Akhirnya Arumi benar-benar tidak bisa lepas dari Martin. Dia hanya bisa pasrah saja pada takdir kehidupannya saat ini. Karena mau bagaimana pun dia mencoba untuk lari, tapi tentu tidak pernah bisa. Seolah Martin memang tidak akan pernah membiarkannya pergi begitu saja.
Tidak terasa, waktu yang berlalu sudah hampir satu minggu. Arumi mulai pasrah dan tidak lagi mencoba untuk melarikan diri dari Martin. Karena semua yang dia coba lakukan untuk melarikan diri hanya akan sia-sia saja.
Pagi ini setelah sarapan, Martin langsung pergi ke perusahaannya. Arumi hanya diam saja, melihat-lihat suasana rumah mewah ini. Ada beberapa senjata api yang terpasang di dinding bagian ruangan tengah. Arumi jadi ngeri sendiri dengan kehidupan Martin saat ini.
Arumi berjalan ke arah foto besar yang terpajang di dinding. Foto Martin dan keluarganya, mungkin usia Martin di foto itu saat masih remaja. Tapi, wajahnya itu seolah tidak asing bagi Arumi. Mencoba mengingatnya, tapi Arumi tetap tidak bisa mengingat siapa Martin yang sebenarnya.
"Keluarganya memang sudah kaya sejak dulu ya. Jadi pantas saja sekarang dia menjadi seorang Tuan Besar yang kaya raya"
Arumi tidak heran lagi jika Martin bisa mempunyai rumah yang begitu mewah hampir mirip kastil ini. Arumi berjalan pelan sambil memperhatikan sekelilingnya. Selama hampir satu minggu berada disini, Arumi hanya memikirkan tentang bagaimana bisa lari dari rumah ini. Tanpa pernah dia memperhatikan sekeliling rumah ini.
Dan sekarang dia baru bisa memperhatikan sekelilingnya ini. Sungguh Arumi merasa takjub dan kagum dengan segala barang mewah di rumah ini. Arumi berjalan menaiki anak tangga dan kembali ke kamarnya.
Ditempat yang berbeda, Martin tersenyum tipis melihat layar ponselnya yang terhubung ke cctv di rumahnya itu. Melihat apa saja yang dilakukan oleh Arumi disana. Membuat Martin senang karena akhirnya Arumi tidak pernah lagi untuk mencoba lari darinya setelah pelukan waktu itu saat dia menangis.
"Sepertinya memang dia harus diperlakukan dengan lembut, baru dia akan menurut kata-kataku"
"Tuan, satu kontainer koktail kita diketahui oleh pihak kepolsian. Sekarang supirnya sedang di tahan dikepolisian" ucap Marco.
Martin langsung memasukan kembali ponselnya ke dalam saku celana. Mulai kembali fokus dengan pembahasan ini. "Kau urus semuanya, pergi bersama Degar. Kalau memang kalian belum bisa mengurusnya, maka aku yang akan turun tangan"
Marco mengangguk, tanpa berbicara lagi dia langsung berlalu dari hadapan Martin dan menghubungi seseorang. Barulah setelah selesai, dia kembali lagi pada Martin.
"Tuan, ada undangan pesta malam ini dari rekan bisnis kita" ucap Marco.
Martin adalah orang yang hampir tidak suka dengan nuansa pesta seperti itu. Jarang sekali dia bisa bertahan lama jika datang ke sebuah pesta seperti itu. Tapi kali ini dia berpikir lain.
"Kau suruh pelayan untuk menyiapkan pakaian yang cocok untuk pesta nanti malam. Wanitaku harus terlihat cantik" ucap Martin.
Marco hanya mengangguk, meski hatinya sedikit heran dengan sikap Martin yang benar-benar sangat berubah saat dia mengingat tentang Arumi. Padahal biasanya jika mendapat undangan pesta, maka Martin tidak akan pernah berwajah senang seperti ini. Dia malah sering tidak datang dan meminta anak buahnya saja untuk mewakilkan kehadirannya.
*********
Arumi yang sedang duduk santai di sofa bed dekat jendela besar di dalam kamarnya ini. Menatap pemandangan sore hari yang begitu indah. Bagian belakang rumah ini menunjukan ke arah pantai secara langsung. Membuat pemandangannya begitu indah. Namun sayang Arumi belum pernah pergi ke pantai itu. Karena dia yang belum bisa keluar dari rumah ini.
Martin masuk ke dalam kamar, menghampiri wanitanya itu. Memberikan kecupan lembut di puncak kepala Arumi. "Nanti malam kita akan pergi ke pesta. Nanti akan ada pelayan yang membantu kau bersiap"
Arumi langsung menoleh dan menatap Martin dengan sedikit kaget. "Tapi Tuan, aku....."
"Sudah aku bilang, jangan pernah panggil aku Tuan lagi. Karena aku bukan Tuannmu!" tekan Martin.
Memang sudah sejak beberapa hari yang lalu Martin meminta Arumi untuk berhenti memanggilnya Tuan. Karena merasa tidak suka dengan panggilan Arumi yang seperti itu, seolah dirinya adalah Tuannya.
"Lalu, aku panggil apa?" tanya Arumi, memanggil nama tentunya tidak berani. Karena jelas Martin lebih tua darinya.
Martin tersenyum dengan menatap lembut pada Arumi. "Panggil aku Sayang"
Arumi langsung terbatuk-batuk mendengar ucapan Martin barusan. Tentunya dia tidak akan pernah bisa melakukan itu, karena sampai saat ini hubungan diantara dirinya dan Martin juga tidak jelas. Dirinya yang di sekap di rumah mewah Martin ini tanpa ada kejelasan yang pasti.
Tentunya dia tidak akan mungkin mau mempunyai hubungan lebih dengan wanita malam seperti aku.
"Tapi panggilan itu hanya untuk pasangan kekasih atau yang sudah menikah. Jadi aku tidak bisa memanggil kamu seperti itu" ucap Arumi apa adanya.
Martin tersenyum semakin lebar mendengar itu. Seolah mendapatkan sinyal bagus dari wanitanya ini. Segera dia duduk di samping Arumi, mengangkat tubuh wanita itu dengan mudah dan langsung mendudukan Arumi di atas pangkuannya. Hal itu membuat Arumi kaget dan begitu terkejut.
"Kau ingin kita seperti apa? Sepasang kekasih atau langsung menikah saja?" tanya Martin sambil tersenyum penuh arti.
Tubuh Arumi malah menegang seketika, tentunya dia tidak pernah memikirkan tentang hal ini. Meski tidak bisa membohongi jika hatinya mulai berdebar saat bersama dengan Martin. Setiap yang dilakukan pria itu selalu membuat Arumi berdebar senang. Entahlah apa yang sedang dia rasakan saat ini.
"Sudah ah, aku akan bersiap kalau memang kamu ingin mengajak aku ke pesta" ucap Arumi yang langsung turun dari pangkuan Martin dan langsung berlari ke kamar mandi.
Martin hanya tersenyum melihat tingkah Arumi yang menurutnya sangat menggemaskan. Dia menyandarkan kepalanya di sandaran sofa bed itu, menatap langit-langit kamar dengan senyuman. Entah sejak kapan dunianya mulai dipenuhi senyuman saat ini. Padahal nyatanya selama ini dia hampir saja tidak pernah tersenyum sama sekali. Mungkin kehadiran Arumi memang banyak merubah kehidupannya.
"Aku tidak tahu kenapa hidupku selalu merasa bahagia saat bersamanya. Meski terkadang dia selalu saja membangkang. Tapi melihat tingkah menggemaskannya, membuat aku tidak bisa untuk tidak tersenyum. Sepertinya memang aku sudah jatuh cinta padanya, mungkin saja sejak dulu aku sudah jatuh cinta padanya"
Pertemuan pertamanya dengan Arumi memang tidak bisa dia lupakan. Bahkan dia saja tidak bisa melupakan wajah Arumi, padahal sudah 10 tahun berlalu. Tapi saat melihat wajah Arumi, Martin bahkan tidak akan pernah bisa melupakannya. Sepertinya memang dia sudah jatuh cinta pada Arumi sejak pertemuan pertama di 10 tahu lalu saat dirinya berada di Indonesia.
"Sampai kapan pun aku tidak akan melepaskan dia. Karena dia yang bisa membuat aku sebahagia ini, bahkan dia juga yang menyembukan ku"
Kekuatan cinta yang sepertinya membuat Martin bisa sembuh dengan cepat dari gangguan disfungsi ereksi.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Becky D'lafonte
langsung jikah aja arumi, drpada tetap hd wanitnya martin
2023-08-25
0
🥰🥰 Si Zoy..Zoy..🤩🤩
Semakin menarik...
Lanjut lagi Kak...
2023-08-15
0
Sarah Harona
kekuatan cinta lama" bucin ..semangat thor
2023-08-15
0