Setelah kejadian yang menimpanya sore tadi, Sienna merasakan tubuhnya panas dan dingin di waktu bersamaan. Sienna merasa tak akan sanggup memenuhi kewajibannya untuk menghadiri ekskul penyiaran esok hari.
Seperti biasanya Luan hanya menyimak obrolan yang ada di grup, meskipun teman-temannya memberikan berbagai macam kabar.
Ditengah perdebatan Sienna dan Talia, tanpa disangka Luan muncul menampakkan dirinya.
Sienna sedikit terkejut dengan kemunculan Luan yang tak seperti biasanya, belum sempat membalas pesan Luan di grup, rasa berputar kembali Sienna rasakan pada kepalanya. Sienna memutuskan untuk membaringkan dirinya sejenak. Mencoba membalas pesan Luan, dan berniat untuk segera beristirahat.
Saat melihat ponsel miliknya Sienna melihat Luan mengiriminya pesan pribadi.
^^^ ^^^
Sienna berterima kasih pada Luan karena telah mau bertukar jadwal dengan dirinya. Ia merasa tak enak karena sudah merepotkan temannya itu, padahal seharusnya Luan bisa fokus mencari uang pada akhir pekan. Seperti yang kita duga, tak ada balasan lagi dari Luan. Ia hanya membaca pesan dari Sienna.
Keesokan harinya Luan mencoba datang lebih awal, karena tak ingin membuat Talia menunggu kedatangannya untuk membukakan pintu ruang siaran. Sesampainya disana Luan terkejut melihat pintu ruang siaran yang terbuka dan Talia yang sudah ada disana, "Udah sampe?"
Talia tak berbicara, ia hanya mengangguk tak mengeluarkan suara. Luan menarik kursi di sebelah Talia sambil menyimpan tas miliknya. Saat mendongakkan kepala Luan melihat Talia ada di depan pintu.
"Luan, kapan datengnya?" kata Talia sambil memegang tisu.
Luan kebingungan mendengar pernyataan Talia, jelas-jelas tadi Talia duduk di sebelahnya. Bagaimana bisa dia ada di depan pintu tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Lagipula aneh sekali Talia bertanya seperti itu padahal sejak awal mereka sudah bertemu.
"Baru aja kok, kamu darimana?" tanya Luan tersenyum canggung.
"Oh, aku abis dari kamar mandi." Ucap Talia sambil duduk di sebelah kursi Luan. Itu artinya orang yang duduk di samping Luan tadi bukanlah Talia. Namun Luan tak mengatakan apapun tentang apa yang ia lihat.
"Sambil nunggu tadi aku udah pilih cerita, jadi aku aja yang bikin naskah ya." Kata Talia sambil fokus mengetik. Luan mengangguk dan mengacungkan jempolnya. Itu artinya tugasnya hari ini mengecek performa akun dan mengunggah siaran Tepi senja.
Luan tak bisa fokus saat mengerjakan tugasnya, rasa penasaran terus saja mengganggu pikirannya. Bagaimana bisa Talia masuk ke ruang siaran sementara Luan yang memegang kunci ruang siaran.
"Ngomong-ngomong kok kamu bisa masuk, kan kuncinya aku yang pegang?" Luan sungguh penasaran ingin mengetahui apa yang terjadi.
"Loh kamu lupa? Sienna kan bikin ngasih kunci cadangan buat kita semua." Ucap Talia sambil fokus mengetik.
Luan menepuk dahinya, ia sungguh tak ingat setelah Sienna menunggu Luan cukup lama hari itu Sienna memutuskan untuk memberikan masing-masing dari mereka kunci cadangan. Untuk berjaga-jaga jika salah satu dari mereka datang terlambat.
Saat selesai mengecek performa akun Tepi Senja Luan langsung berkata, "Performa akun kita ..."
Belum selesai Luan berbicara Talia langsung memotong ucapan Luan.
"Soal itu, langsung chat Sienna aja aku takut salah soalnya." Kata Talia sambil menunggu naskah yang sedang ia cetak.
"Oh ..." Luan mengangguk lalu fokus kembali pada tugasnya.
"Tugasku hari ini udah selesai, aku duluan ya. Ini naskahnya aku taruh di atas meja." Kata Talia sambil berjalan keluar dari ruang siaran.
Luan sedikit terkejut melihat perilaku Talia seperti itu, tapi karena tugasnya sudah selesai Luan tak terlalu mempermasalahkannya. Mungkin Talia belum terbiasa bekerjasama dengannya sehingga membuat Talia tak nyaman ketika mereka hanya berdua saja.
Setelah selesai menjalankan tugasnya Luan mengabari Sienna, dan mengunci ruang siaran dengan kunci yang ia bawa.
***
"Gimana sabtu?" Sienna menyandarkan wajahnya ke punggung kursi.
"Apanya?" Talia menghentikan tangannya yang sedang menulis.
"Ekskul, kalian akur kan?" Sienna penasaran.
"Aman, tau gak? Aku udah pilih cerita yang luar biasa buat siaran besok." Kata Talia sambil mengangkat pensil dan mendongakkan wajahnya.
"Wah, pasti besok siarannya bakal seru deh." Sienna tersenyum lebar, namun senyumannya perlahan memudar.
"Besok ..." Kata Talia dan Sienna bersama-sama seolah mengingat sesuatu yang sama.
"Besok kan libur," sambung Talia. Mereka terdiam sejenak memikirkan langkah apa yang akan mereka ambil, kepala mereka bergoyang ke kanan-kiri.
"Kayaknya besok kita bisa siaran deh. Soalnya Bu Millie juga udah ngasih surat izin penuh buat kita siaran setiap Kamis sampe tengah semester kan?
Lagipula kalo dilewatin kasian pendengar kita nungguin." Kata Talia mencoba membujuk Sienna untuk tetap melaksanakan siaran.
"Iya juga, mana cerita buat siaran besok seru kan. Besok giliran kita juga kan yang siaran." Sienna mengangguk menyetujui ucapan Talia.
Mereka memutuskan untuk tetap melakukan siaran di waktu yang sama seperti biasanya.
Talia memang sengaja berangkat lebih awal dari Sienna karena jarak rumahnya ke sekolah lebih jauh dari jarak rumah Sienna. Sesampainya Talia ke sekolah ia langsung mengabari Sienna.
Namun ceklis satu yang ia dapati.
Emang dasar nih anak, pasti hpnya mati deh.
Setelah menyimpan hpnya ke dalam Tote bag milik nya Talia bergegas menuju ke ruang siaran. Talia berniat untuk menyapa Pak Mamet di Pos Satpam, tetapi tak ada siapapun disana. Sepertinya Pak Mamet sedang berkeliling.
Saat hampir sampai di ruang siaran Talia melihat Sienna sedang menunggu di luar ruang siaran.
"Loh, kamu ngapain diluar? Kamu pasti nungguin aku dateng ya?" tanya Talia seraya menyenggol lengan Sienna. Sienna hanya tersenyum kecil sambil mengangguk.
"Yaudah kita langsung masuk aja yuk." Ucap Talia seraya membuka kunci pintu ruang siaran.
Di dalam, Sienna hanya terdiam tak ada suara yang terdengar darinya.
"Dari tadi kamu diem aja. Kenapa, sariawan?" Talia mencoba mencairkan suasana.
Sienna menggelengkan kepalanya, "Gak kok, aku baik-baik aja."
"Yaudah kita langsung aja mulai siarannya yuk." Ajak Talia sambil menarik kursinya. Sienna mengangguk sambil menyalakan microphone.
"Sampurasun, wilujeng sonten Baraya Kata. Tepang deui sareng Radio Sora 44,4 FM. Kumaha damang Baraya Kata? Tepi Senja balik lagi nih, dan pastinya siap nemenin kita semua selama 30 menit ke depan. Bersama saya Sienna dan Talia yang akan menjadi teman cerita kalian sore ini."
"Hari ini kita akan menceritakan pengalaman horror sekolah yang dikirim oleh Teteh Tami ke email Tepi Senja. Pengalaman tak masuk akal, yang sulit dijelaskan oleh logika, bahkan banyak orang yang tak percaya dengan ceritanya dan menganggap ini semua hanya cerita khayalan. Penasaran dengan kisahnya? Langsung saja kita dengar ceritanya."
Sienna mulai memelankan suara microphone miliknya menyentuh audio mixer yang ada di hadapannya, dan memasukan backsound yang telah mereka siapkan. Talia yang sudah menunggu momen ini tak sabar memulai cerita.
Talia mulai menyalakan microphone miliknya sambil tersenyum.
"Halo aku Tami, saat ini aku kelas XI aku bersekolah di salah satu SMA Negeri yang ada di Bandung. Aku akan menceritakan pengalamanku beberapa hari yang lalu, aku tinggal di daerah yang cukup jauh dari sekolah ku oleh sebab itulah aku selalu datang paling awal. Karena itu juga teman-teman ku mempercayakan kunci kelas kepada ku.
Aku tak keberatan dengan tanggung jawab yang diberikan kepada ku. Karena aku bisa memenuhi tanggung jawab itu dengan baik.
Seperti biasa, hari itu aku masuk sekolah pagi-pagi sekali. Aku berjalan dengan santai karena aku tau pasti belum ada orang yang datang selain diriku.
Namun aku salah, aku lihat temanku Ruby sedang berdiri di depan pintu kelas. Seorang Ruby, siswi yang selalu terlambat tiba-tiba datang lebih pagi dariku.
Tanpa pikir panjang aku langsung membukakan pintu untuknya. Ia masuk perlahan dengan lemas, kami memang tak terlalu dekat jadi kurasa wajar saja dia tak mengajak ku bicara. Aku mendekat ke arah cermin untuk melihat penampilanku, ku lihat dia juga mendekat ke arah ku.
Saat dia berada tepat dibelakang ku, aku tak melihat bayangannya di cermin, untuk memastikan apa yang ku lihat aku coba untuk membersihkan kacamata ku. Karena penasaran aku coba untuk melihat lagi ke cermin benar saja ku lihat ada pantulan Ruby disana.
Karena menurutku itu hanya salah lihat aku memutuskan untuk keluar kelas sambil menunggu teman-teman yang lain datang. Perlahan teman-teman kelas ku mulai berdatangan. Aku juga masih bisa melihat Ruby dari luar, saat bel masuk hampir berbunyi Ruby datang menghampiri ku tapi ia terlihat sedikit tembus pandang ia seperti ingin mengatakan sesuatu, belum sempat aku mendengar apa yang ia katakan seseorang menyentuh pundak ku.
Ternyata itu Ruby dan teman sekelas ku yang hampir terlambat, mereka bertanya apa yang ku lakukan di ambang pintu. Aku yang keheranan pun tak kuasa menahan pertanyaan, "Loh, Ruby kamu kok kamu ada diluar bawa-bawa tas? bukannya udah sampe dari tadi?"
Ruby terlihat takut dan bingung dengan apa yang aku katakan ia membantah hal itu, dan di iyakan oleh temen sekelas ku yang berada disampingnya, "Jangan bercanda ah Mi, orang kita berdua hampir telat untung aja kita berhasil lolos dari kejaran Satpam."
Aku tak memperpanjang masalah ini karena mata pelajaran pertama segera dimulai. Menurut kalian siapa yang aku lihat?"
Talia mematikan microphone miliknya, Sienna mulai menurunkan suara backsound musik dan menaikan suara microphone miliknya.
"Itulah cerita dari Teh Tami temen-temen, menurut kalian siapa yang Teh Tami lihat? Apa yang akan kalian lakukan jika berada di posisi Teh Tami? Terimakasih kepada Teh Tami sudah berkenan untuk menceritakan ceritanya dan mengizinkan kami untuk menceritakan kisahnya disini. Tak terasa sudah hampir 30 menit Tepi Senja menemani Baraya Kata ya. Untuk Baraya Kata yang ingin ceritanya diceritakan di Tepi Senja seperti Teh Tami bisa langsung mengirimkan cerita ke email kita
Soratepisenja@gmail.com terimakasih sampai ketemu lagi minggu depan, Assalamualaikum."
Sienna mematikan microphone dan melepaskan headphone nya. Disambut oleh Talia yang kegirangan menggenggam tangan Sienna keatas. Talia sangat senang berhasil melakukan siaran bersama Sienna.
Saat melepaskan headphone Talia mencium bau singkong bakar tanpa sadar ia menyeletuk, "Ini siapa coba yang bakar singkong disini?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments