Elang pulang dengan perasaan menggebu-gebu. Saat masih berada dijalan, angan-angannya ingin segera sampai rumah agar bisa langsung menerkamku.
Ketika elang sampai, aku sudah tidur. aku bahkan tidak menyadari jika elang masuk ke dalam kamarku yang memang tak ku kunci karena ini kamar bersama.
usai membuka pintu, Elang sudah mempersiapkan tenaga untuk mendebatku namun, setelah masuk, ia menemukanku tidur lelap. Seluruh amarahnya tiba-tiba hilang setelah ia melihat lelapku.
"Untung udah tidur" Bisik elang sambil menyelimuti tubuhku lalu membalikkan badan dan berjalan keluar.
malam semakin larut, namun elang tak juga tidur. Ia justru duduk melamun di lantai atas rumah kami, melihat lampu terang dari beberapa hotel di ujung sana.
"kok bisa sih cerita hidup gua jadi begini" ucap elang dalam hati sambil melihat jauh ke depan.
"dipertahankan nggak cinta, di ceraikan kok jadi duda. ngenes amat" bisik elang lagi.
"Gua mah mendingan duda keren, lah Mila, kalau dia janda suaminya nanti nggak akan percaya kalau dia masih perawan karena statusnya" bisik elang lagi
"huh kok jadi over thinking sih gua" ucap elang sambil menggosok rambut dengan kedua tangannya.
karena kecapekan, tanpa sengaja, elang tertidur di Rooftop rumah, hingga keesokan paginya, Mila menemukan Elang dalam keadaan menggigil kedinginan namun badannya demam.
"syalalala huu uuuuuu uuuu" senandung ku sambil menjemur handuk yang telah ku cuci bersih, entah ada angin apa yang merasuki tubuhku sehingga aku jadi serajin ini.
"Astaga" ucapku kaget saat membalikkan tubuhku dan melihat elang terbaring
"Ngapain manusia satu ini tidur disini" gelengku sambil berjalan menghampirinya
"Lang, lang bangun" Ucapku tanpa menyentuhnya, namun ketika ku lihat lebih detail lagi, elang tampak menggigil.
"Lang" Ucapku dengan lebih lembut
"Di.. i... i.. ngi.. In miiiiiiil" ucapnya sambil terbata-bata karena menggigil
"astaga, ngapain tidur disini" Ucapku biasa saja sambil memeriksa tubuh Elang, karena aku merasa Elang hanya menipuku
"perasaan kamar banyak, dikunci juga kaga, kenapa pake acara tidur di sini sih" Ucapku ngedumel sambil membangunkan tubuh elang.
"mill.. di...nginnn" ucapnya lagi
"Bagos aktingnya topp. besok ikut casting ya" Ucapku lagi sambil membangunkan elang, namun ketika tubuhnya ku lepaskan ia hampir terjatuh.
"Yaudah deh iya ayo gua papah turun tangga" Ucapku yang masih mengira Elang hanya akting.
Elang memelukku dengan sangat erat. Baru kali ini ia menerima kontak fisik denganku. Satu persatu anak tangga ku turuni, setelah sampai di bawah, aku membawanya masuk ke dalam kamarku karena itu tempat terdekat.
"se... li... mut... milll" Ucap elang sambil menggigil, kali ini, aku baru percaya bahwa ia benar-benar kedinginan dan tidak sehat.
"Lang" Ucapku sambil memeriksa tubuhnya dengan lebih detail.
"astaga, gua kira elu akting" Ucapku setelah merasakan suhu tubuhnya yang benar-benar dingin
"ka.. lo.. gu.. aa.. ka.. gaa.. saaaaa.. kittt.. gu... aaaa.. bu... nuhh... eluuuu.." Ucap elang terbata-bata yang membuatku tertawa terbahak-bahak karena merasa ia tak berdaya.
elang sudah tak lagi memperdulikan Mila yang menertawakannya, badannya terasa tidak karuan.
"sebentar gua beliin bubur sama Paracetamol ke depan gang ya" Ucapku sambil menahan tawa melihat elang menggigil tanpa mendapat jawaban darinya.
"Mah, Elang demam. kalau demam gini, penanganannya gimana ya mah" Tulisku sambil berjalan
"Elang biasanya kalau demam skin to skin mil sembuhnya" jawab mama elang yang tak lain adalah ibu mertuaku. beliau memang sengaja melakukannya agar aku dan elang lebih dekat lagi layaknya pengantin baru yang sedang dimabuk asmara.
"GILA" ucapku setelah membaca pesan itu
"selain itu diapain lagi mah biar cepet turun, ini panas banget, Mila takut Elang kenapa-kenapa" tulisku mencoba mencari solusi lain.
"kamu kasih dia bubur, trus Paracetamol setelah itu skin to skin sambil kamu elus kepalanya, nanti sejam aja dia panasnya udah turun" Tulis mama di ujung sana yang membuatku tambah bergidik
"mama mah di tanya sama anaknya malah gitu ngejawabnya" jawabku
"itu cara paling bener Mil, lagipula Elang nggak akan bisa nginget apapun kalau dia demam. memory terakhirnya pasti beberapa jam sebelum demam" ucap ibu mertua tersayangku diujung telpon sana.
"udah dulu ya mil ya, mama mau siap-siap rapat sama agensi. titip elang ya mil, terimakasih sayang" ucap mama tanpa menunggu aku menjawab dan langsung menutup telponnya.
'mila, mila, polos sekali jadi anak. setelah sembuh elang pasti sangat berterimakasih sama mamanya karena bisa bikin istrinya se bucin itu hahaha' ucap mama Elang setelah menutup telponku.
"ikutin ajalah saran dari mama, lagipula besok juga ada banyak acara. kalau elang masih sakit pasti nggak bisa ikut" ucapku sambil berjalan ke sebuah warung makan untuk membeli sarapan.
"bubur satu ya bu, sama nasi ayamnya satu" ucapku memesan makanan yang aku inginkan.
"ini mbak" ucap ibu itu setelah beberapa saat sambil memandangiku.
"terimakasih" ucapku sambil meraih makanan itu dan bergegas pergi
'kenapa ibu itu lihatin aku dari ujung ke ujung ya, apa karna belum mandi' ucapku dalam hati sambil mempercepat langkahku.
*sesampainya di rumah*
"Lang, makan dulu ya" ucapku lirih, kali ini aku sudah tidak tertawa.
"pusing mil" jawab elang
"yok gua bantu duduk" ucapku sambil memeluk Elang untuk membantunya duduk. saat itu, wajahku dan wajahnya sangat dekat.
'ganteng ya' ucapku dalam hati sebelum beristighfar karena tersadar.
Elang memegang sendok dan semangkuk bubur yang tadi ku berikan, tapi ia tak juga memakannya.
"terlalu pusing buat gerak mil" ucap Elang
"sini aku suapin" jawabku sambil mengambil bubur dan sendok itu dari tangan elang
hanya dua suap, benar-benar hanya dua suap yang ia makan. setelah itu, ia merengek dan berkata mau muntah.
"yaudah, minum obatnya terus tidur" ucapku membuka obat dan meletakkannya di mulut elang yang kemudian di susul air minum.
setelah minum obat, aku membaringkan tubuh elang kembali dan menyelimutinya.
'gini kali ya kalau punya suami beneran trus dia lagi sakit' ucapku dalam hati sambil mengelus kepala elang karena tangannya tak berhenti memegang kepalanya, sepertinya sangat sakit.
"nanti kalau panasmu nggak turun, kita ke dokter ya lang" ucapku sambil terus mengelus kepalanya.
Elang tak menjawabku, ia hanya mengangguk bahkan tanpa membuka matanya.
"sakit beneran ya lang. elu biasanya nyebelin trus diem aja gini aneh rasanya" Ucapku
Amarah elang seketika mereda merasakan kasih sayang yang di berikan oleh Mila. Elang yang biasanya tak bisa tidur bahkan bisa tidur meskipun tidak lelap. ia tetap membutuhkan sebuah pelukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments