pentas seni tahunan

"Maaf mbak, tapi ini masih dinihari. besok pasien baru akan di periksa dan baru diputuskan apakah boleh pulang atau harus rawat inap lagi" jawab perawat itu

"jangan jelaskan pada saya sust, langsung jelaskan pada pasien saja. karena dia sudah merengek minta pulang" ucapku

"sabar ya mbak, saya tahu rasanya jadi pengantin baru" ucap perawat itu sambil tersenyum dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya

"ha" Jawabku keheranan sambil menggaruk rambutku lalu berjalan meninggalkan perawat itu.

"kenapa sih orang-orang hari ini? kenapa nggak waras semua" ucapku sambil berjalan.

"gimana" Tanya elang ketika aku membuka pintu kamar inapnya

"besok pagi ada dokter periksa elu. kalau lu baik-baik saja, kamu boleh pulang" Jawabku.

"gua besok ada kelas pagi" jawab elang kesal

"ya keselnya jangan ke gua dong. gua kan cuma nyampein ga bisa nentuin" ucapku kesal lalu keluar lagi.

"masih untung di tolongin. tau gini gua biarin aja di atap" ucapku.

baru lima langkah aku berjalan dari pintu, di klinik itu ramai terdengar suara tangis yang semakin mendekat di tambah suara ranjang pasien. ketika ranjang itu melewatiku, ternyata itu adalah ranjang salah satu pasien yang baru saja meninggal dan di tutup oleh kain putih.

"sial" Ucapku dalam hati sambil berlari masuk kembali ke dalam ruang inap Elang.

"kurang kerjaan banget lari-lari. dikejar setan lu?" tanya Elang saat melihatku berlari namun tidak ku gubris. aku hanya berjalan menuju sofa dan menutup tubuhku dengan selimut yang di sediakan.

"halloo" ucap elang lagi yang masih tetap ku abaikan.

karena aku adalah tipe-tipe manusia yang nempel langsung molor, maka saat itu aku juga langsung tertidur. begitupun dengan elang.

"selamat pagi. bagaimana? nyenyak tidurnya? sudah lebih baik?" ucap seorang dokter yang datang memeriksa elang tepat pukul 6 pagi.

"sudah dok, saya sudah bisa pulang kan" jawab elang

"ah, pengantin baru udah nggak sabar tidur satu kasur yaa. hehehe" jawab dokter itu sambil memeriksa suhu dan detak jantung elang.

Baik aku maupun elang, hanya terdiam tanpa menjawab pertanyaan itu. aku takut dokter itu melihatku memeluk Elang lalu mengatakannya pada elang. sedangkan elang takut dokter itu mengatakannya padahal ia sebenarnya sudah tahu namun pura-pura tidak tahu.

"sust, infusnya bisa di lepas. lalu pasien ini boleh pulang" ucap dokter itu

"Kalau ada keluhan lagi, langsung datang kesini ya mas" ucap dokter itu pada elang.

"baik dok" jawab elang

"permisi" ucap dokter itu lagi.

setelah itu, seorang perawat melepas infus yang berada di tangan kiri elang dan setelah aku mengurus administrasi, aku membawa elang pulang ke rumah kami, aku bahkan tak lupa membelikannya sarapan.

"Yakin mau ngampus" tanyaku setelah kami sampai dirumah.

"Iya, gua nggakpapa" jawabnya.

"yaudah sarapan dulu, minum obat trus baru pergi" ucapku sambil membukakan sebungkus nasi untuknya.

"siapin" jawab elang

"Ogah. itu tangan dua buat apa?" jawabku sambil membuka beberapa bungkus obat

"ini obatnya, diminum semua kalau udah selesai makan. gua mandi dulu" Jawabku sambil berjalan meninggalkan elang tanpa menunggu jawabannya. pada dasarnya, sejengkel apapun, aku tetaplah mila si paling tidak tega, Mila si perhatian, dan Mila si baik hati.

"baik juga ternyata, bisa menempatkan diri dan bisa diajak kerjasama di waktu tertentu" ucap elang sambil menyantap sarapannya.

