Sampai di rumah, Martin langsung masuk begitu saja ke dalam kamar tanpa menghiraukan Arumi lagi. Hal ini membuat Arumi kebingungan dengan sikap Martin ini. Padahal Arumi sudah mulai terbiasa dengan Martin yang selalu bersikap lembut padanya. Tapi sekarang Arumi kembali melihat sosok dingin Martin lagi setelah dia bertemu dengan Jolie, masa lalunya itu.
Arumi menoleh pada Marco yang baru saja masuk ke dalam rumah. Dia langsung menghampirinya, tapi meski takut dia tetap ingin bertanya apa yang terjadi sebenarnya pada Martin dan masa lalunya.
"Kenapa Tuan Martin seperti itu? Siapa Jolie sebenarnya?" tanya Arumi.
"Sebaiknya anda segera istirahat Nona, jangan menanyakan hal tidak penting" ucap Marco datar.
Arumi langsung mengejar Marco yang berjalan begitu saja, tentu saja dirinya tidak akan menyerah karena sudah terlanjur penasaran. "Ayolah, aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi padanya. Siapa Jolie?"
Marco langsung menatap tangan Arumi yang memegang lengannya. Tentu jika ketahuan oleh Martin, dirinya yang akan kena marah habis-habisan, karena semua yang jadi milik Martin tidak akan boleh tersentuh oleh orang lain.
"Nona, tolong jangan membuat saya sulit. Lepaskan tangan anda" ucap Marco dengan penuh penekanan.
Mendengar hal itu, Arumi langsung tersenyum masam. Dia melepaskan tangannya yang memegang lengan Marco. "Tapi kau harus cerita dulu padaku, apa yang sebenarnya terjadi padanya dan Jolie?"
Marco menghembuskan nafas pelan, tentunya dirinya juga tidak bisa menolak, karena Arumi yang terus mengikutinya hanya karena dia ingin tahu tentang apa yang terjadi diantara Martin dan Jolie.
"Tuan Martin dan Jolie memang sepasang kekasih yang hampir menikah dulu. Namun wanita itu malah berselingkuh dengan Michael, musuh dari Cosa Nostra"
"Jadi memang cinta yang terkhianat ya"
"Anda bilang apa, Nona?" tanya Marco saat dia mendengar Arumi berbicara dengan bahasa asing di telinganya.
Arumi tersenyum penuh arti pada Marco, tahu jika anak buah Martin ini memang tidak mengerti bahasa Indonesia yang biasa dia gunakan jika berbicara berdua dengan Martin.
"Aku menyukaimu, Marco. Otot besar kamu itu membuat aku tergoda. Haha"
Marco semakin bingung mendengar ucapan Arumi barusan. Lalu dia terdiam saat melihat seseorang di belakang tubuh Arumi, Marco mengangguk hormat padanya.
"Tuan"
Apa?! Arumi langsung berbalik terkejut saat mendengar Marco memanggil Tuan, pada siapa lagi jika bukan pada Martin. Tawa Arumi yang awalnya pecah, langsung berhenti begitu saja saat melihat Martin yang berdiri tegap dengan tatapan yang seolah ingin membunuhnya.
Sial, dia pasti mengerti apa yang aku ucapkan tadi. Aaa.. Matilah aku.
"Marco, aku tidak akan memaafkan meskipun itu kau!" ucap Martin dengan suara rendah, tanpa sedikit pun mengalihkan pandangannya pada Arumi.
Marco langsung menunduk dengan rasa bersalah. "Maafkan saya Tuan, saya memang salah. Lain kali akan lebih hati-hati lagi"
Martin menggerakan tangannya, menyuruh Marco untuk pergi dari sana. "Aku tahu kalau kau tidak mengerti bahasanya. Jadi kau tidak bersalah"
Marco mengangguk dan langsung pergi darisana. Sementara sekarang Arumi yang sedang tegang karena keisengannya sendiri. Padahal niatnya hanya ingin mengerjai Marco yang tidak mengerti dengan bahasanya. Tapi sekarang malah seperti akan menjadi masalah besar dalam hidupnya ini.
Sial, dia bilang Marco tidak bersalah karena tidak mengerti bahasanya. Berarti aku yang akan disalahkan sekarang. Aaa, aku harus bagaimana ini? Kalau sampai dia tembak mati aku, bagaimana?
Martin berjalan mendekat pada Arumi dengan tangannya yang dikebelakangkan. Menatap Arumi dengan mengelilingi tubuhnya. Menatap Arumi dengan tajam. "Bagian otot mana yang kurang hingga membuat kau lebih tergoda dengan otot Marco?"
Arumi memejamkan mata dengan hembusan nafas pelan, bingung juga harus menjawab apa. Ah, aku panggil Sayang saja kali ya. Bukannya dia ingin aku memanggilnya Sayang, semoga saja dia akan luluh.
"Ah Sayang, aku suka kok semua otot-otot kamu ini. Aku hanya bercanda saja tadi" ucap Arumi sambil tersenyum begitu manis pada Martin.
"Tidak perlu tersenyum seperti itu, kau harus menerima hukumanmu"
Martin langsung menggendong Arumi dan membawanya naik ke lantai atas, menuju kamar mereka. Arumi hanya menurut saja apa yang akan Martin lakukan padanya. Karena dia tidak mungkin membantah saat melihat kemarahan dalam diri Martin.
"Berani mengatakan suka pada pria lain, hmm! Apa kau tidak puas dengan apa yang aku berikan padamu?" Tanya Martin, menatap begitu tajam pada wanita dalam gendongannya itu.
Arumi langsung menyandarkan kepalanya di dada Martin, sedikit menggesekan pipinya di dada Martin untuk membuat pria itu berhenti marah. Entah kenapa Arumi bisa seberani ini untuk menggoda Martin disaat dia sedang marah padanya.
"Maafkan aku Sayang, aku hanya bercanda tadi" ucap Arumi.
Sial, kenapa lidah ini malah mulai terbiasa memanggilnya Sayang.
Arumi sampai tidak mengerti dengan dirinya yang seperti ini. Arumi hanya ingin bersikap baik pada Martin, agar dia bisa terbebas dari pria itu suatu saat nanti. Tapi tanpa dia sadari kalau apa yang dia lakukan sudah membuat Martin semakin terbelenggu olehnya.
Martin menjatuhkan tubuh Arumi ke atas tempat tidur. Merasa kesal dengan wanitanya yang sudah berani memuji otot pria lain di depan wajahnya. Martin langsung mengukung tubuh Arumi, merentangan tangannya di atas tempat tidur dengan mencengkramnya kuat.
"Karena kau sudah berani berkhianat dariku, maka terima saja hukuman dariku sekarang ini" ucap Martin dengan penuh penekanan.
Arumi hanya memejamkan matanya, tentunya dia tidak tahu harus melakukan apa saat ini. Jadi dia hanya bisa menerima hukuman dari Martin. Tapi tunggu! Kalau dia sampai membunuhku bagaimana ya?
"Tunggu!" Teriak Arumi saat Martin yang sudah mulai mendekatkan wajahnya.
Martin mengerutkan keningnya bingung. "Ada apa?"
Arumi menatap Martin dengan tatapan menyelidik. "Kamu tidak akan membunuhku saat sudah melakukannya 'kan? Ayolah, aku masih harus pulang ke Indonesia dan menemui adikku"
Mendengar ucapan Arumi, membuat Martin menahan tawanya. Dia menatap wajah Arumi yang sudah ketakutan.
Dengan iseng, Martin memainkan jarinya di wajahnya Arumi. "Jika aku menembak di bagian keningmu ini, pastinya akan langsung mati"
Arumi memejamkan matanya dengan keringat yang memenuhi dahinya. Apalagi saat tangan Martin beralih ke bagian leher. "Atau mungkin aku potong saja lehermu ini dengan pedang hingga putus. Atau mungkin..."
Tangan Martin beralih ke bagian dada kirinya. "Aku menusuk jantungmu hingga tembus ke belakang. Mungkin lebih menyenangkan"
"Aa... Tidak, tidak, tolong jangan lakukan itu. Aku janji akan menuruti permintaanmu, asal jangan bunuh aku" teriak Arumi dengan ketakutan.
Hahaha....
Untuk pertama kalinya, Martin kembali tertawa lepas setelah meninggal kedua orang tuanya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Becky D'lafonte
untung marco gk ngerti bahasanya arumi, kl gk habis dihajar sm martin😄
2023-08-25
0
Sarah Harona
lanjut thor semangat Arumi
2023-08-18
0
🥰🥰 Si Zoy..Zoy..🤩🤩
Lanjut terus Kak...
Semangattt...🇮🇩🇮🇩
Merdeka...
2023-08-17
0