena anak kandung mamalah yang bersikap kejam seperti ini."
"Mama." Niall mengernyit, "Jangan berkata seperti itu."
"Apakah hatimu tidak terketuk sedikitpun melihat kondisi Pamella seperti itu? dia sampai jatuh sakit karena meratapimu." Sang mama mulai terisak, "Jantung itu benar-benar mengubahmu menjadi orang yang berbeda,"
"Semua orang menyalahkan jantung ini." Niall menggertakkan giginya, "Mungkin kalian semua berharap bahwa lebih baik aku mati saja dengan jantung yang rusak daripada hidup dengan jantung ini lalu mengikuti debarannya sesuai kata hatiku."
"Niall! bukan begitu maksud mama."
"Ya! Maksud mama begitu." Niall mendesis, mencoba menahan emosinya, "Mama tidak bisa menerima kondisi Niall yang sekarang, mama menginginkan Niall yang dulu dengan jantungnya yang rusak. Itu sama saja mama menginginkan Niall lebih baik mati saja daripada mendapatkan jantung ini."
"Bukan begitu, Niall." sang mama berurai air mata, kehabisan kata-kata.
"Niall sudah merasa bersalah ma, dan dengan kejamnya mama membebani Niall dengan rasa bersalah lagi, lagi dan lagi seolah tak pernah puas. Apa yang mama inginkan? Agar Niall mengorbankan hati dan kebahagiaan Niall demi persahabatan mama, demi moral, demi semua norma sosial dan perihal balas budi? Kalau mama melakukannya, sama saja mama sudah membunuh Niall." Mata Niall menyala, "Niall tidak mencintai Pamella, kalau mama memaksa Niall menerima Pamella dan menikah dengannya, sama saja mama sudah membunuh Niall dengan tangan mama sendiri!"
Sang mama tertegun kaget menerima kemarahan anaknya. Dia tidak menyangka Niall begitu serius seperti ini. Dia berpikir bahwa mungkin Niall cuma terbawa perasaan setelah operasi sehingga mengejar perempuan bernama Sheryl itu. Tetapi sepertinya Niall sungguh-sungguh dengan perasaannya, walaupun tidak dapat dikelaskan dengan logika, Niall benar-benar bersungguh-sungguh.
"Niall.....!!!" Teriak Chika dengan suara keras. "berani sekali kau mengatakan itu pada Mama. Mama hanya ingin kebaikanmu saja dan kau jangan kurang ajar.."
"Kurang ajar???? Kurang ajar bagaimana Ma???? Mama melakukan semua ini, memaksaku padahal jelas aku tidak mau, bukankah itu sebuah kejahatan yang Mama lakukan.padaku.."
"Niall....!!!!!." Chika mengangkat tangannya dan hendak menampar Niall.
"Chika.. Stoopppppp..." Teriak Cahya sambil menahan tangan adiknya. Cahya menatap tajam Adiknya. Lalu menghempaskan tangan adiknya dengan kasar. cahya benar-benar marah sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments