Sepertimu bagian 2

Aroma singkong bakar itu semakin semerbak, menggelitik hidung Talia. Perutnya keroncongan, Talia memang sengaja pergi dengan perut kosong agar tak terlambat melakukan siaran.

"Wangi ya Na, jadi pengen deh." Kata Talia sambil mengusap perutnya yang sudah mulai berbunyi meminta untuk diisi.

Sienna tersenyum lebar mendengar kata-kata Talia.

"Apaan sih Na, dari tadi nyengir mulu. Gak kering tuh gigi?" Talia menepuk pundak Sienna, Talia keheranan dengan perilaku Sienna yang tak seperti biasanya.

Hari ini Sienna aneh, kaya bukan Sienna.

Tapi pikiran buruk mengenai temannya itu langsung ia tepis, karena Sienna melakukan siaran seperti yang biasa Sienna lakukan, mungkin saja Sienna ingin menjahilinya saja pikir Talia.

Setelah mendengar ucapan Talia, Sienna tetap tersenyum lebar, seolah tak mendengar apa-apa.

Talia mulai membereskan peralatan siaran, dan menjangkau tas miliknya, setelah selesai membereskan peralatan siaran Talia bersiap untuk pulang. Akan tetapi Sienna justru tetap berdiri diam dekat meja siaran.

"Na ayo pulang, ngapain berdiri terus? kaya gak bisa jalan aja." Talia menarik tubuh Sienna sampai ke ambang pintu.

Talia mengeluarkan ponselnya, namun yang membuatnya kaget belasan telepon tak terjawab dan puluhan pesan dari Sienna.

Talia sungguh tak menyadarinya karena ponselnya tak mengeluarkan suara sama sekali lagipula sedari tadi mereka bersama, untuk apa Sienna mengirimi pesan kepadanya sebanyak itu?

Matanya terus bergerak membaca pesan yang dikirimkan oleh Sienna, mulanya pesannya terlihat biasa saja. Jarinya tak henti bergerak menggulir layar ponselnya, hingga akhirnya ia sampai pada pesan yang membuatnya tertegun.

Talia merasa kesal dengan pesan-pesan yang dikirimkan oleh Sienna, Talia masih mengira Sienna membuat lelucon untuk menjahilinya. Menurutnya kejahilan Sienna ini sudah sangat keterlaluan.

Talia menatap wajah Sienna dingin dan berkata, "Gak lucu."

Sienna menyeringai hingga semua giginya terlihat, matanya melotot, "Yah ketauan deh."

Tubuh Sienna membungkuk ke depan dan ke belakang berkali-kali dengan cepat. Perlahan-lahan wujud nya mulai berubah menjadi kain putih lusuh yang membungkus seluruh tubuhnya, ikatan kepala yang khas, noda merah darah di sekeliling kepala, aroma singkong bakar yang berubah menjadi aroma bangkai yang membuat perut mual.

Perlahan Talia berjalan mundur, mencoba kabur dari sosok yang ia lihat dengan susah payah. Sosok yang menyerupai Sienna itu sudah berubah secara penuh ke wujud aslinya, ia melotot menatap Talia sambil tersenyum lebar memperlihatkan gigi runcingnya. Kaki Talia terasa berat sekali untuk digerakkan, perutnya mual tak kuasa menahan aroma yang ia hirup. Entah mengapa Talia jadi sulit bergerak ketika melihat sosok itu.

Talia berusaha sekuat tenaga untuk pergi dari sana, tapi usahanya sia-sia ia hanya berhasil bergerak beberapa langkah dari ruang siaran. Namun sepertinya sosok itu tak mau ditinggalkan oleh Talia sosok itu melompat mendekati Talia, saat itulah keberanian Talia muncul entah darimana.

Talia berlari sambil berteriak sekuat tenaga, mencoba menjauh dari sosok yang terus saja mengikutinya dari belakang. Napasnya terengah-engah, jantungnya berdebar kencang, tapi hal itu tak menghentikan dirinya untuk pergi dari sana yang ia inginkan hanya keluar dari sana secepatnya.Tak butuh waktu lama untuk Talia sampai diujung koridor, dengan was-was Talia melihat ke sekelilingnya ia tak lagi melihat sosok itu dibelakangnya.

Talia sedikit lega, namun ia tak mau terlalu senang secepat itu sosok itu bisa kembali lagi kapan saja. Talia bersiap untuk berlari kabur sebelum sosok itu kembali, Talia berusaha menggerakkan kakinya dengan kekuatan penuh sambil sesekali melihat kebelakang.

Saat sedang berlari sambil memastikan sosok itu tak mengikutinya, Talia bertabrakan dengan sosok berbaju putih, ia terjatuh jantungnya berdebar tak karuan. Talia pikir sosok apa lagi yang akan ia temui kali ini, namun ketika Talia memperhatikan sosok itu baik-baik ternyata itu Pak Mamet yang sedang berkeliling.

Tentu saja Pak Mamet langsung menolong Talia untuk segera bangun dan membawa Talia ke Pos Satpam untuk diberikan air minum. Sesampainya di Pos Satpam Talia menceritakan apa yang ia alami kepada Pak Mamet, tapi pak Mamet tak terlihat terkejut ketika mendengarkan cerita dari Talia.

Pak Mamet justru mengatakan sesuatu yang tak pernah Talia bayangkan sebelumnya, "Udah jangan takut, sebenernya dia baik kok."

"Baik?" Talia memastikan apa yang ia dengar itu benar.

"Iya, biasanya dia muncul menyerupai murid yang sakit atau yang tidak bisa masuk sekolah. Dia suka menemani para murid yang sendirian. Mungkin karena ketauan dia menunjukan wujud aslinya yang menyeramkan." Pak Mamet mengatakan itu sambil menyeruput kopi hitam miliknya.

Talia mengangguk, mencerna perkataan Pak Mamet yang cukup masuk akal.

"Bapak tau darimana?" tanya Talia penasaran.

"Sudah, setelah kamu minum sebaiknya langsung pulang." Pak Mamet mencoba mengalihkan pembicaraan seraya tersenyum kecil.

Talia merasa sudah lebih tenang daripada sebelumnya, ia menghabiskan air yang diberikan oleh pak Mamet setelah itu ia bergegas pamit pulang.

Pak Mamet mengantarnya kedepan gerbang.

"Makasih pak, mari." Talia berpamitan kepada Pak Mamet seperti biasa.

"Iya, langsung pulang ya. Pokoknya jangan tengok kebelakang." Ucap pak Mamet sambil tersenyum kecil. Talia membalas senyuman itu, ia bergegas berjalan ke halte untuk menunggu angkot. Sempat terlintas dipikirannya untuk menengok kebelakang, tapi Talia ingat terakhir kalinya tak menurut apa yang dikatakan Pak Mamet tidak berakhir baik. Jadi Talia mengabaikan rasa penasarannya.

Talia berjalan sambil bersenandung kecil, seketika aroma singkong bakar kembali tercium.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!