Arkatama baru saja keluar dari kamar mandi. Pria itu hanya mengenakan handuk yang dililitkan di pinggangnya. Matanya menatap wanita yang masih meringkuk di ranjang dengan selimut yang melilit tubuhnya.
Arkatama berjalan ke arah tempat tidur, mengumpulkan pakaian yang berserakan di mana-mana lalu membuangnya ke keranjang pakaian kotor. Pria itu lalu mengubah dirinya menjadi pria yang maskulin dengan setelan jas warna hitam yang cocok di badannya.
Arkatama mendekati wajah yang penuh dengan kelelahan.
“Maafkan aku,” ucap Arkatama lalu mengecup pelan dahi Kiyara dengan penuh kasih sayang sebelum keluar dari kamar.
Kiyara menggerakkan tubuhnya dengan malas. Badannya terasa sakit dan daerah antara kedua kakinya terasa perih. Dengan mata menyipit ia melihat ke arah jendela yang tirainya sudah terbuka.
Ia berjalan dengan tertatih menuju ke kamar mandi untuk membersihkan badannya yang terasa lengket. Setelah selesai mandi, ia teringat kopernya yang tertinggal bersama Mery.
Ketika ia keluar kamar, ternyata kopernya sudah berada di depan kamar. Ia langsung mencari dan mengambil tas selempang. Di sana ia tidak menemukan ponselnya lalu keluar kamar dengan langkah lesu.
Mansion Arkatama begitu sepi. Ketika Kiyara ke dapur ia kaget ketika melihat wanita yang sedang memasak.
“Ya ampun,” ucap Kiyara pelan, wanita tersebut juga kaget melihat Kiyara. Tapi ia langsung menutupinya.
“Anda ingin sarapan Nyonya Muda?” Tanya wanita itu.
Kiyara melihat wanita tersebut memakai celemek dan langsung menyadari bahwa wanita itu adalah housekeeper.
“Tidak terima kasih. Siapa namamu?” Tanya Kiyara sopan.
“Linda, Nyonya Muda.”
“Salam kenal Linda, panggil aku Kiyara saja.”
“Bagaimana bisa saya memanggil Nyonya Muda dengan sebutan nama saja.”
“Kalau begitu senyaman dirimu saja. Kalau begitu, aku pergi dulu.”
“Tuan Arkatama telah memberi instruksi untuk tidak mengizinkan anda pergi.”
“Apa maksudmu?”
“Maafkan saya Nyonya Muda. Saya hanya menjalankan perintah.”
Kiyara langsung berjalan keluar tanpa memedulikan teriakan Linda. Begitu ia membuka pintu.
“Nyonya Muda, anda tidak bisa pergi meninggalkan mansion ini tanpa persetujuan Tuan Arkatama. Bahkan jika anda bisa keluar mustahil bisa sampai ke jalan raya. Mansion ini terletak di tengah-tengah hutan kecil.”
Kiyara membeku, merasakan angin pagi yang lembut dari luar. Anginnya tenang menyapa.
“Hutan? Aku tidak paling takut hutan karena ada binatang buas. Arka pasti mengetahuinya.”
Pada saat itu, Kiyara tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis. Seberapa besar pria itu marah padanya sampai-sampai harus menjebaknya di Mansion ini.
“Anda tidak bisa keluar, tetaplah di sini dengan patuh.” Suara Linda tampak tenang.
Kiyara berbalik memperhatikan Linda. “Bisakah aku pinjam ponselmu.”
“Maafkan saya Nyonya Muda tapi selama kami dalam jam kerja, kami tidak bisa menggunakan ponsel.”
“Wah… dia begitu jeli.
“Sebaiknya Nyonya Muda sarapan. Sarapan sudah disiapkan.”
Kiyara sedang tidak ingin sarapan. Rasa sakit di sekujur tubuhnya mengingatkannya betapa menakutkan Arkatama ketika dia marah dan sekarang pria itu mengisolasinya di tempat terpencil ini.
Rencana dan juga jadwalnya akan terganggu jika hal-hal berlanjut seperti ini.
“Kapan dia kembali?”
“Tuan Arkatama biasanya sangat sibuk dan dia tidak sering datang ke sini.”
Di siang hari, Kiyara berbaring di sofa. Menghabiskan waktu dengan mengganti saluran televisi hanya untuk menemukan beberapa drama yang ia sukai. Tiba-tiba sebuah iklan muncul, yang menampilkan wajah Inez. Setelah melihat wajah Inez, Kiyara menunduk
Arkatama mengurungnya di tempat ini, jadi apa yang bisa ia lakukan dengan karirnya, kontrak yang ia sudah tanda tangani, film dan Mery? Mery pasti khawatir. Mereka baru saja tiba lalu hal yang tak terduga terjadi.
Linda berjalan ke arah Kiyara.
“Nyonya Muda, makan siang sudah siap.”
“Aku tidak akan makan.”
“Nyonya Muda, jika terus bersikap seperti ini. Anda akan sakit.”
“Ya, apa pedulimu.” Kiyara menatap Mery dengan sedih. “Aku sangat mengantuk, aku akan tidur siang.”
Kiyara berjalan ke lantai atas dengan lunglai. Begitu sampai ke kamarnya, ia langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang. Alasan ia tidak selalu melewatkan makanannya karena kia ingin melihat Arkatama dan kemudian menemukan cara untuk keluar. Mery pasti akan melaporkannya pada Arkatama.
Kiyara mengunci kamarnya dan membuka kopernya. Ia menyembunyikan makanan ringan di sana dan beberapa roti. Ia memakannya. Apakah dia bercanda untuk melewatkan makanannya? Ini tubuhnya jadi ia akan merawatnya.
Sepanjang sore, ia tidak ada yang mengganggu. Ia pikir Linda juga tidak ingin mengganggunya. Setelah menghabiskan waktu di dalam kamar, Kiyara tidak tahu kapan ia mulai tertidur sampai hawa dingin yang menyebar membuat dirinya terbangun.
“Sudah bangun?”
Suara dingin menyala dalam ringan dan ia bisa melihat dengan jelas sosok Arkatama yang duduk. Cahaya redup membuat Arkatama terlihat lebih berbahaya dan menyeramkan.
“Kiyara, apakah ini idemu untuk tidak makan sepanjang hari?”
“Bagaimana bisa kamu……???”
Seingatnya kamarnya sudah dikunci dari dalam.
“Oh benar ini mansionmu, tentu saja kamu mempunyai kunci cadangan.”
Arkatama langsung berjalan ke arahnya dan duduk di tepi ranjang dengan angkuh.
“Apakah kamu masih marah denganku? Kenapa kamu marah? Lagi pula, pada akhirnya aku juga akan kembali. Ayo lah Arka, kamu sudah cukup menghukumku.”
“Sudah cukup? Aku bahkan belum memulai.”
Arkatama langsung saja menciumnya. Luka di sudut bibirnya yang dibuat Arkatama kemarin kembali terkoyak. Arkatama kembali menyiksanya dengan kenikmatan.
Kiyara tahu ia membohongi Arkatama. Tidak ada yang bisa ia lakukan untuk mengembalikan keadaan. Ia tidak tahu bagaimana menjelaskan semuanya pada Arkatama.
“Kenapa kamu tidak menjelaskannya saja?”
“Apakah kamu akan mempercayaiku ketika aku menjelaskannya?”
Arkatama terkejut. Ia menunduk dan memperhatikan wajah Kiyara dalam diam.
Kiyara pikir, Arkatama akan mengatakan sesuatu namun tidak. Pria itu malah melakukannya dengan kasar dan brutal. Kiyara merasa pusing seluruh tubuhnya basah karena keringat dan juga ****** ***** mereka.
Pada hari-hari berikutnya, Kiyara mengubah tindakannya dan menjadi sangat penurut. Ia makan dengan rajin dan berdiam diri di mansion tanpa membuat keributan. Kehidupan di mansion begitu damai tanpa Arkatama.
Seminggu telah berlalu ketika Linda menerima panggilan dari Dipta bahwa Arkatama akan datang. Mery kemudian menjadi gelisah karena belum melihat Kiyara sama sekali. Kiyara pergi dan tidak ada seorang pun seluruh orang mansion yang menyadarinya.
Seorang pelayan muda berlutut menangis di lantai. Ia menangis sambil mengenakan pakaian Kiyara. Dipta menemukan rekaman CCTV dan memutarnya di depan Arkatama.
“Presdir, Nyonya Kiyara membuatnya pingsan sebelum berganti pakaian dan menyelinap ke mobil yang keluar untuk berbelanja.”
Udara dingin menyelimuti ruangan tamu. Semua orang merasa gugup dan gemetar.
Wajah Arkatama tanpa ekspresi. Tidak ada emosi yang ditunjukkan namun itu sudah cukup membuat orang ketakutan.
Linda menggigit bibirnya dan benar-benar membenci Kiyara mulai saat itu.
Arkatama menyaksikan rekaman tersebut dan wajahnya langsung berubah menjadi gunung es,
“Istri kecilku sedang bermain -main denganku sekarang.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Fenti
bunga 🌹 mendarat dengan selamat 😁
2023-11-17
0
Fenti
bunga 🌹 mendarat dengan selamat 😁
2023-11-17
0
Fenti
whaaat?, terus kiyara
2023-11-17
0