Tiga orang ikut berpartisipasi menjadi pemeran utama. Mereka adalah Kiyara, Inez dan Freya. Mereka bertiga ikut dalam putaran ketiga. Tentu saja Inez tidak menyukai Kiyara masuk putaran ke tiga. Wanita itu mencoba menghasut Kaya untuk mencelakai Kiyara.
“Kak Kiyara!!! Bagaimana bisa kamu masuk dalam putaran ke tiga? Apakah kamu menawarkan tubuhmu untuk juri?” Kaya langsung melabrak Kiyara.
“Jaga ucapanmu.”
“Kamu itu tidak cocok untuk pemeram utama. Yang cocok menjadi pemeran utama adalah kak Inez. Wanita sepertimu letaknya di bawah.”
Kaya mendorong bahu Kiyara dengan kekuatan yang cukup besar. Kiyara menggunakan sepatu hak tinggi, sehingga dorongan Kaya yang kuat membuat tubuhnya kehilangan keseimbangan. Kiyara masih di atas panggung yang tingginya lumayan. Jika jatuh dari sana sudah dipastikan akan mengalami cedera.
Kiyara sudah siap untuk jatuh bahkan ia sudah menutup mata dan menerima kesakitannya. Namun ia tidak merasakan sakit apa pun karena pada saat itu tangan besar dan kuat menangkapnya dan menarik ke arah dada yang kokoh.
Aroma yang akrab langsung menguar dan menusuk hidungnya. Kiyara langsung membuka matanya dan mendongak. Ia melihat rahang Arkatama yang keras dan bibirnya yang mengatup. Kiyara bingung sesaat. Ia pikir Arkatama sudah pergi dari sana beberapa jam yang lalu.
Bagaimana dia bisa menangkapku dalam waktu yang tepat?
Arkatama melihat ke arah Kiyara. Sementara Kaya terlihat bingung dan ketakutan. Ia ingin lari namun Arkatama langsung meneriaki nama asistennya, Dipta. Sepertinya pria itu tahu bahwa Kaya akan kabur. Dipta langsung menahan Kaya untuk pergi.
“Lepaskan aku!!!”
Inez menyaksikan semua apa yang terjadi di depan matanya. Ia melihat ketika Kiyara akan jatuh, Arkatama berlari dengan kecepatan yang mencengangkan untuk menariknya ke dalam pelukannya agar tidak terjatuh.
Inez sangat sakit hati melihat itu semua tapi ia berpura-pura untuk menunjukkan kekhawatiran saat ia berjalan mendekati mereka. “Kiyara, apakah kamu baik-baik saja?”
Mendengar suara Inez, Kiyara langsung mendorong tubuh Arkatama dengan cepat. Arkatama menjaga wajahnya yang dingin tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Pria itu berpura-pura seolah tidak terjadi apa-apa. Hanya Arkatama yang tahu bahwa dadanya kehilangan kehangatan yang ia rasakan beberapa saat yang lalu.
“Aku baik-baik saja,” ucap Kiyara.
“Nona Kiyara, apakah perlu untuk memanggil polisi?” Tanya Dipta saat ia masih menahan Kaya.
Kaya yang langsung ketakutan. “Kak Kiyara, aku salah. Tolong maafkan aku. Tolong jangan panggil polisi.”
Kiyara menatap Kaya yang terlihat ketakutan. Kaya yang langsung melirik ke arah Inez untuk meminta bantuan karena memang ini adalah rencananya.
“Kiyara jangan memanggil polisi. Dia adalah adikmu. Dia masih muda jadi emosinya masih labil. Lagi pula ia sudah meminta maaf.”
Kiyara menatap ke arah Inez lalu beralih ke arah Dipta.
“Pak Dipta, maaf merepotkanmu. Aku ingin panggil polisi.”
“Kak Kiyara!”
“Kiyara, Kaya masih keluargamu. Ini bisa mempengaruhi reputasi keluarga Nelson.”
“Apa hubungannya reputasi keluarga Nelson denganku?”
Inez terbelalak karena terkejut. “Kamu juga bagian dari keluarga Nelson.”
Kiyara langsung tersenyum meremehkan dan pergi dari sana.
Kiyar benar-benar memanggil polisi dan polisi langsung memanggil Kaya untuk dimintai keterangan dan diberi beberapa pertanyaan.
Kaya diinterogasi namun wanita itu memilih untuk bungkam, menolak untuk bersaksi. Ia menunggu pengacaranya. Kaya menatap Kiyara yang duduk dengan santai. Ia tidak pernah berpikir Kiyara menjadi berani dan tidak berperasaan.
Tak lama kemudian suara seorang wanita menangis sambil memanggil nama anaknya.
“Kaya, astaga anakku. Apakah kamu baik-baik saja?” Tanya Wendah dengan histeris.
“Bu, aku baik-baik saja.”
Di belakang Wendah ada seorang pengacara, Kiyara mengenalnya. Pengacara itu adalah pengacara pribadi keluarga Nelson, pengacara Ben. Pria itu sudah melayani keluarga Nelson selama beberapa tahun. Setidaknya, ketika ibu kandungnya masih Hidup.
Pak Ben hanya melirik ke arah Kiyara dan berjalan ke arah Kaya dan Wendah. Tak berselang lama, Ryan Nelson berlari masuk dengan raut wajah yang tegang. Tanpa sengaja matanya bertemu dengan mata milik Kiyara. Ia ingin berbicara dengan Kiyara namun suara istrinya membuatnya langsung mengurungkan niatnya.
“Sayang, lihat apa yang Yaya lakukan? Dia masih saudara Kaya, apakah dia harus bersikap seperti ini sampai melaporkannya ke kantor polisi?”
Wendah langsung menghampiri Kiyara. Wanita itu masih dengan tangisannya dan menyentuh tangan Kiyara.
“Yaya, aku tahu kamu tidak pernah menerimaku sejak aku menikah dengan ayahmu. Kamu pikir aku mencuri tempat ibumu, dan tidak peduli aku memperlakukanmu dengan baik dan benar. Aku selalu salah di matamu. Dulu ketika aku hamil adikmu, kamu bahkan melakukan hal yang tak terduga padaku sehingga aku harus kehilangan anakku.”
Wendah tahu satu-satunya kartu as yang ia miliki dan ia selalu menggunakannya ketika dalam keadaan mendesak dan benar saja raut wajah ayahnya langsung marah.
“Yaya, kamu bisa membenciku tapi tidak dengan Kaya. Dia saudaramu.” Wendah berteriak histeris sehingga menggiring opini untuk bersimpati padanya.
“Apa yang sebenarnya terjadi di antara kalian? Kenapa harus melibatkan polisi?”
“Wah, kalian berdua berpura-pura menjadi korban untuk mencari simpati orang lain.”
“Kiyara!” Ryan tampak marah.
Kiyara langsung menatap polisi di depannya. Polisi itu langsung berdehem dan menjelaskan duduk permasalahannya.
“Nona Kaya diduga ingin mencelakai Nona Kiyara. Ada rekaman cctv yang menguatkan dugaan,” ucap polisi tersebut.”
“Apakah itu benar?” Tanya Ryan masih tidak percaya.
“Itu benar dan bukan aku yang memanggil polisi melainkan asisten Arkatama Akhilendra.” Kiyara berbicara dengan tenang.
“Kak aku salah. Maafkan aku.” Kaya langsung meraih tangan Kiyara.
“Lepaskan tanganku.”
“Kak aku tidak akan melepaskan tanganku sebelum kamu memaafkanku.”
“Apakah kamu ingin berlutut untuk mendapatkan maafku?” Tanya Kiyara, sontak saja Kaya langsung terkejut.
Pengacara Ben sangat cekatan dan pintar jadi pria itu dengan mudah membebaskan Kaya tentu saja Kiyara tidak mau memperpanjang urusannya dengan Kaya. Lagi pula niat awal Kiyara tidak ingin memenjarakan Kaya. Ia hanya ingin menakutinya saja.
Sementara itu, Inez pergi ke kediaman Arkatama. Wanita itu duduk di sofa dengan tenang sambil menyeruput teh yang disiapkan pelayan beberapa menit yang lalu.
Lalu pelayan itu datang beberapa menit kemudian dan mengatakan, “Maaf tapi asisten Dipta mengatakan bahwa Tuan Muda sedang sibuk.”
Inez langsung membeku di tempatnya. Inez selalu berpikir bahasa Arkatama adalah pria yang tidak berperasaan namun saat melihat bahwa dia menyelamatkan Kiyara lantas uang menghancurkan persepsinya.
Tapi mengapa sikap Arkatama berbeda. Pria itu memperlakukannya berbeda. Semakin Inez memikirkannya semakin ia merasa gelisah. Ia mengunjungi rumah keluarga Akhilendra hanya untuk bertemu dengan Arkatama.
“Baiklah, aku mengerti.”
Pada akhirnya Inez pergi dengan wajah sedih. Matanya sudah berkaca-kaca dan ingin menangis. Ini sudah kesekian kalian ia diabaikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Fenti
bunga 🌹 buatmu kak
2024-01-24
0
Fenti
kasian sudah diabaikan😅😅
2024-01-24
0
Fenti
eehhhh sadis juga ucapanmu
2024-01-24
0