Arumi hanya diam termenung di balkon kamar mewah ini. Dia menatap ke arah bawah, dimana halaman luas itu banyak sekali penjagaan. Sampai rasanya Arumi ingin lari dan pergi dari rumah mewah yang sudah seperti penjara ini.
"Bagaimana caranya agar aku bisa lari dari rumah ini ya. Aku tidak mau selamanya berada disini. Sungguh aku kesal sekali berada disini, rumah ini sangat menyeramkan"
Arumi melihat Martin yang sedang mengobrol dengan dua anak buahnya di dekat kolam berenang itu. Punggung pria itu yang terlihat begitu tegap. Kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya, membuat penampilannya semakin gagah. Namun sayang, dia adalah seorang ketua gangster yang terlalu menyeramkan untuk di dekati. Arumi saja tidak mau bersama dengan pria itu terlalu lama.
"Ah sial, kenapa aku bisa terjebak dengan pria seperti dia. Padahal selama ini aku terus mencoba menghindarinya"
Arumi yang sangat tidak mau kalau sampai mendapatkan tamu Martin. Karena dia yang tidak mau berurusan dengan pria menyeramkan itu. Tapi sekarang dirinya malah tertahan di kastil mewah miliknya itu.
"Ah, apa aku menyamar jadi pelayan saja ya" gumamnya pelan saat melihat ada seorang pelayan yang datang menghampiri mereka dengan membawa sebotol wine.
Arumi tersenyum, sepertinya dia menemukan cara baru untuk bisa keluar dari rumah ini. Dia keluar dari kamar dan mencari pelayan disana, hingga dia bertemu dengan seorang pelayan wanita. Arumi meminta baju pelayan yang lainnya dengan alasan kalau dia adalah pelayan baru disini. Beruntung pelayan itu percaya dan langsung memberikannya.
Arumi yang tidak bisa terus berada di rumah mewah Martin yang bak sebuah kastil ini. Dia terus berusaha untuk lari darisana. Bahkan dia sempat menyamar dengan menggunakan baju pelayan untuk bisa keluar dengan mudah dari kastil mewah itu.
Tapi semuanya tetap gagal, penjagaan Martin memang sangat ketat. Arumi kembali dibawa ke dalam kamar mewah dan luas ini oleh Martin dengan di gendong seperti sebuah karung beras.
"Percuma saja kau menyamar jadi pelayan atau apapun. Aku akan tetap mengenalimu. Rumah ini penuh dengan cctv, jadi jangan harap bisa lepas dariku"
Arumi memukuli punggung Martin yang menggendongnya. Tentu saja dirinya sangat kesal dan tidak mau terus berada di tempat seperti ini. "Aku tidak mau berada disini. Lepaskan aku, aku ingin pergi"
"Diam! Sampai kapan pun kau tidak akan pernah bisa lepas dariku"
Arumi hanya menghela nafas pelan, padahal dia sudah menyamar jadi seorang pelayan. Tapi saat dia keluar tetap saja langsung ketahuan oleh Martin. Tidak tahu saja kalau Martin sudah melihat gerak-geriknya dari ponselnya yang terhubung langsung cctv. Jadi saat Arumi keluar dari kamar dan berjalan ke arah tangga, Martin sudah berada di bawah tangga dan tersenyum mengerikan padanya.Seolah mengingatkan Arumi kalau dirinya tidak mungkin bisa lepas dari Martin bagaimana pun caranya.
Tubuh Arumi dia hempaskan dengan kasar ke atas tempat tidur. Menatap Arumi dengan tajam. "Ingat Flower, aku tidak pernah menerima bentuk pembangkangan seperti apapun!"
Arumi hanya memejamkan matanya dengan jantung yang berdebar kencang. "Aku ingin keluar dari sini. Apa kau tidak faham?"
Martin memegang kedua tangan Aruma di atas kepalanya. Menahan tubuhnya agar tidak bergerak, menatap Arumi dengan tajam. "Sudah aku bilang, tidak akan pernah membiarkan kamu lepas dariku!"
Arumi langsung menatap Martin dengan wajah lekat. Mata tajam seperti elang itu malah membuatnya semakin takut saja. Tatapan dingin Martin yang selalu membuat lawan kalah bahkan sebelum berperang dengan Martin.
"Tapi aku tidak mau bersamamu, aku tidak bisa tetap disini. Lagian kenapa ingin aku tetap ada disini? Aku bukan wanita yang pantas untuk menemanimu, Tuan" teriak Arumi dengan kesal.
