"Mana bisa lulus SMA langsung nikah mah" Jawabku kaget ketika mama berkata akan menikahkanku dengan anak teman papa sebelum kami pergi kuliah.
"Mila, dengan status sosial kamu yang seperti ini, mana tenang papa melepaskan kamu hidup seorang diri. sedangkan mama dan papa ada banyak pekerjaan disini, tidak mungkin kami ikut kamu pindah" ucap papa yang dari tadi diam.
"Mana ada ma, pa, mahasiswa baru berstatus istri? Gimana bisa aku memulai karir dan bersaing dengan anak seusiaku kalau aku punya batasan yang mereka belum punya" Jawabku dengan emosi menggebu-gebu
"Oke, kalau kamu nggak mau di nikahkan dengan anak temen papa nggak masalah. Tapi, konsekuensinya adalah kamu tidak boleh kuliah keluar kota. kamu harus terima kuliah di kampus dan jurusan yang papa pilihkan di kota ini. TITIK" Ucap papa marah
"Mana bisa gitu pa, aku punya kampus impian aku sendiri, aku punya cita-cita dan mimpi aku sendiri. aku juga punya rencana hidup aku sendiri. ini hidupku pa" Jawabku menandingi emosi papa
"aku baru aja Wisuda SMA pa. baru aja aku lulus dari SMA Pambudi 1. baru aja masa depan ku mau aku mulai. pernikahan itu bukan permainan pa. belum waktunya aku menikah. belum waktunya aku berstatus sebagai istri. Sekarang waktunya aku belajar dan berusaha menggapai cita-cita ku" Ucapku lagi yang masih menggebu-gebu dengan emosiku.
"susah payah pa aku berusaha masuk ke kampus idaman hampir seluruh lulusan SMA. harusnya mama dan papa bangga dan mendukung aku bisa kuliah disana. bukannya malah ngide mau nikahin aku se-dini ini. ini juga bukan zaman siti nur baya yang mana orangtua menentukan jodoh dan kapan anaknya harus menikah pa" Ucapku lagi tanpa menunggu papa menjawab karena emosiku memang sedang menggebu-gebu.
"pernikahan ini bukan sembarang pernikahan Mila. lelaki yang papa pilihkan untuk kamu bukan sembarang lelaki. dia lelaki terbaik sepanjang pengamatan papa tentang remaja saat ini!!" Ucap papa dengan nada yang lebih tinggi dari aku.
"Papa, Mila. CUKUP!!" teriak mama melerai pertengkaran kami.
"Sekarang dengerin mama, biar mama yang ngomong" imbuh mama lagi.
"Mila, mama tahu maksud kamu. Mama ngerti perasaan kamu. Tapi, kamu juga harus berusaha memahami hal yang mama dan papa sampaikan dari sudut pandang kami. Kamu punya pacar?" Tanya mama
"Yaa, aku punya pacar" jawabku berbohong padahal sebenarnya aku tidak memiliki pacar. Bahkan aku belum pernah sekalipun pacaran
"Oke, besok sore kita ada dinner sama keluarga calon suami kamu. Kalau kamu benar-benar menolak dan tidak menginginkan pernikahan yang mama dan papa atur, bawa pacar kamu menemui kami dan keluarga calon suamimu. Seperti apapun pilihan kamu, mama setuju" Ucap mama yang membuatku tak bisa menolak atau membuat alasan.
"Mampus, mampus, mampus, gimana caranya cari pacar dalam waktu 24 jam" Ucapku dalam hati tanpa menjawab ucapan mama. Sedangkan papa terlihat sangat jengkel dengan apa yang dikatakan mama, karena calon suamiku bukan dari keluarga biasa katanya.
"Oke akan aku bawa pacarku ke hadapan mama dan papa. Sekarang aku mau keluar dulu. Aku harus jelasin semuanya ke pacarku. Aku takut dia salah paham." ucapku yang langsung berbalik badan tanpa menunggu jawaban.
"kamu cinta sama pacarmu?" tanya mama ketika aku berada di depan pintu
"kalau nggak cinta, mana mungkin aku pacarin dia ma. lagipula dia juga bukan sembarang pacar." jawabku yang kemudian membuka pintu dan langsung keluar tanpa menunggu mama menjawab lagi.
"seperti apa sebenarnya rasanya pacaran?" tanyaku dalam hati ketika aku berjalan ke luar.
"Ma, mama ini gimana sih malah ngomong gitu, keluarga pak Sandi ini bukan keluarga biasa loh. Mau di taruh dimana muka papa" ucap papa memarahi mama setelah aku pergi.
"Tenang pa, mama tahu. Mila itu nggak punya pacar. Jadi mustahil kalau besok dia akan datang dengan pacarnya" Jawab mama
*Disisi Lain*
"Nggak! Pokoknya Elang nggak mau. TITIK" Jawab Elang
"Calon pilihan mama ini cantik, pinter, terlebih dia dari keluarga yang jelas asal usulnya" ucap Mama Elang
"Sekali nggak tetep enggak!" Jawab Elang
"Oke, Mah, hubungi notaris papa. bilang semua harta warisan papa, akan papa sumbangkan dan tidak ada satu rupiah pun yang akan papa wariskan" Ucap Papa Elang
"Tuh kan, ngapain sih pa bawa-bawa warisan segala. Aku nolak karena aku punya pacar pa, aku punya pilihanku sendiri yang sangat aku cintai" Ucap Elang
"Ayolah paaa. papa kan juga pernah muda. masih muda sampe sekarang malahan. masa iya mau jodohin elang" ucap elang yang masih berusaha mengelak.
"18 belas tahun pah usia elang. gila nggak tuh mau nikah? baru mekar mekarnya di kerumuni kumbang, asekk" Ucap elang lagi
"Pacar elang cantik pa, dia kakak kelas elang. udah kuliah di Jogja makanya mau elang susulin" ucap elang
"apalagi pacar kamu di Jogja. makin semangat mama jodohin kamu" jawab mama elang
"eh itu pilihan kedua ma, ban serep laah. pilihan pertama elang temen elang sendiri. satu angkatan. bukan spek sembarangan dia ma. elang yakin, dia tipe mama banget. lebih dari yang mau di jodohin sama elang" jawab elang
"gimana sih kamu ini" Ucap papa elang
"kaya papa nggak pernah muda dan punya pacar lebih dari dua aja" Jawabku
"papa dulu pas usianya se kamu udah setia sama satu wanita. 20 tahun papa nikah" jawab papa
"ayolah lang. mau cari yang gimana lagi, ini spek idaman dewa" ucap papa meyakinkan elang.
"pokoknya elang punya pacar. ayolah paaa realistis, jangan begini." ucap elang.
"Oke. Bawa pacar yang katanya kamu cinta itu besok ke restoran Laksvana jam 7 malam" Jawab Papa Elang.
"Siapa takut." Jawab elang sambil berjalan keluar rumah karena ia sedang bingung mencari pacar sewaan dimana. ia tak mau kalau sampai warisan itu tak jatuh ke tangannya namun, ia juga tak mau menerima perjodohan itu meskipun ia tak punya pacar.
"Hallo Ve" Ucap Elang ketika telpon yang ia tuju di angkat.
"Sudah nggak ada lagi urusan diantara kita. Jadi, jangan ganggu aku lagi" Jawab venya yang tak lain adalah mantan pacar Elang.
"Cuma mau minta tolong jadi pacar aku semalem aja buat dikenalin sama papah. Nanti aku transfer uang jajan" Ucap Elang yang justru membuat Venya tersinggung.
"Lang, Satu juta kali aku bilang nggak semua hal bisa di rupiahkan dan nggak semua hal bisa diselesaikan dengan uang" jawab venya sambil menutup telpon tanpa menunggu jawaban Elang.
"ini cewek kenapa sih sensian mulu. dulu gimana coba, dikit dikit Lang shopping, Lang jalan, Lang Mall, Lang lipcream, Lang mau keramas di salon. sekarang sok sokan bilang, nggak semuanya bisa diselesaikan dengan uang. Dulu gimana?" Ucap Elang kesal setelah Venya menutup telponnya.
"vee, gua cuma butuh bantuan elu buat pura-pura jadi pacar gua" tulisku pada pesan singkat yang di kirim elang pada venya.
"Tidak ada pura pura yang berakhir baik lang. kadang sebagai manusia kita harus menerima takdir tuhan" balas Venya
"sekarang mau gimana coba." ucapnya lagi setelah membaca balasan venya.
"mau dimana coba nemuin pacar dalam waktu kurang dari 24 jam?" ucap elang lagi yang sedang kebingungan.
elang lalu membuka akun sosial medianya dan mulai melihat-lihat satu persatu wanita yang mengiriminya pesan.
"ah mana bisa mereka semua ku kenalkan pada mama dan papa. yang ada nanti di tolak mentah-mentah dan langsung dinikahkan secara paksa detik itu juga dengan pilihan mereka" ucap elang yang sudah mulai pesimis. satu sisi ia tak mau di jodohkan dengan wanita manapun karena ia punya selera sendiri, tapi di sisi lain ia juga tak mau kehilangan warisan dari papanya yang tak terhingga itu.
tak lama kemudian, ponsel Elang berbunyi. Telpon dari sepupunya Dealova Andara
"Ngopi yuk Lang" Ajak Dea tanpa basa basi setelah elang mengangkat telponnya.
"suntuk nih gua nggak ada kerjaan." Timpalnya lagi sebelum elang menjawab
"tempat biasa ya" Jawab elang
"dih, tumben cepet" Jawab Dea
"Om sama tante lu tiba-tiba ngide jodohin gua. katanya kalau gua gamau nikah sama pilihannya, warisan kaga dibagi ke gua" Ucap Elang Kesal
"hahahahahahahahahah" Dea tak menjawab apapun, ia hanya tertawa di ujung telpon. tawanya membuatku 360° lebih kesal.
"sumpah ini nggak lucu" Ucap Elang
"udah sih di tolak aja biar warisannya gua yang ngewarisin" ucap dea membercandai elang.
"nggak ngasih solusi malah nambahin beban hidup gua" Jawab elang yang semakin kesal.
"ya gimana caranya nolak coba?" tanya Dea
"mama sama papa bakal batalin perjodohan yang mereka rencanakan kalau gua bisa kenalin pacar gua ke mereka. kalau pacar gua masuk kriteria mereka, mereka bakal stop jodohin gua, karena tujuan mereka cariin gua jodoh adalah buat cari cewek yang bisa ngatur gua" curhat elang
"emang gua selama ini terlalu liar?" tanya elang
"nggak sih biasa aja. lu cuma terlalu bodoh dan sering di manfaatin sama cewek liar" ucap Dea.
"siapa coba yang bisa gua kenalin ke orangtua gua" ucap elang lagi
"Ya tinggal bilang aja elu punya pacar Lang, kenalin lah Venya" ucap Dea setelah ia selesai tertawa
"Gua udah putus. tadi gua udah telpon venya, tapi dia malah marah-marah ke gua. Elu aja gua kenalin jadi pacar gua. biar ga di jodohin aja" Ucap Elang
"Jangan gila pleaseeeee!!! Eh lang, tapi ngomong-ngomong barusan temen gua juga curhat, katanya dia di jodohin gitu, kenapa kalian ngga saling bantu aja?" Ucap Dea berusaha memberi solusi
"ya elu tau kan, gua nggak mungkin bawa cewek spek sembarangan buat gua kenalin." Jawab Elang
"Ini bukan spek sembarangan. Elu tau Mila kan. Nah si mila yang mau di jodohin sama orangtuanya. dia kan pinter, cantik, mulus, nilainya 11:12 sama elu. ntar bilang aja elu cinta dia karena pinter dan dia bisa jadi semangat belajar elu" Ucap Dea yang membuat Elang seolah mendapat pencerahan. beban berat di pundak dan bayang-bayang tercoret dari daftar ahli waris lenyap begitu saja.
"gua ajak sekalian deh Mila nya. nanti kalian bisa ngobrol. kasian loh dia" Ucap Dea Lagi.
"Yaudah yaa, gua tutup dulu telponnya. ketemu tempat biasa" pungkas dea yang langsung mematikan teleponnya tanpa menunggu jawaban elang.
Setelah itu baik aku, elang maupun dea berangkat menuju cafee yang telah kami sepakati sebelumnya. Dea sudah menjelaskan semuanya dan disana kami bercerita tentang hal-hal yang berkaitan dengan rencana ini. karena tujuan kami sama, jadi kami berencana untuk saling membantu.
"ntar kalau orangtua gua nanya sejak kapan kita pacaran jawab aja kita nggak pacaran tapi berkomitmen dan saling menjaga" ucap elang
"iya karena sebenernya gua nggak di izinin pacaran, takut ganggu nilai akademik gua. ternyata nggak di izinin pacaran karena udah di siapin jodoh"
"lagian gua heran. orangtua gua itu bukan manusia jaman dulu yang kolot. mereka gaul bahkan berwawasan. tapi kenapa tiba-tiba ngide buat jodohin gua" curhat elang kesal.
"sama aja lang. mama papa gua juga bukan orang jaman dulu mereka selalu support setiap langkah gua yang baik dan bikin gua lebih maju. cuma ya heran aja tiba-tiba mereka mau nikahin gua" Ucapku
"eh, tapi yang mau di jodohin sama gua itu bukan elu kan lang?" Tanyaku karena tiba-tiba aku curiga
"nggak mungkin, gua kenal semua temen papa gua. Lagipula yang mau di jodohin sama gua ini kayaknya orang jauh, soalnya perjamuannya di cafee nggak di rumah." jawab Elang meyakinkanku.
ketika Elang menjawab pertanyaanku, mama mengirim sebuah pesan singkat
"eh, mama gua ngirim pesan nih, minta pagi aja ketemunya dirumah. katanya udah di siapin MUA sama penghulu kalau aku ngga beneran bawa pacar mau sekalian di nikahin sama lelaki pilihan mereka." ucapku
"tenang, akting gua bagus kok. besok pagi bakal gua bantu meyakinkan seyakin-yakinnya kalau gua pilihan yang tepat. lagipula kita bakal kuliah di kota yang sama kan, itu bakal memperkuat alasannya" Jawab Elang.
"Sorenya, gantian elu yang ngeyakinin orangtua gua. awas aja kalo sampe gagal gua nikahin beneran elu" Ucap elang lagi dengan ancamannya
mendengar perkataanya, bulu kudukku seketika berdiri.
begitulah takdir mengatur pertemuan kami. begitulah takdir mengatur pemersatuan kami. begitu pula takdir mengatur kelancaran perjodohan kami.
Malam semakin larut, kami memutuskan untuk pulang. Lalu keesokan harinya, aku bangun lebih awal untuk menyiapkan baju yang telah ku sepakati dengan Elang. Warna baju senada agar kami terlihat seperti pasangan sungguhan yang saling mencintai.
"Lang, jangan lupa bajunya warna abu-abu yaa" Tulisku pada sebuah pesan singkat yang ku kirimkan pada elang setelah aku bangun tidur.
lama tak mendapatkan balasan, aku berinisiatif untuk menelpon elang namun tak juga mendapat jawaban.
"pasti manusia ini masih tidur'" ucapku sambil terus berusaha menelponnya
"Lang, jangan telat" Ucapku ketika aku sudah menyerah menelponnya dan memilih mengiriminya pesan. setelah itu, aku mandi dan bersiap-siap dengan dandanan paling cantik menurut versiku.
"mau kemana kamu lang pagi-pagi begini" Tanya Papa Elang, pak Sandi
"Ngapel lah. orang punya pacar spek istri idaman kok mana bisa di anggurin" jawab Elang
"jangan lupa nanti sore ya kalau beneran punya pacar" jawab papa Elang meledek.
"Pilihan Elang bakal bikin mama dan papa terpukau, elang jamin. lihat aja nanti!" Jawab Elang.
"Mama sama papa mau kemana? tumben weekend jam segini udah rapi?" Tanya Elang setelah menyadari bahwa orangtuanya sudah berpakaian rapi tidak seperti biasanya.
"Mau ke tempat calon besan lah. punya calon besan spek dewa kok. Mau Bahas pernikahan, takut bidadari ini keduluan yang lain" Jawab mama Elang menirukan gaya bicara anaknya.
"Ya terserah sih, yang jelas aku udah ada calon. Udah ah Ma, Pa, mau jalan dulu" Jawab Elang lalu pergi ke arah mobil. sebelum masuk, ia melihat mobil papanya yang sedang di siapkan.
diam-diam, elang menghampiri mobil itu dan memasang GPS di bagian belakang kursi yang tersembunyi. tujuannya adalah agar dia mengetahui pergerakan orangtuanya. setelah itu, ia berjalan masuk ke mobilnya.
ketika berada di dalam mobil, Elang membuka ponselnya dan melihat ada banyak panggilan tak terjawab dan pesan dari Mila. Ia kemudian membalas salah satu pesan itu.
"Ini gua udah mau jalan Dzemila Shanika. sabar ya kekasih kesayanganku" Balas Elang kesal
Saat elang sudah berangkat, orangtuanya juga berangkat. Mereka melalui jalur yang berbeda karena Elang harus mampir mencari oleh-oleh agar terlihat lebih sopan. sedangkan orangtuanya melalui jalur biasa.
sialnya, ketika Elang sedang mencari oleh-oleh, kunci mobilnya terjatuh dan meskipun sudah dicari ke berbagai sudut, kunci itu tidak ia temukan.
"Mil, bisa Jemput gua di toko oleh2 sabrina nggak? kunci mobil gua ilang" Tulis Elang pada pesan singkat yang ia kirimkan untuk Mila.
"Okee" Balas mila cepat karena ia sudah selesai bersiap-siap dan memang sedang menunggu kedatangan Elang.
"Mau kabur mila?" tanya mama yang melihatku memegang kunci mobil yang biasa ku pakai.
"enggak ma, ada sedikit kejadian yang bikin aku harus jemput pacarku" jawabku
"nggak percaya ah mama" jawab mama
"kalau cuma beneran mau jemput nggak usah bawa dompet, kartu kredit, dan pake mobil mama aja" jawab mama sambil menyodorkan kunci
"yaudah sini" Jawabku kesal sambil menyodorkan kunci dan dompetku pada mama lalu ditukar dengan kunci mama.
...*Disisi lain*...
"Loh pah, kenapa mobilnya berhenti" Tanya mama elang bingung karena mobil yang dikemudikan suaminya berhenti padahal mereka belum sampai tujuan.
"mogok deh kayaknya ma, ngambek ini" jawab Papa Elang.
"papa, kita ini mau ketemu calon besan. malu-maluin aja kalau sampai kita terlambat karena mobil mogok. lagipula papa juga kenapa pake mobil ini. udah tau ini mobil tua" ucap mama elang kesal
"ya, papa kan awalnya ingin nostalgia awal kita bertemu ma, makanya papa pake mobil yang dulu kita pakai berkencan." jawab papa elang sambil berusaha menyalakan mesin mobil itu
"telpon mas ari aja pa, minta anterin sekarang" Ucap mama elang berusaha memberi solusi
Papa elang kemudian mengangkat telponnya karena menelpon supir mereka, mas Ari.
"Hallo mas Ari, bisa jemput kami? saya mau bertemu klien penting, berangkat bawa bisik (nama mobil klasik papa elang) tapi dia malah ngambek nggak mau jalan. posisi kami ada di depan hotel agung" Ucap papa elang ketika telponnya diangkat
"mohon maaf tuan, tapi saya sudah izin untuk tidak masuk hari ini karena istri saya melahirkan di kampung. kalau tuan mau saya jemput, mungkin tuan harus menunggu sekitar 3 jam perjalanan" Ucap mas Ari
"oh iya saya lupa. nggak bisa mas, kelamaan.. ini klien sangat penting." jawab papa elang
"saya punya teman yang bekerja di rental mobil tuan, bagaimana kalau saya pesankan saja, biar mobilnya diantar ke tuan" Jawab mas ari menawarkan solusi
"oke deh nggakpapa. saya tunggu secepatnya. makasih ya mas" pungkas papa elang mengakhiri telpon.
"papa, malu-maluin aja mau ketemu calon besan pakai mobil dari rental" ucap mama elang
"nggakpapa ma, yang penting kita nggak terlambat" Jawab papa elang.
tak berselang lama, mobil itu datang dan mereka melanjutkan perjalanan menuju rumah pak Jaka, yang tak lain adalah papa Mila.
...*kembali pada Elang dan Mila*...
"Ayo" Ajak Mila setelah sampai di parkiran
"Unik juga selera lu" ejek Elang setelah melihat mila datang dengan mobil mamanya
"mobil nyokap gua ini. cepetan sih, keburu keluarga laki-laki itu sampai. lagian elu ngapain lewat sini" tanya Mila setelah elang masuk dan duduk di kursi sampingnya
"cari oleh-oleh biar ada kesan" jawab elang singkat.
setelah itu, elang diam dan membuka ponselnya, ia penasaran kemana orangtuanya akan pergi. jangan sampai kecurigaan Mila benar. Ia membuka GPS yang diam-diam ia pasangkan di mobil orangtuanya tadi pagi.
mobil orangtuanya berhenti di sekitar area hotel. Elang berfikir mereka bertemu disana, padahal, itu terjadi karena mobil orangtuanya mogok.
"ngapain ketemuan di hotel, hahahaha. beneran orang jauh kayaknya" Ucap elang dalam hati.
"Kita punya bahan baru" ucap elang setelah mobil itu berhenti di depan rumah Mila
"Apa? udah sih nggak usah aneh-aneh" jawab Mila
"itu, mobil calon besan yang di banggain orangtua lu kan? itu mobil rentalan. ada kodenya" jawab elang
"masa? oh mungkin mereka punya usaha rental mobil, karena kata orangtua gua, mereka konglomerat. udahlah bukan urusan gua juga. ayo turun dan masuk" jawabku
"Sini" Ucap elang sambil memegang tanganku dan kami berjalan bergandengan.
rencana sudah kami susun matang. aku berencana mengejutkan orangtuaku karena lelaki pilihanku selain pintar dan tampan, ia tidak berasal dari keluarga sembarangan, Ia anak konglomerat kaya raya. jadi mustahil mama dan papa akan menolaknya.
langkah kami berhenti setelah sampai di ruang tamu. Aku yang belum pernah bertemu dengan orangtua Elang santai saja. Aku masih menggenggam erat tangan Elang dan tersenyum lebar. Elang yang belum menyadari siapa yang duduk membelakangi kami juga masih tersenyum dan berkata
"Selamat pagi, Om dan tante, Saya Elang pacar Mila" Ucap elang lantang.
mendengar suara Elang, Orangtua Elang tak langsung berdiri, mereka masih duduk diam sambil meyakinkan diri betulkan itu suara anak lelakinya.
"ini om, Tante saya bawakan keripik, kata mila, om dan Tante paling suka keripik sebagai teman minum teh" Ucap elang lagi.
setelah yakin bahwa itu suara anaknya, Papa elang membalikkan badan sambil berkata:
"Jadi ini lang pacar kamu" Ucap om sandi, papa Elang yang membuat Elang kaget. sedangkan aku yang tidak tahu apa-apa hanya tengok kanan dan kiri kebingungan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!