"Sienna gimana kemaren lancar?" Talia bertanya sambil menghampiri meja Sienna.
"Alhamdulillah lancar, Li. Lancar banget malah, narasumbernya pinter banget deh bikin narasinya. Luan juga bagus ceritanya, menghayati banget. Jadi pas diceritain kaya hidup gitu menurutku." Sienna menjelaskan dengan girang wajahnya tampak berseri-seri.
"Ihh iya kan, aku aja yang dengerinnya berasa ada di lokasi kejadiannya juga. Seru banget berasa lagi dengerin cerita temen." Talia mengungkapkan perasaan yang ia rasakan saat mendengarkan siaran Tepi Senja, seraya duduk di bangku sebelah meja Sienna. Suasana istirahat hari itu sedikit lebih ramai dari biasanya, terdengar banyak teriakan-teriakan kecil dari area bangku belakang.
Ah, kok bisa gerak sendiri sih?
Bohong
Ini gerak sumpah
Kalian jangan bohong deh
Sumpah gerak, sumpah
"Mereka lagi ngapain sih Li? heboh banget." Sienna bertanya sambil memutar badannya.
"Oh, itu mereka lagi main jelangkung-jelangkungan katanya." Jawab Talia datar. Sienna membulatkan mulutnya sambil mengangguk-angguk.
"Ngomong-ngomong Na, maaf banget nih aku boleh minta bantuan kamu gak sekali aja?" Talia menunduk sambil mengelus dengkulnya.
"Bantuan apa? Asal jangan pinjam seratus aja." Sienna menanggapi dengan senyum lebar.
"Ish kamu Na." Talia mencolek lengan Sienna.
"Abisnya kamu dari tadi ngelus-ngelus dengkul mulu kaya mau pinjem uang aja." Sienna mencoba menggoda temannya itu.
"Bukan gitu, kamu mau ya gantiin aku ekskul besok? please soalnya aku baru harus dateng ke English Club katanya mau persiapan buat inaugurasi jadi semuanya wajib hadir." Talia memohon kepada Sienna.
"Tapi kan, kamu udah janji Li?"
"Maaf Na, sekali ini aja ya? Nanti aku sama Rigel gantiin kalian Minggu depan." Talia menggosok-gosokan telapak tangannya.
"Rigel juga?" Tanya Sienna kaget.
"Iya, dia kan English Club juga." Kata Talia sambil mengangguk.
Sienna memegang dahinya seraya menghela napas dalam, "Sekali ini aja ya?"
Talia berdiri dari duduknya dengan berseri seri, dan menggenggam tangan Sienna, "Makasih ya Sienna ku yang baik seperti malaikat."
Sienna tersenyum tipis saat mendengar ucapan Talia. Belum sempat Sienna memberi tanggapan. Keributan dari bangku belakang semakin ricuh. Suara teriakan-teriakan ketakutan semakin kencang terdengar. Mereka saling dorong berusaha keluar dari sana. Sedangkan hanya tersisa satu orang disana, satu-satunya siswa yang duduk dipojokan sambil menunduk. Teman-teman sekelas yang lain berusaha mendekatinya sedangkan mereka yang bermain jelangkung bersamanya samasekali tak berani mendekat.
Ketua kelas kami merasa bertanggungjawab atas apa yang terjadi, ia mencoba memastikan keadaan dengan menyentuh tangannya. Seketika ia menoleh ke arah ketua kelas kami, memandanginya dengan tatapan tajam. Ketua kelas kami mencoba melepaskan genggamannya, tapi saat ketua kelas kami melepaskan tangannya. Ia justru dicengkeram dengan keras. Suasana semakin mencekam banyak siswa/i yang berlari keluar dari kelas, mencoba mengamankan diri mereka sendiri.
Mereka berlari kesana-kemari, berdesak-desakan di pintu kelas. Sementara ketua kelas kami mencoba untuk melepaskan cengkraman yang ada pada tangannya. Sama sekali tak membuahkan hasil, cengkraman itu terlalu kuat. Kami ingin membantunya untuk melepaskan cengkraman itu, namun kami tak berani mendekatinya
Tetap saja ketua kelas kami berusaha untuk melepaskan diri, saat itu semuanya menjerit ketakutan karena melihat siswa itu melotot marah dan berteriak dengan kencang, suaranya berat lalu tertawa terbahak-bahak.
Karena kegaduhan yang terjadi, kelas kami menjadi pusat perhatian. Kebetulan, ada guru agama yang masuk lebih awal ke kelas yang berada tepat disebelah kelas kami. Kami semua diperintahkan untuk keluar dari kelas, disana hanya tersisa Pak Guru, ketua kelas, dan siswa itu sendiri. Tak berselang lama ketua kelas ku keluar sambil memegang tangannya yang lebam, keringat dingin dan napas yang tak beraturan ia bahkan hampir jatuh karena kakinya lemas. Kami menyuruhnya duduk dan cepat-cepat memberinya minum.
Dari dalam terdengar teriakan seperti sedang bertengkar. Kami penasaran, ingin tau apa yang terjadi di dalam, diam-diam mencoba mengintip. Hal yang biasanya hanya dapat kita lihat dalam layar kaca, dapat kita lihat secara langsung. Setelah cukup lama tampaknya siswa itu mulai kelelahan dan tergeletak di lantai, Pak Guru mengangkatnya keatas meja. Lalu dipanggil lah siswa/i yang bermain jelangkung bersamanya sedangkan siswa tadi dilarikan ke UKS bersama dengan ketua kelas kami.
Cukup lama mereka didalam, ketika bel masuk berbunyi mereka semua dibawa ke ruang guru, mereka semua tertunduk lesu.
"Gila, gak nyangka ya kita bakal liat kejadian kaya gini secara langsung." Talia berbisik pada Sienna sambil masuk kembali ke kelas. Sienna mengangguk sambil melangkah kembali ke tempat duduknya.
Hingga saat bel pulang sekolah berbunyi mereka belum kembali ke kelas. Kelas hampir kosong menyisakan Sienna dan Talia serta ransel siswa/i yang memainkan jelangkung tadi.
"Na, ayo kita cepetan pulang. Aku takut." Talia menarik-narik lengan seragam Sienna.
"Ayo Li." Sienna mengangguk seraya melangkahkan kakinya keluar dari kelas.
Dari kejauhan terlihat gerombolan siswa/i yang bermain jelangkung tadi sudah kembali, mereka sempat berpapasan, membuat Sienna dapat melirik ke salah satu orang diantara mereka, mereka terlihat lesu dengan tatapan kosong. Apa mungkin karena mereka terlalu terkejut dengan kejadian ini?
Dengan cepat Talia menarik Sienna mereka berjalan dengan cepat agar dapat menghindari mereka. Karena penasaran Sienna terus melihat kebelakang, membuat Talia sedikit kesal, "Udah biarin aja."
Sesampainya mereka di halte untuk menunggu angkot yang lewat, Sienna melihat salah satu teman sekelasnya, orang yang bermain jelangkung tadi. Tengah berjalan dengan lesu, matanya juga nampak tak berjiwa.
"Li, bukannya itu Sandra ya? Apa dia sakit ya, atau shock liat Andre tadi?" Sienna menunjuk ke arah teman sekelasnya itu.
"Udah lah Na, biarin aja orang jahat kaya dia mah." Ucap Talia santai sambil mengotak-atik ponsel miliknya.
"Li, Li itu dia ngapain mau jalan ke tengah jalan. Lampunya kan masih ijo." Sienna bangun dari duduknya dan berlari menuju Sandra.
"Na, Sienna." Panggil Talia seraya menyusul Sienna.
Bunyi klakson motor dan mobil bersautan begitu kencang. Makian-makian juga mereka dapatkan dari para pengendara. Untung saja mereka sampai tepat waktu sehingga Sandra tak mengalami luka sedikitpun. Buru-buru mereka membawa Sandra ke trotoar. Sesampainya di trotoar Sandra seperti baru mendapatkan kesadarannya kembali. Ia menangis sambil memeluk Sienna dan Talia. Berulangkali ia mengatakan kata maaf sambil terisak.
Sienna mencoba menenangkan Sandra dengan menepuk-nepuk punggungnya. Sementara Talia bingung harus bereaksi bagaimana. Setelah selesai menangis, Sienna menyarankan agar Sandra tidak pulang sendirian, dan lebih baik memesan ojek online saja.
Sienna dan Talia tetap menemani Sandra sampai ojek online pesanannya tiba meskipun angkot yang mereka nantikan sudah bolak-balik berulang kali.
Talia menghela napas panjang sambil bergumam, "Gini banget temenan sama orang baik." Mereka melambaikan tangannya ke Sandra yang pulang bersama ojek online.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments