Setelah Arumi mulai tenang, Martin langsung melerai pelukannya. Menatap Arumi dengan lembut dengan memegang kedua lengan gadis itu. "Maafkan aku karena sudah membuat kamu kesal dengan membawa Jolie datang ke rumah ini. Aku hanya membantunya saja, sungguh tidak ada lagi perasaan apapun padanya"
Arumi menatap Martin masih dengan sisa air mata di sekitar matanya. Dia kesal dan marah, dan dia menyadari kalau saat ini dirinya sedang cemburu. Melihat Martin datang bersama Jolie dengan merangkulnya, sungguh membuat Arumi sadar jika dirinya memang sedang cemburu pada pria itu.
"Kita pergi ke kapal pesiar sore ini, habiskan malam disana. Bagaimana?" Ucap Martin sambil menatap Arumi dengan penuh harap.
Arumi terdiam sejenak sambil mengusap sisa air matanya. Sebenarnya memang sejak dia berada di negara ini dan sering melayani para tamu di sebuah hotel mewah yang terkadang menghadap ke pantai secara langsung seperti rumah Martin. Arumi sering melihat adanya kapal pesiar mewah di tengah laut dengan cahaya lampu yang begitu terang.
Namun dirinya belum pernah untuk bisa naik ke kapal pesiar itu. Membuatnya sering bermimpi jika suatu saat jika Tuhan telah memberinya takdir yang baik, maka dia ingin sekali berbulan madu di kapal pesiar seperti itu.
Meski Arumi juga tidak yakin kalau dia bisa sampai ke titik itu. Sadar diri jika dirinya hanya seorang wanita malam yang belum tentu akan ada seorang pria sejati yang mau menikahinya.
"Benar bermalam di kapal pesiar?" Tanya Arumi, memastikan jika di sedang tidak bermimpi atau salah dengar.
Martin mengangguk, dia mengelus pipi Arumi dengan lembut. "Yes Sayang, di kapal pesiar. Apa kau mau?"
Arumi langsung menganggukan kepalanya tanpa ragu lagi. Tentu saja dirinya sangat ingin mencoba naik ke kapal pesiar. Arumi senang sekali jika memang dirinya bisa mempunyai kesempatan untuk bisa naik kapal pesiar. Meski tujuannya kali ini bukan berbulan madu, seperti apa yang pernah menjadi mimpinya itu.
Tidak apa jika bukan bulan madu, mungkin Tuhan mewujudkan salah satu dari impianku ini. Karena rasanya juga tidak mungkin kalau sampai aku bisa menikah dan ada pria yang mau denganku.
Seorang wanita penghibur dan pemuas naf*su saja. Arumi juga sadar diri tentang dirinya yang terlalu kotor. Apalagi saat dia mengingat awal mula dia datang ke tempat terkutuk itu dan membuat dirinya terjebak disana dengan segala dunia malam yang sama sekali dia tidak suka dan tidak dia inginkan.
*********
Malam itu, Arumi dibawa oleh Ibunya ke sebuah bandara. Dia bingung kenapa dia dibawa kesana di malam hari. Sampai Arumi berpikir mungkin jika Ibu akan menjemput saudaranya atau mungkin majikannya yang habis liburan.
Arumi baru saja lulus SMA dan dia sedang mencari pekerjaan untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan menabung untuk kuliah. Namun memang mencari pekerjaan dengan ijazah SMA itu cukup sulit di kota besar seperti ini.
"Bu, kita mau apa kesini?" tanya Arumi.
"Sudah kamu diam saja, Ibu mendapatkan peluang dari teman Ibu untuk kamu bisa kuliah di luar negeri, Arumi. Biayanya gratis, hanya perlu kamu mau berangkat dan bisa berbahasa inggris saja. Ibu tahu kalau nilai bahasa Inggris kamu memang lumayan, pernah menangin lomba juga 'kan. Jadi kau pasti bisa masuk untuk kuliah disana"
Wajah Arumi langsung berbinar mendengar itu, tentu dia sangat ingin kulih dan merubah kehidupan keluarganya yang kacau sejak Ayahnya meninggal dunia. Arumi juga tidak menyangka kalau Ibu sambungnya ini, akan sebaik ini sampai mau mencarikan dia pekerjaan.
"Beneran Bu? Arumi bakalan bisa kuliah dan di luar negeri juga" ucap Arumi dengan antusias.
"Tentu saja, makanya tidak bisa ditunda lagi karena hari ini orangnya datang untuk mengenal kamu terlebih dahulu" ucap Ibu.
Arumi langsung mengangguk dengan sangat senang dan antusias. Tentu dia tidak menyangka kalau bisa kuliah secepat ini, meski dia juga tidak pernah berharap untuk bisa kuliah di luar negara. Namun kalau memang ada kesempatan seperti ini, tentu tidak mungkin dia tolak.
Dua orang perempuan sepantaran Ibunya langsung datang menghampiri mereka. Jelas sekali dari wajah salah satu dari mereka adalah orang luar negara. Arumi langsung tersenyum penuh semangat dan menyapa kedua orang itu. Tentu dengan bahasa inggrisnya yang cukup lancar dan mudah di fahami.
"Wah, cantik sekali. Panggil saja aku Mami ya, kamu akan menjadi anak Mama yang kesekian yang Mami tolong dan besarkan untuk mendapatkan kehidupan yang baik. Karena Mami yang tidak mempunyai anak, jadi Mami menyayangi semua anak Mami. Jadi, kamu jangan sungkan ya"
Arumi mengangguk, sama sekali tidak merasa curiga karena dari penampilan dan cara bicara Mami juga begitu meyakinkan. Dan akhirnya Arumi ikut dengan mereka, dia dibawa ke hotel dan diberi makanan mewah disana. Arumi juga sempat berpamitan pada Ibu dan juga menitipkan adiknya. Ibu mengatakan akan menyusul sambil membawa barang-barang Arumi untuk pergi besok.
Namun setelah makan malam bersama Mami, tiba-tiba saja kepalanya pusing dan dia jatuh tak sadarkan diri. Hingga ketika dia terbangun, mimpi buruk yang menimpanya. Dia sudah berada di negara orang dengan nasib yang buruk, karena harus menjadi wanita malam. Kehancuran hidup Arumi dimulai sejak saat itu.
*******
"Sayang, apa kamu sudah siap?"
Arumi mengerjap pelan ketika dia mendengar suara Martin, entah kenapa tiba-tiba saja bayang-bayang masa lalu menghantuinya kembali. Arumi mengusap kasar air matanya yang menetes begitu saja.
"Iya, aku sudah siap"
Dia segera berdiri dan berjalan ke arah Martin yang semakin terlihat tampan dengan kemeja abu-abu yang dia buka dua kancing bagian atas dan bagian lengannya yang digulung sampai ke siku. Penampilan semi formal ini semakin membuat pria itu terlihat sangat tampan.
"Yaudah, ayo kita pergi sekarang" ucap Martin, dia mengelus kepala Arumi dan memberikan kecupan di keningnya.
Arumi mengangguk, dia merangkul tangan Martin dan mereka berjalan keluar kamar. Saat sampai di lantai bawah, mereka berpapasan dengan Jolie.
"Kalian mau kemana sore ini?" tanya Jolie dengan bingung.
Arumi langsung semakin mengeratkan rangkulan tangannya dan menempelkan tubuhnya semakin rapat dengan Martin, seolah sedang menunjukan jika pria itu memang sudah terbelenggu oleh cintanya.
"Kita mau pergi bermalam di kapal pesiar" ucap Arumi.
Martin menahan senyumnya melihat tingkah Arumi ini. Tapi sungguh Martin sangat senang karena dia merasa jika Arumi memang sedang menunjukan kecemburuannya pada Martin. Meski dia enggan mengakui hal itu.
"Martin, benar akan pergi kesana? Apa aku boleh ikut?" ucap Jolie dengan menatap Martin penuh harap.
"Tentu saja tidak, kami hanya akan menghabiskan waktu berdua di kapal pesiar itu. Tidak boleh ada pengganggu" tekan Arumi, dia juga bingung kenapa dirinya bisa bersikap seperti ini pada Jolie hanya karena rasa kesal saja pada wanita itu.
Martin langsung menarik Arumi untuk berbalik dan melanjutkan langkah mereka. Dia tidak bisa menahan senyum ketika melihat sikap Arumi ini. Saat sudah dua langkah di depan Jolie, Martin menghentikan langkahnya, membuat Arumi juga melakukan hal yang sama. Arumi menatap Martin dengan bingung.
"Aku hanya kasihan dan membantumu saja saat dalam kesulitan ini. Karena kau pernah ada dalam kehidupanku, jadi jangan buat kebaikan ku ini sirna karena ulahmu!" tekan Martin pada Jolie sebelum dia kembali melangkah pergi dari sana.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Sarah Harona
niat menolong tpi di salah artikan jolle punya urat malu ga
2023-08-27
0
Becky D'lafonte
nah gt dong tegas, biar arumi gk salah faham
2023-08-25
0
Lovita BM
good Arumi
good Martin
2023-08-25
0