Waktu berlalu begitu saja. Dari senin hingga Jumat kami menjalani aktivitas kami sebagai mahasiswa baru yang memang banyak kegiatannya. Tidak banyak drama yang terjadi, meskipun banyak hal yang nyatanya semakin mendekatkan kami.

Tibalah pada hari dimana organisasi mahasiswa yang ku ikuti melaksanakan pentas seni tahunan.

"Lang, besok hari Sabtu gua ada pentas seni tahunan." Ucapku saat makan malam

"Trus kenapa?" tanya elang

"iya juga ya, kenapa gua harus ngomong ke elu" Jawabku.

"talent nya banyak nggak?" tanya elang

"iya. ada yang aneh juga" Jawabku

"aneh?" tanya elang keheranan

"Iya, semacem sulap tapi horor gitu. kata kakak tingkat gua, pesulap ini selalu meramaikan acara setiap tahunnya. Namanya mbah jenggot" Jawabku

"kaya nggak asing, lihat dimana ya gua" Ucap elang sambil mengingat-ingat

"dengar-dengar mbah jenggot ini sakti Mil, jadi jangan macem-macem" ucap elang memperingatkan aku.

"ya tapi masalahnya dia tuh sulap horor. gua mana percaya begituan" Jawabku

"ya tapi jangan aneh-aneh" ucap elang lagi memperingatkan aku

"iyaa, yaudah gua tidur dulu, besok harus persiapan pagi." ucapku pamit meninggalkan elang yang masih makan.

keesokan paginya, aku pergi tanpa menunggu elang bangun.

acara pentas seni tahunan berjalan dengan lancar. satu persatu talent sudah menampilkan bakat mereka. Hingga tiba saatnya mbah jenggot menampilkan bakatnya.

"peserta berikutnya adalah Talent terakhir yang akan menampilkan kebolehannya pada pentas seni tahunan musim ini, mari kita undang untuk naik ke atas panggung, mbah jenggot" panggil pembawa acara itu.

belum sampai mbah jenggot naik ke atas panggung, langit berubah menjadi mendung seolah akan turun hujan. angin bahkan berhembus lebih kencang daripada tadi.

dorrrr. terdengar bunyi ledakan keras yang membuat semua peserta dan penonton yang hadir terkejut.

"hahahahaha" terdengar suara tawa yang di susul dengan kepulan asap di atas panggung. kepulan asap itu kemudian berubah menjadi mbah jenggot. riuh suara tepuk tangan terdengar kala itu.

"Ini apa sih Hyuri?" tanyaku pada temanku Hyuri yang berada di sampingku.

"entahlah. aku bukan warga lokal sama sepertimu, jadi aku tidak tahu. aku baru pertama kali menyaksikan pertunjukan seperti ini" jawab Hyuri yang bulu kuduknya merinding.

"kaya aneh aja sih orang bisa kaya gitu. settingan deh ini kayaknya" ucapku mengamati

"hus, jaga ucapanmu Mil, dia sangat sakti. jangan sampai mendengar kita" jawab Hyuri

"lihat aja nanti kalau dia butuh relawan buat membantu sulapnya dan yang dia panggil adalah temannya, aku yang bakalan maju dan tak buka kedoknya" ucapku mantap

Hyuri saat itu tak menjawabku, ia hanya melotot menatapku sambil menggigit jarinya seolah ingin mengatakan jangan nekat.

aksi demi aksi sudah mbah jenggot lewati. dan benar dugaanku, pada aksi terakhir ia memanggil temannya. saat itu, aku langsung mengangkat tanganku

"mbah, saya mau berkolaborasi dengan simbah" ucapku sambil mengangkat tanganku dan membuat suasana semakin mencekam

"apa kamu serius?" tanya mbah jenggot

"Yaa, saya sangat serius" Ucapku

Elang, melihat live streaming pentas seni tahunanku. Ia tak berhenti mengumpat karena melihat apa yang aku lakukan

"si bodoh iniii, kenapa melakukan itu. milaaaaaaaa." teriak elang sambil melihat aku yang berjalan dengan berani naik ke atas panggung melalui live streaming

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!