Sore itu, tepat setelah jadian ya amat sangat memalukan bagi sheina, setelah masuk kamar dan lepas dari gendongan sang suami ia langsung masuk kamar mandi, “ohh sheina, mau di taro di mana mukamu ini, haruskah kau ngompol di pohon apel itu?”, terdengar teriakan pandra di balik pintu kamar mandi, “berani kau kunci pintu kamar mandi itu aku pastikan hidupmu tidak akan selamat setelah nya”, sheina yang mendengar teriakan suaminya itu hanya membalas, “iya, tidak tuan”, pandra mendengar sangat jelas teriakan istrinya dari balik pintu kamar mandi itu, sheina menuju bathup, iya menenggelamkan seluruh tubuhnya hanya meninggalkan kepalanya saja di atas, tiba-tiba sang suami sudah menghampirinya tanpa menggunakan sehelai benang pun melekat di tubuhnya, sheina menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya, “ada apa puss, apa kau sedang merasa malu akan kedatanganku?”, sheina hanya menganggukan kepalanya, sebenarnya sheina bukan malu karena kedatangan suaminya tetapi masih malu akan kejadian mengompol saat memanjat pohon apel itu. “Apa kau sudah sholat puss”, tanya pandra lembut, sheina tetap menutup kedua matanya dan mengangguk, “apakah kau mengalami masalah dengan tenggorokan mu sampai-sampai kau tak bisa berbicara begini?”, kembali pandra bertanya tapi kali ini dengan nada yang sedikit keras, sheina membuka kedua telapak tangannya yang menempel di mukanya, “tidak tuan”, pandra kembali tertawa dan terbahak dengan puasnya, ia mulai mengambil spons dan sabun cair, dengan telaten ia menggosok semua tubuh istrinya, sheina hanya pasrah dan menerimanya saja, saat ini ia tak mampu untuk melawan karena malu serta takut akan ancaman tuannya. “Tuan mari bergantian, aku ingin membantu menggosok punggung mu”, pandra memandang istrinya dan melayangkan kecupan di bibir istrinya, “kenapa, kau merasa bersalah karena sudah mengompol dan menempelkan ompolan mu di bajuku”, tetap saja sheina mengangguk, mata mereka bertemu dan tiba-tiba, “aku sudah tak kuat sayang”, pandra menarik dan menggendong sheina menuju tempat tidur, kali ini dengan kondisi basah kuyup, serangan pandra tak bisa dihindari oleh sheina, pandra menggerayangi tubuh istrinya, serangan demi serangan mulai di hantam oleh sang tuan muda, benda keras itu tepat masuk ke liang kenikmatan sang istri, sheina merintih, pandra mengocoknya dengan sangat kencang, kali ini benar-benar lama, sheina ikut menikmati serangan sang suami dan mulai merespon, “kau sudah mulai pintar puss”, pandra menatap sedikit tergelak dan kembali mendaratkan ciuman dengan lidah yang menyatu dengan lidah sheina, “ahhh tuan akuu”, kata-kata yang terucap dari mulut sheina, “aku paham sayang, sedikit lagi keluar”, kali ini tanpa ampun pandra mulai memompa kembali barangnya hingga,”arghhhh, nikmatnya”, liang sheina penuh dengan cairan kenikmatan itu, mata mereka bertemu,”kau menikmatinya sayang?”, pandra bertanya lirih kepada istrinya, sheina hanya mengangguk, dan kembali setelahnya sheina merasakan tubuh suaminya gemetar dan mengeluarkan banyak keringat seperti sedang terkena demam, “kau tidak apa-apa tuan, kenapa tubuhmu mendadak seperti ini”, pandra yang saat itu sedang berada di atas sheina segera berbaring dan tertidur di samping sang istri, “peluk aku sayang”, dengan cepat sheina langsung memeluk suaminya yang pucat pasih itu, sesaat setelahnya pandra tertidur.
Satu jam berlalu adzan magrib berkumandang dari ponsel pandra, “apa ia sudah mulai belajar sholat?”, sheina kembali ke kamar mandi, iya membersihkan tubuhnya dan mengambil wudhu, dan mulai sholat, selesai sholat ia mendekati suaminya yang masih berbaring berbalutkan selimut, “tuan, apa kau sudah membaik, apa perlu aku panggilkan pak lim atau menelpon sekretaris jev”, pandra terjaga, apa adzan di ponselku sudah berbunyi, sheina mengangguk, muka pandra panik, “kenapa kau tidak membangunkanku, aku tak mau melewatkan sholat magrib kali ini”, pandra bergegas masuk ke kamar mandi, ia mandi kali ini ia mandi wajib seperti yang disarankan buku panduan sholat yang telah dibaca di hotel tadi.
Selesai mandi, sheina yang duduk si sofa sambil menonton tv sontak terkejut melihat penampilan suaminya yang sudah memakai baju koko dan sarung serta kopiah di kepalanya, “tampan”, kata-kata itu yang terucap di dalam hati sheina, “mengapa kau memandangku begitu puss”, tanya pandra, “tuan ap kau benar-benar ingin sholat?”, pandra mengernyitkan dahinya, “menurutmu apa yang harus dilakukan seorang pria apabila berpakaian seperti ini hah?”, sheina hanya terdiam, “pandra memulai sholatnya, di saat niat terucap ia kembali gugup karena sheina masih berdiri kaku di belakangnya, “aku minta kau siapkan makan bersama pak lim sana, aku ingin fokus sholat tanpa ada yang mengganggu”, sheina heran akan kata-kata suaminya, “aku sama sekali tidak mengganggumu tuan”, ucan sheina, muka pandra merah padam tanda tak suka dengan ucapan sang istri, sheina pun langsung berlari keluar dari kamar, pandra tersenyum, “hampir saja, aku hanya ingin fokus dengan sang pencipta saat ini”. Pandra memulai sholat nya dengan bacaan niat, lalu tiga rakaat pun mulus ia jalani tiba saat berdoa, “terima kasih Tuhan, aku sangat bahagia akan indahnya keluarga kecil ku ini, sayangilah istriku sebagaimana aku menyayanginya, aku amat sangat mencintainya Tuhan, karena ia lah aku bisa mengenalmu, aku mohon kabulkan lah pintaku, amin”.
Selesai sholat pandra turun dari tangga menuju meja makan, semua pelayan dan pak lim saat itu hanya terpaku dan terdiam, sejenak suara hening, suara gelas dan piring yang sedang ditata oleh para pelayan hilang, semua mata tertuju pada sang tuan muda Pandra Putra Dahasian, mereka tak menyangka akan penampilan sang tuan muda, yang sedang mengenakan baju koko putih, dengan sarung serta kopiah di kepalanya, tanpa sadar ia duduk di tempat biasa ia duduk untuk makan, sheina membantu dan melayani suaminya untuk makan, “aku benar-benar lapar puss”, sheina dengan sigap menyiapkan makan malam untuk sang suami, mereka makan malam dengan sangat lahap nya malam ini, dan tetap sesekali tuan pandra menyuapi istrinya dengan hidangan yang ada di meja.
Selesai makan malam, sheina dan pandra duduk di ruang keluarga, sheina masih terpaku atas ketampanan sang suami yang memakai baju koko ,sarung serta kopiah itu, “kenapa puss kau mulai terpesona akan ketampananku?”, tanya pandra dengan percaya dirinya, sheina tersenyum ia merasa lega sepertinya suaminya sudah tidak membahas lagi mengenai kejadian di kebun apel tadi tetapi tiba-tiba, “pak lim”, teriak pandra, pak lim segera menghampiri tuannya, “baik tuan”, tanpa ragu dan muka yang sangat keras itu, “panggil semua pelayan yang terlibat dalam kasus panjat pohon tadi sore termasuk kau lim”, mata sheina dan pak lim bertemu, “iya tuan”, jawab pak lim, yang langsung bergegas mencari semua pelayan.
Beberapa saat setelahnya semua pelayan berkumpul, mereka sangat ketakutan termasuk nona muda dan pak lim, “jadi, siapa yang sudah membuat ide gila ini untuk memanjat pohon?”, pandra bertanya kepada semua pasang mata yang ada di sana, tetapi tetap semua hening tanpa jawaban, “jawab!”, pandra teriak suaranya bergema keseluruh ruangan, semua mata tertuju kepada sang nona muda, “apakah ini idemu sayang”, suara pandra meninggi menatap tajam kepada sang istri, dengan sigap, tanpa malu dan tajut sheina memeluk tubuh suaminya itu dan menenggelamkan mukanya di dada bidang suaminya,”maafkan aku sayang, aku hanya ingin mengambil apel yang ada di pohon itu”, senyum pandra mulai sedikit jahil, “jadi saat terjepit begini kau mulai merayuku dengan memanggilku sayang puss?”, tanya pandra, sheina tidak menggubris kata-kata suaminya, saat ini ia benar-benar takut. Pandra menaikan sedikit kedua jarinya menginstruksikan kepada semua pelayan dan pak lim untuk meninggal kan ruang keluarga itu, sesaat tampak raut wajah merasa amat sangat lega akan amarah tuannya dari para pelayan dan juga pak lim. Tetapi tidak dengan sheina, ia masih menenggelamkan wajahnya dengan sangat dalam di dada bidang suaminya itu, “sampai kapan kau mau begini?”, tanya pandra, sheina tidak menggubris ucapan suaminya, ide jahil pandra mulai muncul lagi, “baiklah aku sudah tak habis pikir dengan kelakuanmu ini”, sehina melepaskan mukanya dari dada bidang sang suami, dan memohon dengan menempelkan kedua telapak tangannya seperti patung budha, “aku mohon maafkanlah istrimu ini sayang”, pandra kembali tertawa kali ini dengan sangat keras, “ternyata kau sangat payah dalam merayu ya, baiklah aku akan memaafkanmu”, sontak mata sheina berbinar, “tapi kau tetap di hukum, aku ingin mendengarkan kau mengucapkan kata-kata sayang, aku akan mencintaimu dengan sepenuh jiwaku, sampai aku bosan mendengarkannya”, sheina terdiam, “huff sama saja, tetap saja hukuman yang aku dapat, tapi tak apalah, “baiklah tuan”, pandra mengernyitkan dahinya, “baru beberapa saat kau sudah memanggilku dengan tanpa kata-kata sayang, aku minta kau mulai hukumanmu sekarang”, pinta pandra.
Sheina memulai hukumannya, kali ini benar-benar pandra menikmati hukuman itu, sampai-sampai sheina tertidur di pangkuannya. “Aku sangat mencintaimu sayang”, pandra berbisik di kuping sang istri, pandra menggendong istrinya menuju kamar. Ia memeluk erat tubuh istrinya dan ikut tertidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Ruby Talabiu
lanjut
2020-11-06
2
Suyati Najwa
lanjut thor. human yg manis di ranjang..
2020-10-04
3
Sipa Silpi
lanjut
2020-09-19
2