Ia menatap Arkatama yang sedang terlelap nyenyak. Rasanya ia sudah tidak bisa tidur berjam-jam yang lalu sementara Arkatama tidur tak bergerak, hanya dengkur halus dan dadanya yang naik turun berirama.
Ia melirik jam digital di atas nakas. Hampir jam lima pagi. Menoleh ke samping, ia menatap Arkatama lagi berusaha menyerap pemandangan indah itu beberapa saat. Kiyara mendesah keras lalu membalikkan badan untuk menatap langit-langit.
Setelah memutuskan, ia kemudian bangkit duduk di pinggir ranjang sejenak. Tubuhnya terasa remuk, terutama bagian di antara kedua kakinya. Ia meringis bergerak. Ia kemudian mengumpulkan pakaiannya yang berserakan lalu memakainya. Ia pergi ke dapur untuk mengambil minum.
Tak berselang lama, ponsel Arkatam terus-menerus berbunyi. Tidur nyenyak Arkatama pada akhirnya pun terusik. Matanya menyipit sebelum memutuskan untuk mengangkat telepon.
“Halo, ayah.”
“Aktris cantik Kiyara pada akhirnya bermodalkan kecantikan saja tanpa bakat,” ucap ayah Arkatama. Ayahnya membaca sebuah artikel yang ia baca mengenai Kiyara. Setelah kejadian tak terduga dia mencari semua latar belakang Kiyara.
Ayah Arkatama sungguh penuh penghinaan.
“Dia memang cantik jadi cukup untuk menghasilkan banyak uang.”
“Ayah jika kamu membicarakan omong kosong dari internet, aku akan menutup teleponnya.” Arkatama mengatakannya tanpa emosi sama sekali.
“Dimana kamu sekarang? Karena wanita itu, banyak orang yang menghinaku. Apakah kamu tidak menyelidiki latar belakangnya sebelumnya? Apakah dia benar-benar berpikir bisa masuk dalam keluarga Akhilendra?”
Dalam waktu singkat, ayah Arkatam mengumpulkan berita tentang Kiyara.
“Ayah, apakah kamu benar-benar menyelidikinya? Bukankah kamu merasakan melewatkan sesuatu?”
“Apa maksudmu?” Ayah Arkatama mengerutkan keningnya di seberang.
“Ayah, aku ingin kamu menerimanya.”
“Mustahil, wanita itu tidak layak berada di keluarga kita.”
“Ayah jangan berdebat dengan ini. Aku hanya ingin memberutahukan bahwa aku tidak akan menikahi siapa pun kecuali Kiyara.”
Pertempuran antara anak dan ayah di telepon berakhir dengan kemarahan ayah Arkatama yang tak tertahankan.
Sambungan langsung diputus sepihak oleh Arkatama begitu Kiyara membuka pintu kamarnya.
“Ada apa?” Tanya Kiyara begitu ia ditatap oleh Arkatama.
“Kemari!” Pinta Arkatama.
Kiyara langsung pergi ke ranjang dan berbaring di sana.
“Aku sangat mengantuk sekali.”
“Tidurlah,” ucap Arkatama lalu mengecup kening Kiyara dengan penuh kasih sayang. Ia memeluk Kiyara seakan ia tidak mau pergi darinya. Ia pun kembali menutup matanya menyusul Kiyara yang rupanya sudah tidur dengan cepat.
Beberapa jam kemudian.
Arkatama tersenyum saat tangannya terulur mencari kehangatan di sampingnya. Kosong dan juga dingin. Langsung saja matanya terbuka lebar untuk mencari KIyara. Segera berdiri dan memakai bajunya.
Arkatama berjalan keluar dan memanggil para pelayan.
“Dimana istriku?”
“Kami tidak melihat Nyonya Muda.”
“Apa yang kalian kerjakan hingga tidak tahu dimana Nyonya Muda kalian?”
Para pelayan menunduk takut mendengar perkataan Arkatama.
Di tempat lain, Kiyara datang ke lokasi syuting bersama Mery. Kiyara datang lebih awal seperti biasanya tanpa terpengaruh oleh apa yang terjadi sehari sebelumnya. Ia menemukan bahwa para kru bersikap sangat berbeda. Semua orang memberinya salam hangat dan orang-orang yang jarang menyapanya kini menyambutnya dengan ramah.
“Ada dengan mereka?” Tanya Kiyara.
“Aku rasa mereka semua kerasukan roh baik,” ucap Mery.
Sementara itu suasana hati sang sutradara sedang diuji kali ini. Karena Inez tiba-tiba menolak untuk syuting di karena kurang enak badan. Pertama pemeran pria utama tidak bisa datang sekarang pemeran utama wanita juga tidak bisa datang. Apa yang dia lakukan?
Kiyara pada akhirnya melakukan pengambilan film bagiannya. Saat jam istirahat, Kiyara mendapatkan pesan dari ayahnya.
“Pesan dari siapa?” Tanya Mery penasaran karena Kiyara serius melihat layar ponselnya.
Kiyara langsung memperlihatkan isi pesannya dan Mery langsung membulatkan matanya.
“Kamu akan pergi ke sana?” Tanya Mery memastikan. Kiyara langsung mengangguk.
Sore harinya di kediaman keluarga Kyler. Seorang pelayan langsung gaduh karena kedatangan tamu yang tidak terduga.
“Ada apa?” Tanya Wenda.
“Ada tamu di luar.”
“Bocah itu sudah ada di sini?”
“Bukan nona Kiyara melainkan Tuan Muda Arkatama.”
Saat Wenda mendengar bahwa Arkatama yang datang, ia langsung kegirangan. Ia segera bergegas ke ruang tamu untuk menyambut Arkatama. Ketika ia sampai di depan pintu, ia melihat Arkatama keluar dari mobilnya. Pria tegap itu berdiri di bawah sinar matahari begitu penuh karisma dengan mata dinginnya.
Wenda langsung menyambutnya dengan sangat ramah.
Di ruang tamu, Arkatama duduk di tengah sofa.
“Presdir Arkatama, bolehkah aku tahu maksud semua barang ini?” Ayah Kiyara menunjuk semua barang yang dibawa oleh Arkatama.
Wenda dengan semangat memeriksa barang-barang yang di bawa Arkatama. Semua barangnya tidak ada yang mengecewakannya.
Arkatama melihat bagaimana ayah Kiyara benar-benar gelisah dan tegang.
“Paman tolong jangan gugup. Aku sangat menyesal baru saja datang di rumahmu tanpa memberitahumu. Anggap semua barang ini adalah hadiah untukmu. Dan kedatanganku ke sini untuk meminta restumu.”
“Restu?”
“Ya, aku butuh restu agar aku bisa berhubungan dengan Kiyara.”
“Lalu bagaimana dengan Kaya?” Tanya Wenda.
“Kaya? Apa hubunganku dengannya?”
“Bukankah kalian memiliki hubungan?”
“Aku bahkan tidak mengenalnya.”
Tampaknya mustahil untuk Arkatama menikahi Kaya.
Ketika Kiyara memasuki pekarangan rumah ayahnya ia melihat Dipta. Jika ada Dipta dipastikan ada Arkatama.
“Mengapa kamu ada di sini?” Tanya Kiyara.
“Presdir memiliki sesuatu yang perlu dibahas dengan ayah Nyonya Muda. Presdir masih ada di dalam.”
Begitu Kiyara memasuki ruang tamu, ia melihat berbagai ekspresi orang-orang di sana. Lalu ia melihat yang menjadi pusat perhatian. Arkatama dengan tenang menyeruput tehnya.
Melihat Kiyara sudah datang, ayahnya langsung menyambutnya.
“Kiyara, mengapa kamu datang terlambat? Tuan Muda Arkatama sudah menunggumu.”
Ayahnya menaik Kiyara yang sedang kebingungan ke sofa. Ia duduk di samping Arkatama.
“Mengapa kamu ada di sini?” Tanya Kiyara yang tiba-tiba berdiri
“Untuk meminta restu ayahmu.”
Arkatama duduk di sofa menatap tatapan tajam Kiyara. Ia tersenyum tipis, menurutnya amarah Kiyara begitu imut dan menggemaskan. Tangan Arkatama yang besar langsung meraih tangan Kiyara yang kecil.
“Aku masih memiliki beberapa hal yang ingin aku katakan pada Kiyara.”
Ayah Kiyara langsung mengangguk.
Kiyara marah ketika ia diseret pergi oleh Arkatama.
Mobil itu berjalan meninggalkan rumah ayah Kiyara. Di dalam mobil, Kiyara begitu stres.
“Apa yang ada di pikiranmu? Apa yang kamu rencanakan?” Tanya Kiyara.
Jari jemari menari-nari di sekitar wajah Kiyara dan berakhir di bibir Kiyara. Kiyara langsung mengigit jari Arkatama. Tapi pria itu sama sekali tidak merasa kesakitan.
“Kamu begitu menginginkanku?”
Kiyara langsung melepaskan jari Arkatama dan langsung cemberut.
“Kamu melanggar perjanjian kita,” ucap Kiyara tiba-tiba.
“Perjanjian?”
“Merahasiakan pernikahan kita.”
“Tapi aku ingin menunjukkan pada dunia betapa cantiknya istriku.”
“Arkatama sudah cukup. Aku tidak akan memaafkanmu jika kamu bertindak seperti ini lagi.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Fenti
bunga 🌹 buat Arkatama 🙈
2024-02-26
0
Fenti
hubungan persaudaraan 😁😁
2024-02-26
0
Fenti
baguslah kalau begitu😂😂
2024-02-26
0