"Eh gila, keren banget ya penampilan Kak Stefan tadi." Ujar Rifa.
"Iya, aku gak menyangka dia bisa seperti itu." Ayu pun tak mau kalah, dia memang sampai benar benar takjub dengan keberanian Stefan barusan yang mau mengungkapkan apa yang ia rasakan di depan banyak orang.
"Dan dia sangat gentleman. Ya walaupun dia gak ngasih tau nama wanita yang ia suka tapi ia sudah berusaha untuk mendekatinya dan selalu mencari tau tentang orang yang ia suka walau secara diam diam. Andai orang yang ia sukai itu adalah aku, betapa bahagianya aku ini." Puput tersenyum sendiri berhayal Stefan menyukai dirinya.
"Jangan banyak menghayal, gak baik lho." Rahma geleng geleng kepala melihat tingkah laku temannya yang kadang memalukan.
"Iya, walau memang aku akui caranya dia tadi good tapi tetep aja, aku gimana gitu. Menurutku kalau emang dia suka, dia bisa mencoba untuk membicarakannya secara baik baik biar dia dapat kepastian. Bukan cuma ngomong gitu doang." Rani pun mempunyai pendapat sendiri tentang apa yang di lakukan oleh Stefan.
"Emang kamu gak denger barusan, dia sudah mencoba untuk mendekatinya tapi tak di hiraukan apalagi ketika dia tau teman temannya banyak yang suka tapi malah di tolak secara halus. Wajar dong jika nyalinya dia jadi ciut dan akhirnya hanya bisa mencintai seseorang secara diam diam tapi walau begitu ia selalu memperhatikan wanita yang ia sukai walau dari jarak jauh bahkan ia juga mencoba untuk mencari tau semua tentang wanita yang ia suka. Dan sekarang ia berusaha mengumpulkan keberaniannya agar bisa percaya diri mengungkapkan isi hatinya di depan banyak orang. Dan ya dia bilang, orang yang ia suka ada di sini dan sedang makan bakso, kira kira siapa ya. Yang makan bakso di sini cuma beberapa orang saja. Coba aku hitung siapa aja yang makan bakso di kantin ini." UJar Ayu sambil berdiri dan menghitung berapa banyak wanita yang makan bakso di kantin ini.
"Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam, Tujuh, Delapan, Sembilan, Sepuluh, Sebelah, Dua belas, Tiga belas. Cuma 13 orang saja di tambah kita 7 orang berarti semua 20 orang. Jadi wanita yang dia suka itu ada di antara kita apalagi dia tadi melihat ke meja ini terus kan? Iya kan?" tanya Ayu dengan girang.
"Iya bener dan dia bilang, orang yang ia suka itu cuek dan tak memperhatikannnya. Dari tadi yang sibuk makan bakso cuma Naila doang sedangkan yang lain sibuk menyimak ucapan Kak Stefan. Jangan jangan................" Ucapan Ayu menggantung membuat yang lain penasaran.
"Benarkah yang di sukai Kak Stefan itu Naila?" tanya Puput
"Ya kayaknya aku juga sependapat deh dengan Ayu. Soalnya Kak Stefan tadi emang sedikit sedikit melirik ke meja ini dan tatapannya menuju ke arah Naila." Firoh pun ikut ikutan berbicara. Ia tadi emang sempat melihat arah mata Stefan yang sempet melirik ke arah Naila yang dari tadi sibuk makan bakso. Hingga ketika Stefan selesai mengungkapkan isi hatinya, Naila pun sudah selesai makan bakso.
"Masak seh, Kak Stefan melihat ke arah Naila. Kayaknya enggak deh. Bukankah yang dia lihat bukan cuma ke arah sini tapi juga ke arah depan dan samping kiri kanan." Rahma pun ikut menimpali walau sebenarnya ia merasa bahwa Stefan memang menaruh hati kepada Naila.
"Kalau menurutku sih mending kita gak usah ikut campur ya. Biarlah itu menjadi rahasia Kak Stefan dengan orang yang ia suka. Toh kita juga gak tau betul siapa yang di maksud dan hanya bisa menduga duga saja. Kelak cepat atau lambat semua orang pasti tau siapa yang di sukainya. Kita tinggal tunggu waktu yang tepat aja kapan bom itu akan meledak." Rani hanya berucap sambil bercanda tapi ia tau kalau Stefan emang menaruh hati kepada Naila karena dia emang pernah melihat Stefan yang mencoba mencuri perhatian Naila namun Naila tak memperdulikannya dan saat itu Rani ada di sampingnnya. Jadi dia tau apa yang terjadi tapi ia tak mungkin bicara yang sebenarnya karena ia tak ingin membuat sahabatnya jadi tak nyaman.
"Iya aku setuju dengan apa yang di ucapkan oleh Rani." Rahma pun sependapat dan sepemikiran dengan Rani.
"Nai, kamu kog dari tadi hanya diam saja sih?" tanya Ayu yang melihat ke arah Naila dan Naila hanya diam saja sibuk dengan Hp yang ia pegang.
"Iya jangan jangan kamu udah tau siapa wanita yang di maksud oleh Kak Stefan?" Ujar Firoh.
"Aku gak peduli dan gak mau peduli masalah seperti itu. Kita sekolah untuk menuntut ilmu bukan untuk mencari pacar. Lagian kita sebagai wanita jangan gampang baper, nanti gampang sakit hati." Jawab Naila cuek.
