Kisah Dibalik Gaun Putih

Kisah Dibalik Gaun Putih

Percayalah, Jodoh Tak akan Kemana

"Mana bisa lulus SMA langsung nikah mah" Jawabku kaget ketika mama berkata akan menikahkanku dengan anak teman papa sebelum kami pergi kuliah.

"Mila, dengan status sosial kamu yang seperti ini, mana tenang papa melepaskan kamu hidup seorang diri. sedangkan mama dan papa ada banyak pekerjaan disini, tidak mungkin kami ikut kamu pindah" ucap papa yang dari tadi diam.

"Mana ada ma, pa, mahasiswa baru berstatus istri? Gimana bisa aku memulai karir dan bersaing dengan anak seusiaku kalau aku punya batasan yang mereka belum punya" Jawabku dengan emosi menggebu-gebu

"Oke, kalau kamu nggak mau di nikahkan dengan anak temen papa nggak masalah. Tapi, konsekuensinya adalah kamu tidak boleh kuliah keluar kota. kamu harus terima kuliah di kampus dan jurusan yang papa pilihkan di kota ini. TITIK" Ucap papa marah

"Mana bisa gitu pa, aku punya kampus impian aku sendiri, aku punya cita-cita dan mimpi aku sendiri. aku juga punya rencana hidup aku sendiri. ini hidupku pa" Jawabku menandingi emosi papa

"aku baru aja Wisuda SMA pa. baru aja aku lulus dari SMA Pambudi 1. baru aja masa depan ku mau aku mulai. pernikahan itu bukan permainan pa. belum waktunya aku menikah. belum waktunya aku berstatus sebagai istri. Sekarang waktunya aku belajar dan berusaha menggapai cita-cita ku" Ucapku lagi yang masih menggebu-gebu dengan emosiku.

"susah payah pa aku berusaha masuk ke kampus idaman hampir seluruh lulusan SMA. harusnya mama dan papa bangga dan mendukung aku bisa kuliah disana. bukannya malah ngide mau nikahin aku se-dini ini. ini juga bukan zaman siti nur baya yang mana orangtua menentukan jodoh dan kapan anaknya harus menikah pa" Ucapku lagi tanpa menunggu papa menjawab karena emosiku memang sedang menggebu-gebu.

"pernikahan ini bukan sembarang pernikahan Mila. lelaki yang papa pilihkan untuk kamu bukan sembarang lelaki. dia lelaki terbaik sepanjang pengamatan papa tentang remaja saat ini!!" Ucap papa dengan nada yang lebih tinggi dari aku.

"Papa, Mila. CUKUP!!" teriak mama melerai pertengkaran kami.

"Sekarang dengerin mama, biar mama yang ngomong" imbuh mama lagi.

"Mila, mama tahu maksud kamu. Mama ngerti perasaan kamu. Tapi, kamu juga harus berusaha memahami hal yang mama dan papa sampaikan dari sudut pandang kami. Kamu punya pacar?" Tanya mama

"Yaa, aku punya pacar" jawabku berbohong padahal sebenarnya aku tidak memiliki pacar. Bahkan aku belum pernah sekalipun pacaran

"Oke, besok sore kita ada dinner sama keluarga calon suami kamu. Kalau kamu benar-benar menolak dan tidak menginginkan pernikahan yang mama dan papa atur, bawa pacar kamu menemui kami dan keluarga calon suamimu. Seperti apapun pilihan kamu, mama setuju" Ucap mama yang membuatku tak bisa menolak atau membuat alasan.

"Mampus, mampus, mampus, gimana caranya cari pacar dalam waktu 24 jam" Ucapku dalam hati tanpa menjawab ucapan mama. Sedangkan papa terlihat sangat jengkel dengan apa yang dikatakan mama, karena calon suamiku bukan dari keluarga biasa katanya.

"Oke akan aku bawa pacarku ke hadapan mama dan papa. Sekarang aku mau keluar dulu. Aku harus jelasin semuanya ke pacarku. Aku takut dia salah paham." ucapku yang langsung berbalik badan tanpa menunggu jawaban.

"kamu cinta sama pacarmu?" tanya mama ketika aku berada di depan pintu

"kalau nggak cinta, mana mungkin aku pacarin dia ma. lagipula dia juga bukan sembarang pacar." jawabku yang kemudian membuka pintu dan langsung keluar tanpa menunggu mama menjawab lagi.

"seperti apa sebenarnya rasanya pacaran?" tanyaku dalam hati ketika aku berjalan ke luar.

"Ma, mama ini gimana sih malah ngomong gitu, keluarga pak Sandi ini bukan keluarga biasa loh. Mau di taruh dimana muka papa" ucap papa memarahi mama setelah aku pergi.

"Tenang pa, mama tahu. Mila itu nggak punya pacar. Jadi mustahil kalau besok dia akan datang dengan pacarnya" Jawab mama

*Disisi Lain*

"Nggak! Pokoknya Elang nggak mau. TITIK" Jawab Elang

"Calon pilihan mama ini cantik, pinter, terlebih dia dari keluarga yang jelas asal usulnya" ucap Mama Elang

"Sekali nggak tetep enggak!" Jawab Elang

"Oke, Mah, hubungi notaris papa. bilang semua harta warisan papa, akan papa sumbangkan dan tidak ada satu rupiah pun yang akan papa wariskan" Ucap Papa Elang

"Tuh kan, ngapain sih pa bawa-bawa warisan segala. Aku nolak karena aku punya pacar pa, aku punya pilihanku sendiri yang sangat aku cintai" Ucap Elang

"Ayolah paaa. papa kan juga pernah muda. masih muda sampe sekarang malahan. masa iya mau jodohin elang" ucap elang yang masih berusaha mengelak.

"18 belas tahun pah usia elang. gila nggak tuh mau nikah? baru mekar mekarnya di kerumuni kumbang, asekk" Ucap elang lagi

"Pacar elang cantik pa, dia kakak kelas elang. udah kuliah di Jogja makanya mau elang susulin" ucap elang

"apalagi pacar kamu di Jogja. makin semangat mama jodohin kamu" jawab mama elang

"eh itu pilihan kedua ma, ban serep laah. pilihan pertama elang temen elang sendiri. satu angkatan. bukan spek sembarangan dia ma. elang yakin, dia tipe mama banget. lebih dari yang mau di jodohin sama elang" jawab elang

"gimana sih kamu ini" Ucap papa elang

"kaya papa nggak pernah muda dan punya pacar lebih dari dua aja" Jawabku

"papa dulu pas usianya se kamu udah setia sama satu wanita. 20 tahun papa nikah" jawab papa

"ayolah lang. mau cari yang gimana lagi, ini spek idaman dewa" ucap papa meyakinkan elang.

"pokoknya elang punya pacar. ayolah paaa realistis, jangan begini." ucap elang.

"Oke. Bawa pacar yang katanya kamu cinta itu besok ke restoran Laksvana jam 7 malam" Jawab Papa Elang.

"Siapa takut." Jawab elang sambil berjalan keluar rumah karena ia sedang bingung mencari pacar sewaan dimana. ia tak mau kalau sampai warisan itu tak jatuh ke tangannya namun, ia juga tak mau menerima perjodohan itu meskipun ia tak punya pacar.

"Hallo Ve" Ucap Elang ketika telpon yang ia tuju di angkat.

"Sudah nggak ada lagi urusan diantara kita. Jadi, jangan ganggu aku lagi" Jawab venya yang tak lain adalah mantan pacar Elang.

"Cuma mau minta tolong jadi pacar aku semalem aja buat dikenalin sama papah. Nanti aku transfer uang jajan" Ucap Elang yang justru membuat Venya tersinggung.

"Lang, Satu juta kali aku bilang nggak semua hal bisa di rupiahkan dan nggak semua hal bisa diselesaikan dengan uang" jawab venya sambil menutup telpon tanpa menunggu jawaban Elang.

Terpopuler

Comments

Beerus

Beerus

Baca ini sambil minum teh hangat, perfect combo ❤️

2023-08-01

1

Meliora

Meliora

Kalau lagi galau, baca cerita ini bisa bikin mood jadi lebih baik, terimakasih thor!

2023-08-01

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!