Cup..
Martin yang langsung memberikan ciuman di bibir Arumi dengan sedikit kasar. Dia tidak pernah suka dibantah oleh siapapun. Dan untuk pembangkangan yang dilakukan oleh Arumi ini, Martin tidak bisa jika dia harus melakukan hal lebih kasar dari ini. Membuatnya hanya menciumnya saja agar Arumi diam dan tidak terus meminta untuk lepas darinya.
Arumi yang tidak bisa melakukan apapun karena tangannya juga masih dicekal kuat oleh Martin. Jadi tidak bisa dia bergerak dan melawan Martin saat ini. Kakinya yang mencoba untuk menendang Martin agar menjauh darinya, tapi tendangannya seolah tidak berarti apapun bagi tubuh tegap Martin.
"Aku tidak akan melepaskanmu, faham itu!" tekan Martin sambil tersenyum menyeramkan pada Arumi.
Arumi segera bangun saat Martin yang sudah berdiri dari atas tubuhnya. Menatap pria itu dengan lekat sambil mengusap bibirnya yang masih basah, sisa dari ciuman yang Martin berikan padanya.
"Kalau begitu, berikan ponselku. Aku ingin menghubungi Mami, dia pasti bisa melepaskan aku" ucap Arumi, dia baru teringat dengan Mami yang mempekerjakannya di club malam miliknya dan menjadikan Arumi sebagai kupu-kupu malam peliharaannya.
Martin merogoh ponsel di dalam saku celananya. Melemparkannya pada Arumi yang langsung refleks menangkapnya. "Hubungi saja Mami kamu itu, dan aku ingin dengar apa jawaban dia"
Arumi langsung mengambil ponsel terkenal dengan harga yang melangit itu. Membuka layarnya dan merasa heran karena seorang ketua mafia seperti Martin tidak menggunakan sandi untuk keamanan ponselnya. Tidak tahu saja Arumi, jika Martin mempunyai dua ponsel untuk urusan yang berbeda.
Arumi mengetikan nomor Mami yang memang dia hafal diluar kepala. Mengantisipasi jika kejadian seperti ini terjadi. Dan memang benar jika sekarang terjadi juga.
"Hallo, Mami" teriak Arumi saat sambungan sudah terhubung. "Tolong bantu aku Mami, aku di sekap sama Tuan Martin. Tolong bantu aku bebas Mami"
"Ya ampun Flower, kenapa kamu menghubungi Mami. Mulai sekarang kamu bukan lagi anak Mami, Sayang. Kamu sudah di beli dengan jumlah besar oleh Tuan Martin. Jadi bik-baiklah disana, jangan membuat keonaran"
Ucapan Mami itu membuat Arumi terdiam, dia menatap ke arah Martin yang sedang duduk di pinggir tempat tidur. Martin langsung mneyeringai melihat tatapan terkejut Arumi padanya.
"Mam, tapi aku tidak mau disini. Lebih baik aku sama Mami saja" ucap Arumi yang masih belum menyerah begitu saja.
"Maaf Sayang, tapi Mami tidak akan bisa melakukan itu. Kamu sudah menjadi milik Tuan Martin. Jadi sekarang jangan hubungi Mami lagi ya. Bersenang-senanglah"
"Tapi, Mam.. Mam..." Arumi menghembuskan nafas pelan melihat layar ponsel yang sudah mati.
Martin langsung merebut kembali ponsel dari tangan Arumi, memasukannya kembali ke dalam saku celana. "Sudah tahu bagaimana alasannya? Kau memang sudah menjadi milikku sejak awal. Jadi jangan pernah berharap untuk bisa lepas dariku"
Arumi hanya diam dengan wajah menunduk, tentu saja dia juga bingung sekarang. Sepertinya memang dia tidak akan bisa lepas dari pria gangster ini.
Martin mengelus kepala Arumi, lalu dia mengecup puncak kepalanya dengan lembut. "Sudah jangan memikirkan cara lagi untuk lari dariku, karena kau tidak akan bisa melakukan itu, Sayang"
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Metro Kdw
bagus Thor
2023-09-26
0
Totoy Suhaya
smngt thor..ceritanya bgs
2023-09-07
0
Becky D'lafonte
tetima ajalah, ketimbang kembali ke club terrrus ngelayanin banyak pria, mending sm martin
2023-08-24
0