"Kamu tuh ya selalu aja gitu. Nanti kamu akan nyesel lho kalau sudah lulus SMA dan kamu gak bisa menikmatinya
karena sibuk belajar, belajar dan belajar." Ujar Puput.
"Aku akan menyesal kalau aku tak bisa mendapatkan juara satu, aku menyesal ketika aku tak bisa mendapatkan nilai yang bagus, aku menyesal ketika aku lupa mengerjakan tugas sekolah, aku menyesal ketika aku tak bisa menjadi anak yang bisa di banggakan oleh ibuku, aku menyesal kalau sampai karena masalah hati, aku sampai mengabaikan sekolahku dan akhirnya nilaiku jelek semua. Aku menyesal ketika aku memberikan harapan kepada orang lain ternyata aku tak bisa memberikan sesuatu yang seperti dia inginkan. Aku akan menyesal ketika aku tak bisa memanfaatkan hidupku sebaik mungkin. Dan aku TAK AKAN PERNAH MENYESAL hanya karena aku tak pacaran seperti yang lainnya. Bagiku cinta, hati, kasih sayang, dan tubuhku ini adalah milik laki laki yang kelak akan menghalalkanku bukan untuk laki laki yang belum halal untukku." Ujar Naila panjang lebar.
"Kamu tuh Nai, norak banget tau gak. Jaman sekarang masih aja bisa berkata seperti itu. Pacaran mah gak masalah asal jangan melewati batas. Kalau aku mah yang penting bisa naik kelas, yang lain tak masalah. Mama dan papaku juga tak melarang kalau aku pacaran yang penting bisa jaga diri baik baik." Ujar Ayu.
"Iya aku setuju dengan Ayu. Sekarang puas puasin pacaran biar nanti kalau sudah bersuami kita bisa fokus dngan suami kita karena kita tak mungkin bisa bermacam macam lagi. Jadi mumpung bebas, kita nikmati hidup ini sebaik mungkin agar kelak tak akan menyesal. Jadi pas kita punya anak, ada moment tertentu yang bisa kita ceritakan kepada anak cucu kita. Bukan cuma belajar, belajar dan belajar melulu." Ucap Rifa.
"Belajar boleh tapi jangan terlalu berlebihan nanti cepet tua. " Firoh pun ikut ikutan ngomong.
"Kalau aku sih lebih setuju kepada Naila. Kadang aku iri melihat Naila selalu mendapatkan juara satu dan aku hanya bisa mendapatkan juara 3 doang padahal aku sudah mencoba untuk belajar lebih giat. Aku ingin bisa membahagiakan mama dan papaku. Aku juga memilih menyendiri dari pada pacaran, bukan apa apa. Karena aku belum siap untuk bermain hati yang akhirnya akan membuat hati dan perasaan ini terluka ketika patah hati. Siap jatuh cinta, harus siap untuk patah hati." Rahma pun membela Naila karena ia setuju dengan apa yang di ucapkan oleh Naila. Walau ia tidak sepintar Naila paling tidak ia sudah berusaha memberikan yang terbaik untuk kedua orang tuanya dan juga untuk dirinya sendiri. Masalah pacaran, itu tak penting. Tok kelak jika sudah waktunya pasti ia akan menemukan laki laki yang tepat dan setelah itu langsung menikah dan tak perlu pakai proses pacaran segala.
"Kalau aku sih, gak terlalu suka dekat dengan laki laki karena bagiku laki laki itu ribet dan selalu pengen menang sendiri. Gak mau di selingkuhi tapi dirinya selingkuh. Kadang sering ngatur ini dan itu. Pokok ribet deh. Pas mau deketin aja sok manis, pas pacaran mulai nampak sifat aslinya apalagi ketika sudah menikah, semua sifat burukpun akan di tampakkan semua. Kalau aku sih gak mau ribet ya. Kalau memang aku suka dan dia suka, mending aku akan menyuruh dia datang ke orang tuaku dan melamar aku. Tapi liat dulu dia laki laki yang kayak gimana, kalau kiranya dia itu tukang selingkuh dan gak bisa bertanggung jawab, jangan harap bisa dapetin aku. Kalau saat ini aku fokus menikamti sekolahku tapi tidak dengan pacaran juga. Menikmati hari hari di sekolah tidak harus dengan pacaran tapi bisa dengan yang lain, bergurau sama teman, ikut Ekstrakurikuler dan banyak lagi lainnya yang bisa kita buat kenang kenangan dan kelak bisa kita jadikan sebuah cerita untuk kita berikan kepada anak dan cucu kita." Ujar Rani tersenyum ramah.
"Terserah kalian deh. Susah emang ngomong sama kalian." Ujar Ayu kesal mendengarkan penjelasan Naila, Rahma dan juga Rani yang bertolak belakang dengan pendapatnya.
"Ayu setiap orang itu punya pemikiran yang beda beda, punya pendapat yang beda beda dan kita tak bisa memaksa seseorang untuk sependapat dengan apa yang kita fikirkan." Ujar Naila menasehati.
"Sudahlah, ayo masuk kelas. Sudah bell nih." Ujar Rifa mendengar bell sudah berbunyi 3x yang artinya jam istirahat sudah usai.
Setelah mereka membayar makanan dan minuman mereka, mereka pun segera masuk ke dalam kelas. Begitupun dengan anak anak yang lain yang tadinya sibuk membicarakan Stefan kini mereka pada bubar dan masuk ke kelas masing masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments