"siapa namamu" tanya mbah jenggot setelah aku sampai diatas panggung
"Dzemila Sania mbah, saya akrap di sapa Mila" Jawabku tanpa ragu.
"apa kamu yakin terlibat dalam panggung ini?" tanya mbah jenggot sambil menatapku dengan serius.
"ya mbah, saya yakin" jawabku
"Baiklah kalau begitu" jawabnya sambil berjalan mendekatiku lalu melepaskan microphonenya dan berbisik
"Jika ada sesuatu yang tidak beres terjadi denganmu, datanglah ke pertapaanku di Gunung hijau" bisik mbah jenggot tepat di telingaku dan membuatku merinding.
"baik mbah" ucapku sambil mengangguk dan tersenyum
"apa yang akan terjadi padaku, hah" ucapku dalam hati meremehkannya.
pertunjukan dimulai. aku yang pada awalnya berfikir ini akan gagal justru dibuat terheran dengan apa yang di lakukan mbah jenggot. semuanya berjalan sempurna.
pertama, tubuhku bisa terbang, naik ke atas. bahkan aku bisa memetik buah mangga yang ada di ujung tempat pertunjukan dan membagikannya pada penonton dan peserta.
kedua, aku bisa berjalan diatas pecahan botol kaca tanpa alas kaki dan itu rasanya tidak sakit sama sekali. bahkan, penonton di buat histeris dengan aksi ketiga yaitu, mbah jenggot menebasku dengan pedang yang sangat tajam namun tidak mempan sama sekali. padahal sebelumnya, pedang itu digunakan untuk menebas kelapa dan terbelah jadi dua pada sekali ayunan.
tak hanya penonton yang menyaksikan langsung, seluruh penonton melalui live streaming juga tak kalah histeris, tak terkecuali elang. dia bahkan teriak ketika pedang di ayunkan ke arahku.
"milaaaaaaaa" begitulah kira-kira teriakan elang sambil menutup matanya.
Usai sudah pertunjukan sekaligus pentas seni tahunan pada hari itu. Setelah kami sebagai panitia membereskan semuanya dan berkumpul untuk evaluasi, kami pulang ke rumah kami masing-masing.
Sejak aku naik panggung hingga saat aku pulang, aku tidak sempat membuka ponselku. Tak ku sangka, aksi yang ku lakukan bersama mbah jenggot menuai banyak pujian dan membuat sosial mediaku bertambah followers secara drastis. hari ini, aku menjadi trending. "Dzemila Sania" .
Ketika berjalan pulang, aku belum merasakan keanehan. aku segera bergegas menuju rumah karena saat itu langit tampak mendung, sepertinya akan turun hujan.
sesampainya di rumah, aku masuk ke dalam kamar dan merebahkan tubuhku di atas kasur. Aku kemudian membuka ponselku dan menemukan bahwa followersku bertambah 3.000 hanya dalam waktu kurang dari 3 jam.
"Waaaaaw, ini menakjubkan" ucapku melihat pertumbuhan statistik followers yang sangat signifikan.
"sebentar lagi si cantik Mila ini akan menjadi selebriti hihihi" ucapku sambil menutup mulutku. seketika rasa lelahku sirna begitu saja.
"Mila, apa lu bisa lebih pintar sedikit?" teriak elang dari depan kamarku saat berjalan masuk kamarku dengan ekspresi dan nada marah.
"apasih lang" Jawabku tanpa bangun
"lu tu bisa bedain mana bahaya, mana mainan, mana boleh dan mana nggak boleh nggak sih?" ucap elang masih dengan nada marah.
"Ya kan gua cuma mau buktiin sulapnya itu nyata apa rekayasa, dan ternyata emang nyata" Jawabku sambil duduk.
"apa harus gitu buktiinnya?" tanya elang masih dengan tatapan tajam.
"ya gimana lagi lang cara ngebuktiinnya kalau ngga terlihat langsung?" jawabku
"lagian elu ngapain sih dateng-dateng marah?" timpalku lagi
"gimana cara komunikasi yang lebih tepat lagi sama cewek modelan kaya elu? kalau ada apa-apa sama elu yang pasti di marahin dua keluarga besar pasti gua mil, karna gua lalai jagain elu" jawab elang yang masih marah.
