Arumi kembali ke Apartemennya, suasana yang selama ini dia rindukan. Buka sebuah apartemen mewah. Namun hanya Apartemen di pinggiran dengan bayaran sewa yang murah. Tentu saja Arumi tidak akan punya banyak uang untuk membayar sewa Apartemen. Dia hanya ingin mengumpulkan uang untuk segera pulang ke tanah air dan menemui adiknya. Hanya merubah nasib buruk ini, mencari pekerjaan disana dengan lebih baik.
"Akhirnya aku kembali ke tempatku"
Arumi menjatuhkan tubuhnya di atas sofa dengan tangan terentang. Senang sekali karena akhirnya bisa kembali ke Apartemen dan terbebas dari Martin.
"Ah, aku sudah tidak bisa kalau tinggal disana bersama pria itu. Martin terlalu menyeramkan dan banyak sekali hal yang tidak akan ketahui tentang dia disana. Aku takut jika terus berada disana"
Arumi berjalan ke kamarnya dengan bersenandung ria. Senang sekali dengan keadaan saat ini, bagaimana dirinya yang sekarang yang sudah bisa keluar dan terbebas dari Martin.
Selesai mandi, Arumi langsung merebahkan di kasur kesayangannya ini. Mengelus-ngelus tempat tidur yang biasa menemani tidurnya itu. Menatap langit-langit kamar yang sudah lama dia tinggalkan, bahkan sudah 2 minggu lebih dia meninggalkan tempat tinggalnya ini.
"Ah, akhirnya aku kembali ke kamarku ini. Sudah lama sekali aku tidak tidur disini. Ah, apa kau baik-baik saja tanpaku?" ucap Arumi sambil tersenyum pada tempat tidurnya sendiri.
Akhirnya malam ini Arumi bisa tidur di atas tempat tidurnya lagi. Meski tidak sebesar dengan tempat tidur di kamar Martin, tapi memang disini yang membuatnya nyaman selama ini.
Namun entah pukul berapa Arumi terbangun karena merasa ada yang aneh dalam tidurnya. Arumi bangun terduduk dan menatap ke arah samping tempat tidurnya yang kosong. Sejenak dia ingat saat berada di rumah mewah milik Martin, bagaimana kalau dia tidur selalu Martin yang memeluknya.
"Ah sial, kenapa kamu malah memikirkan dia si Arumi. Ayolah sadar, kamu sudah terbebas sekarang dan tinggal menikmati hidupmu kembali"
Arumi yang merasa heran sendiri kenapa sekarang dirinya malah memikirkan tentang Martin. Apalagi saat tiba-tiba bayangan saat Martin mencium bibirnya terlintas dalam ingatan Arumi, membuat dia langsung memegang bibirnya sendiri.
"Aaaa.. Ciuman pertamaku yang aku jaga selama ini untuk pria yang aku cintai, kenapa sekarang malah diambil oleh pria yang menyeramkan seperti dia" teriak Arumi dengan kesal.
Arumi yang mati-matian mempertahankan ciuman pertamanya saat dia melayani banyak pelanggan. Hanya ingin memberikan ciumannya ini untuk pria yang dia cintai, karena sadar jika Arumi sudah tidak bisa memberikan keutuhan dalam dirinya lagi.Meski Arumi juga tidak yakin kalau dirinya memang akan menemui pria yang dia cintai. Entah siapa itu yang bisa membuat seorang kupu-kupu malam seperti Arumi jatuh cinta.
Teringat pada saat pertama kali kesuciaannya di renggut oleh seorang pria kaya yang membayarnya dengan jumlah uang yang sangat fantastis. Dia ingin mencium bibir Arumi, namun Arumi selalu menghindar dan mempertahankan ciuman pertamanya ini.
"Aku sudah terlanjur hancur, jadi sekarang aku hanya ingin memperbaiki hidupku saja" lirih Arumi dengan air mata yang menetes begitu saja.
Arumi mengusap air matanya dengan kasar, lalu dia segera membaringkan kembali tubuhnya di atas tempat tidur. Kembali terlelap dengan bayang-bayang Martin yang mneghantuinya.
Ketika pagi ini dia terbangun, Arumi terlihat lebih segar, dia menyiapkan sarapan sederhana untuk dirinya sendiri. Barulah setelah sarapannya siap, dia langsung mandi. Bersenandung ria, karena akhirnya dia bisa kembali ke Apartemennya yang menjadi tempat tinggalnya selama 5 tahun terakhir.
"Ahh, akhirnya aku bisa menikmati kebebasan ini lagi"
Arumi duduk di meja makan dengan rambut yang masih terbalut oleh handuk. Mulai memakan sarapan yang dia buat sendiri. Baru mulai menggigit, tapi suara bel membuat Arumi menghela nafas pelan. Dia mengunyah gigitan pertama sandwich yang dia buat, lalu berdiri dan segera berjalan ke arah pintu.
Ting..tong..
"Iya sebentar, gak sabaran banget si nih orang"
Arumi segera membuka pintu, dan seketika tubuhnya langsung mematung. Arumi menatap pria yang berdiri di depan pintu Apartemennya. Padahal baru semalam saja dirinya merasakan bebas dari pria ini. Tapi sekarang pria itu kembali datang menemuinya.
"Sudah cukup kau pergi dariku, Sayang" ucap Martin dengan suara rendah.
Arumi terdiam beberapa saat, sampai dia langsung meraih handel pintu dan ingin menutup pintu dengan rapat. Tapi dengan cepat kaki Martin masuk, menahan pintu agar tidak sampai tertutup.
Arumi semakin tegang sekarang, bahkan dirinya juga tidak tahu harus melakukan apa saat ini. Ketika sekarang dia tidak bisa melarikan diri kemana pun lagi. Apalagi ketika melihat Martin yang terus melangkah dan mendorong bahu Arumi sampai mundur beberapa langkah. Martin langsung masuk ke dalam Apartemen Arumi itu.
"Tu-tuan, ngapain datang kesini?" tanya Arumi yang terus melangkah mundur seiring Martin yang terus mendekatinya.
Tubuh Arumi terpojok di sebuah sofa, dengan Martin yang langsung mengukungnya. Dia membuka kacamata hitam yang dipakainya, mengaitkannya di kerah kemeja. Sekarang tatapan tajam pria itu terlihat jelas oleh Arumi.
"Sudah saatnya kau kembali lagi, Sayang. Sudah aku bilang, kau tidak akan bisa lepas begitu saja dariku. Apa kau tidak faham?"
Arumi memalingkan wajahnya dengan matanya yang terpejam, saat Martin mulai mendekatkan wajahnya pada Arumi. Tahu jika pria itu ingin menciumnya.
"Tolong lepaskan aku, kenapa kamu ingin terus menahan aku" ucap Arumi dengan suara bergetar.
Martin tersenyum tipis, dia meraih dagu Arumi untuk kembali menatap ke arahnya. Arumi tidak tahu harus melakukan apa sekarang, ketika Martin juga sudah tahu tempat tinggalnya ini.
"Jangan sampai membuat aku benar-benar marah! Sekarang ikut aku dengan baik dan nurut, atau aku akan memaksamu" tekan Martin dengan suara rendahnya.
Arumi menatap Martin dengan lekat, bukannya dia tidak takut melihat tatapan tajam Martin itu, namun Arumi hanya bisa memberanikan diri untuk menatap Martin dengan lekat, agar dia tahu apa maksud dari pria itu.
"Kenapa kamu menahan aku seperti ini? Apa maumu dariku?"
Matin mengelus pipi Arumi dengan lembut, jemari Martin yang menari di wajah Arumi membuat gadis itu memejamkan matanya. Tentu saja karena dia yang tidak tahu harus bagaimana sekarang, merinding sendiri dengan sentuhan Martin ini.
"Sayangku, apa kau tidak sadar kalau aku sudah terbelenggu oleh cintamu"
Deg,, tubuh Arumi yang seketika mematung, dia tidak tahu harus melakukan apa. Tentunya tidak mungkin langsung percaya dengan ucapan Arumi barusan. Dirinya yang tidak tahu harus melakukan apa atas ucapan Martin barusan.
"Jangan bercanda, kita tidak kenal sebelumnya.Tidak mungkin kalau kamu tiba-tiba jatuh cinta padaku" ucap Arumi.
Martin tidak mempunyai stok kesabaran lagi, melihat Arumi yang terus menolak untuk dirinya, membuat dia berbuat sedikit kasar dan memaksa. Martin menggendong Arumi dan membawanya keluar dari Apartemennya, tidak peduli dengan teriakan Arumi yang ingin di lepaskan.
"Sudah cukup aku membiarkan kamu bebas Sayang, sekarang waktunya kembali"
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Sarah Harona
Nartin baik loh Ar mau menikahimu mau membahagiaknmu sdh ada ikatan cinta arumi ga bkln bs kabur apalgi arumi wanita yg sdh mnolong hidup martin psti makin sayan klau Arumi ga berontak
2023-08-21
0
🥰🥰 Si Zoy..Zoy..🤩🤩
Mulai Posesif Martin...
2023-08-21
0
🥰🥰 Si Zoy..Zoy..🤩🤩
Sudah saat nya Arumi ikut Martin, karena hanya bersama Martinlah hidup Arumi bahagia...
2023-08-21
0