Sepertinya memang sudah menjadi takdir Arumi untuk tetap berada di kastil mewah ini dan berada di bawah kekuasaan Martin. Setelah hampir dua bulan dia berada disini dan bersama dengan Martin, maka dia mulai mengerti pria itu. Dan Arumi mulai meyakinkan perasaannya pada Martin, jika dia memang benar-benar sudah mulai jatuh cinta pada pria itu. Apalagi Martin yang mulai bersikap baik padanya. Membuat Arumi tidak bisa menahan diri lagi untuk tidak jatuh hati padanya.
"Ah sial, nyatanya aku tetap jatuh cinta juga padanya. Padahal aku mencoba menahan diri. Tapi sialnya Martin tetap membuat aku tidak bisa bertahan untuk tidak jatuh cinta padanya"
Terkadang Arumi merasa heran karena hatinya yang malah jatuh cinta pada orang seperti Martin. Padahal jelas sekali kalau Martin adalah orang yang ditakuti di kota ini dan negara ini. Tapi bisa-bisanya dia malah jatuh cinta pada ketua gengster itu.
Ah, cinta memang tidak memandang siapa untuk dicintai. Karena sekarang Arumi juga tidak bisa menahan diri untuk tidak jatuh cinta pada Martin. Pria arogan itu yang sekarang mulai bersikap lembut, tapi tetap saja kasar jika Arumi membangkang.
"Sayang, aku malas bekerja hari ini. Berikan aku semangat dan amunisi"
Arumi kembali masuk ke dalam kamar, dia menatap Martin yang masih bergelung di bawah selimut. Arumi menghampirinya dan duduk di pinggir tempat tidur. "Memangnya kamu kenapa tidak mau pergi bekerja? Ini hari senin loh, seharusnya menjadi awal yang baik untuk kamu bekerja setelah libur akhir pekan"
Martin beringsut mendekati Arumi yang duduk di pinggir tempat tidur. Lalu dia memeluk perut wanitanya itu dengan erat. "Aku masih ingin, ayo berikan aku amunisi sekarang"
Arumi terkekeh mendengar itu, tentu saja dirinya juga tidak mengerti kenapa Martin bisa bersikap seperti ini padanya. Padahal dalam waktu hampir dua bulan ini, Arumi bisa melihat bagaimana tegas dan arogannya Martin ketika menghadapi masalah dari orang lain. Tapi ketika bersamanya, jelas Arumi hanya melihat sosok Martin yang manja dan begitu posesif padanya.
Arumi mengelus kepala Martin yang memeluknya itu. Tentu saja dia tidak akan bisa marah atau kesal, ketika melihat wajah Martin yang seperti ini. "Bukannya semalam sudah ya, aku beri amunisi lebih loh. Kenapa sekarang masih lemas dan tidak bersemangat seperti ini. Ayolah Sayang, beri aku waktu istirahat. Aku juga lelah"
Martin tertawa lucu melihat wajah Arumi yang sepertinya memang sangat kelelahan atas aktivitas malam mereka. Dia bangun, lalu memberikan kecupan di pipi Arumi dengan gemas.
"Yaudah, hari ini kau bebas dariku. Tapi nanti malam tetap harus melayaniku" ucap Martin sambil tersenyum menggoda.
Arumi hanya mendengus kesal mendengar ucapan suaminya itu. Padahal dia sudah sangat senang mendengar jika dirinya akan terbebas dari Martin, tapi ternyata pria itu tetap saja tidak membiarkan Arumi lolos sampai nanti malam.
"Yaudah sana mandi, aku mau ke bawah sebentar"
Ketika Arumi yang sudah berdiri, tangan Martin langsung menahannya. "Kau mau kemana? Diam saja disini, jangan banyak berkeliaran di rumah ini. Banyak pria, ah sial, seharusnya aku tidak banyak mempekerjakan pria di rumah ini"
Arumi terkekeh kecil melihat kelakuan Martin ini. Sebegitu posesif dia pada Arumi sampai tidak mengizinkan pria lain bertemu dengannya, padahal yang ada di rumah ini hanya pelayan dan pekerja kebun juga anak buah Martin. Mereka semua juga tinggal di lantai bawah, sementara lantai atas ini memang khusus untuk wilayah Martin saja.
"Sayang, memangnya apasi yang kamu takutkan? Lagian aku juga tidak mungkin berpacaran dengan mereka" ucap Arumi.
Martin langsung menatapnya dengan tajam, tentu saja sangat tidak suka dengan apa yang diucapkan oleh Arumi. "Jangan asal bicara kau, jelas aku tidak akan pernah biarkan kau bersama dengan pria lain. Kau hanya milikku, kau faham!"
Arumi hanya menghela nafas pelan, memang seperti ini Martin jika di landa cemburu. "Iya Sayang, iya. Sana cepat mandi"
Terkadang aku juga merasa heran kenapa Martin bisa bersikap seperti ini. Membuat aku yakin kalau dia mencintaiku, tapi hati ini masih takut untuk percaya akan hal itu.
Martin turun dari tempat tidur dan berdiri di depan Arumi. Menatapnya dengan lekat, membuat Arumi sedikit takut. "Sayang, apa kau belum mencintaiku juga sampai saat ini?"
Arumi membeku mendengar ucapan Martin barusan. Tentunya dia juga tidak bisa menjawab apapun, karena memang Arumi sendiri bingung dengan perasaannya sendiri. Entah harus bagaimana sekarang cara dirinya memberikan penjelasan pada Martin atas perasaannya yang dia sendiri belum mengerti apa yang sebenarnya dia rasakan.
"Aku tidak tahu harus mengatakan apa, tapi aku..." Arumi yang ragu untuk mengatakan apa yang ingin dia katakan saat ini.
Martin tersenyum, dia mengelus pipi Arumi dengan lembut. "Aku mengerti perasaan kamu. Jadi aku akan tetap memberikan kamu waktu untuk itu, sampai kau mencintaiku"
Arumi hanya diam saja dengan hati yang berdebar. Menatap punggung Martin yang perlahan menjauh ke arah ruang ganti. Pria itu begitu menginginkan Arumi untuk mencintainya, dan hal ini membuat Arumi bingung sekaligus tersentuh.
"Adakah pria yang benar-benar mencintaiku tanpa melihat status kelam ku"
Hal yang masih membuat Arumi ragu untuk memulai membuka hatinya. Karena dia sadar siapa dirinya sebenarnya ini. Arumi yang hanya seorang kupu-kupu malam yang rasanya tidak mungkin untuk ada seseorang yang mencintainya dengan begitu tulus.
Semua lelaki hanya akan memandangnya dengan lemah, ketika tahu pekerjaan Arumi. Tidak perlu mendengar cerita dan alasan dia masuk ke dalam dunia hitam ini. Namun Arumi hanya tetap di pandang rendah karena dirinya yang menjadi seorang wanita penghibur.
*******
Malam ini keduanya sedang duduk bersandar di atas tempat tidur. Arumi yang sedang membaca buku dan Martin yang masih sibuk dengan semua tugas kantornya. Membuat keduanya masih belum terlibat pembicaraan sekarang ini. Martin yang lebih dulu selesai dengan pekerjaannya. Lalu dia menyimpan laptop di atas nakas, dan mengambil buku yang sedang di baca oleh Arumi.
"Ish, apa si Sayang? Aku masih seru baca tuh" ucap Arumi dengan wajah cemberut.
Cup,, Martin malah mencium bibir wanitanya itu dengan lembut. Memberikan luma*tan halus di bibirnya. Lalu melepaskannya ketika dia sudah puas.
"Aku ingin bicara denganmu, ada yang ingin aku ceritakan. Bukannya selama ini kau ingin sekali tahu alasan aku menahan kamu disini" ucap Martin dengan tatapan lekat pada Arumi.
Arumi terdiam, memang dirinya sangat penasaran dengan alasan Martin yang menahan dirinya disini. Padahal jelas sekali Arumi juga tidak merasa mempunyai masalah apapun dengan Martin, selain saat dirinya menolak pria itu saat dia meminta untuk melayaninya.
"Memangnya apa alasan kamu menahan aku disini?" tanya Arumi.
"Apa kau benar-benar tidak mengenalku?"
Arumi langsung terdiam, memang dia beberapa kali merasa jika wajah Martin ini memang tidak asing baginya. Tapi entah kenapa malah membuat Arumi semakin bingung karena dia tidak ingat siapa Martin.
Akhirnya malam ini Martin menceritakan semuanya. Tentang 10 tahun lalu, dimana Arumi yang menolongnya saat pembantaian kedua orang tuanya saat berada di rumah Neneknya di Indonesia.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
🥰🥰 Si Zoy..Zoy..🤩🤩
Lanjutkan Kak...
Semangat terus...
2023-08-23
0
🥰🥰 Si Zoy..Zoy..🤩🤩
Jadi Baper baca nya Kak...🤭
2023-08-23
0
🥰🥰 Si Zoy..Zoy..🤩🤩
Adakah Pria Yang Tulus Mencintai ku ?
Jawab nya :
Ada Arumi, dialah Martin...🥰🥰😂😂
2023-08-23
0