"ya nyatanya gua nggakpapa kan" Jawabku santai, karena aku takut. baru kali ini aku melihat elang marah bahkan dengan kemarahan seperti ini.
"pas mbah jenggot ngehampirin elu, dia ngomong apa?" tanya elang
"oh, itu. kalau terjadi apa-apa sama gua, gua disuruh nemuin dia di gunung hijau. tapi gua gatau Gunung hijau itu ada dimana, jadi gua iyain aja" jawabku polos
"astaga milaaa si bodoh iniiiii" jawab elang sambil memberantakkan rambutnya sendiri dan berjalan keluar
"apasih ngebesarin hal-hal kecil" ucapku sambil terus melihat sosial mediaku dengan penuh rasa bahagia.
Elang berjalan masuk ke dalam kamarnya lalu membuka laptopnya. Ia mencari tahu letak gunung hijau
"Syukurlah nggak jauh dari sini" ucap elang sambil terus membaca artikel yang ia temukan
"whatttt? perjalanan naik dengan jalan kaki selama 4 jam? gila sih ini gilaaaaaaaaa. milaaaaaaaaaaaaa" teriak elang
"ngingggggggggggggg" Pada saat itu, telingaku langsung berdengung
"kenapa ini kenapa hm" tanyaku pada diriku sendiri namun lagi-lagi aku tak menghiraukannya.
kala itu, jam menunjukkan pukul 5 sore, artinya sebentar lagi adzan Maghrib berkumandang.
"calon bintang mandi dulu ah" ucapku pada diriku sendiri lalu berdiri dan menarik handukku yang berada di jemuran handuk. disini, keanehan mulai muncul. saat aku menarik handukku, seperti ada sosok lain yang ikut menariknya juga.
"Elanggggggggggg" teriakku sambil berlari dan masuk ke kamar elang
"aaaaaaaaaaaaaaaaaaa" teriak elang karena ia hanya memakai ****** ***** dan handuk.
"aaaaaaaaaaaaaaa" teriakku karena handuk yang digunakan oleh elang melorot
"aaaaaaaaaaaaaaa" teriak elang lagi sambil menutupi alat vitalnya, padahal dia sudah memakai boxer
"udah lang udah, nggak usah panik, nggak usah teriak lagi, gua capek. elu pake celana. lagipula kita udah nikah. kaga dosa lang kaga" ucapku yang masih ngos-ngosan karena berlari ditambah berteriak.
"ya elu ngapain masuk kamar gua tiba-tiba tanpa permisi atay aba-aba" tanya elang
"Elu bener Lang, mbah jenggot ninggalin efek samping buat gua. gua mulai ngrasain hal aneh" ucapku sambil duduk di ranjang elang
"aaaaaaaaaaa" teriakku karena aku merasa ada tangan berdarah yang memegang kakiku dari kolong kasur.
"apasih mil" tanya elang keheranan karena melihatku menarik kakiku dan naik ke atas tempat tidur.
"barusan ada yang pegang kaki gua lang. sepasang tangan berdarah dari kolong kasur" ucapku ketakutan.
"trus tadi di kamar, pas gua ambil handuk ini, ada sosok yang narik handuk ini lang. makanya gua buru-buru lari kesini tanpa permisi atau aba-aba. elukan tau gua penakut lang" jawabku lagi yang sekaligus menjawab pertanyaan elang kenapa aku langsung menerobos kamarnya.
"tuh kan, apa gua bilang. sulap mbah jenggot nggak mungkin mil kalau nggak ninggalin efek samping apapun." jawab elang sambil memakai kaos
"nggak ada pilihan lain lagi mil, kita harus ke gunung hijau buat nemuin mbah jenggot supaya dia menutup kembali mata batinmu" Ucap elang menawarkan solusi
"tapi mil" ucap elang lagi
"Tapi apa lang" tanyaku
"gunung hijau tempat mbah jenggot berada, memerlukan waktu pendakian 4 jam jalan kaki" ucap elang sambil menatap ke langit-langit kamar.
"huh" jawabku pada elang sambil membayangkan berbagai bentuk hantu yang akan ku lihat di hutan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments