Matahari sudah menaiki, dan menyinari kota dengan sinar yang penuh, sheina terbangun dari tidurnya akibat kekenyangan saat sarapan pagi bersama pandra. Ia masih belum sadar bahwa kepalanya masih bersandar di bahu pandra, ia menyeka matanya dan melihat jam sudah menunjukan pukul 12:15, “kau menikmati tidur siangmu?”, tanya pandra. “Hooamm”, sheina menguap sambil berdecap di mulutnya serta mengangguk.
“hemm seperti bayi saja, bisa-bisanya dia tidur di saat keadaan seperti ini”, tertawa pandra dalam hati,”kalau kau sudah sadar, singkirkan kepalamu di bahuku”, teriak pandra, dan tiba-tiba “guubrakk”, sheina langsung terjatu, ia baru sadar bahwa saat ini masih berada di ruangan tuan pandra, “maafkan saya tuan”, jawab sheina. “Cuci mukamu dan bersiap-siaplah kita akan keluar”, pinta pandra, “tapi tuan, apa tuan punya sajadah dan mukenah?, aku mau menunaikan sholat dzuhur dulu”, pinta sheina.
Pandra pun terdiam dan terheran-heran,” apa?, dia mau apa?, sholat dzuhur?”, dalam hati ia bertanya. “Kamu tunggu di sini ya, aku akan tanya pada jev”, pandra lalu bergegas mencari jev keluar. “Di mana jev saat ini, dimana ia, di ruangannya saja tidak ada”, pandra pun menelpon jev dari telepon seluler nya, “halo, jev bisakah kau siapkan mukenah dan sajadah, kucing kampung ku membutuhkannya segera, aku minta cepat”, pandra pun kembali ke ruangannya dan tiba-tiba sheina bertanya kembali, “tuan dimana mushola atau tempat ambil wudhu?”, pandra hanya terdiam tanpa berkata sedikitpun, “kalau arah kiblat sebelah mana ya tuan?”, sheina bertanya kembali, posisi pandra masih terdiam dan tidak menjawab.
Tak lama setelah itu jev kembali dengan membawa seperangkat alat sholat dan menunjukan arah kiblat untuk sheina, jev tidak ingin tuanya terlihat bodoh di depan calon istrinya,” nona sheina apa nona mau sholat di mushola saja di bawah, atau cukup di sini saja nona?”, tanya jev. Karena sekretaris jev sudah membawa alat sholat nya, sepertinya aku sholat di sini saja, boleh kan tuan pandra?”, pinta sheina, pandra pun hanya mengangguk.
Jev mengatur posisi kiblat untuk sheina sholat, sedangkan sheina sedang mengambil wudhu untuk sholat. “Apa yang ingin ia lakukan jev?”, tanya pandra, “nona sheina ingin menunaikan sholat dzuhur tuan”, pandra hanya menatap jev, lalu melihat sheina mulai memakai mukenah dan mengambil posisi untuk sholat tepat pada sajadah yang sudah di atur oleh jev untuk arah kiblatnya. Jev yang sedari tadi sudah keluar ruangan tuanya, setelah mempersiapkan perlengkapan sholat untuk sheina.
Pandra hanya tertegun, menyaksikan sheina menunaikan solat zuhur, matanya tidak berkedip sedikitpun, setiap gerakan demi gerakan solat mata pandra tidak sedikitpun beranjak dari posisi sheina solat sampai dengan selesai. “Apa yang ia lakukan?, mengapa hatiku sangat damai menyaksikan ia melakukan hal itu, air mataku seakan-akan ingin keluar, aku tidak tau, apa ini, mengapa jantungku ini sudah tidak karuan akan detaknya?”, tanya pandra dalam hati, “tuan, apakah kamu mau sholat juga?”, pandra tidak menjawab, dan mengalihkan ucapan sheina,”apakah kau sudah selesai?, kalau kau sudah selesai, bersiaplah kita akan keluar, sheina pun hanya mengangguk.
Di perjalanan pun pandra hanya terdiam, tidak banyak bicara, di dalam mobil itu pun hening, jev yang sibuk menyetir mobil, sheina yang ikut-ikut terheran melihat raut wajah calon suaminya itu yang sedari tadi ia sholat sudah sangat berubah, “apakah kau sedang sakit tuan?”, sheina bertanya untuk mencairkan suasana, pandra hanya mengangguk dan senyum simpul.
Sesampainya di sebuah butik yang cukup ternama di kota itu, khusus menjualkan baju-baju pernikahan, pandra dan sheina masuk ke butik tersebut disambut langsung oleh pemilik butik,”silahkan tuan pandra dan nona, kami sudah menyiapkan semua rancangan terbaik kami untuk pesta pernikahan tuan dan nona, pandra hanya mengangguk, sedangkan sheina hanya mengikuti kemana arah pandra berjalan.
“Wow, indah sekali baju-baju pengantin ini, apakah aku pantas memakainya?, apakah tuan pandra ingin menikahiku hanya untuk menjadikan ku boneka nya saja?, haaa terima sajalah nasib mu sheina, pasti ada jalan terbaik untuk hidupmu ini”. Sheina hanya bisa bertanya dalam hati, sebenarnya ia berat ingin melakukan hal ini, tapi apa yang mau di kata, hanya ini yang bisa ia lakukan. Harapan dan cita-citanya sudah kandas, mimpi untuk bekerja, mimpi untuk melamar pekerjaan, tapi ia selalu bersyukur akan apa yang ada di hadapannya saat ini, setidaknya meringankan beban paman dan bibi nya saja sudah cukup membuatnya bahagia.
“Nona, saya bantu pakaikan baju yang ini ya, baju ini telah dipilih oleh tuan pandra”, pelayan itu membantu sheina memakaikan baju pengantin serta meriasnya, sheina pun hanya mengangguk.
Tirai sudah terbuka, mata sheina dan pandra bertemu, sheina sudah memakai gaun pengantin yang sudah di pilih oleh pandra, sedangkan pandra sudah memakai jas yang sangat bagus, mereka berdua sangatlah serasi, semua karyawan butik tersebut memuji keserasian kedua pasangan ini.
“Sempurna”, hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut pandra.
Setelah selesai fitting baju pengantin, mereka beranjak menuju toko perhiasan, “wahhh perhiasan nya bagus-bagus ya tuan”, ujar sheina. “Apa ada yang kau suka”?, tanya pandra. “Aku bingung tuan”, sheina menjawab sambil menggarukan kepalanya yang tidak gatal itu. “Baiklah biar aku yang pilihkan”, ujar pandra. Pandra pun memilih cincin berlian yang sangat simpel namun sangat elegan.
****
Pandra pun masih terheran akan tingkah sheina seharian ini, seperti yang ia lakukan di ruangan hotel, kali ini ia juga melakukan sholat di butik baju pengantin itu, sampai hari sudah beranjak pukul 08:00 malam. “Berapa kali ia melakukan hal seperti itu dalam sehari”, pandra pun terheran-heran di buatnya.
“Aku lapar, mari kita makan”, pinta pandra, karena sibuk akan fitting baju pengantin, setengah hari ini mereka sibuk mempersiapkan baju pengantin dan mencari cincin kawin yang cocok untuk sheina, sampai-sampai makan siang pun mereka lakukan di butik tersebut.
Mereka lalu menuju, salah satu restoran mewah di sana, saat makan tingkah pandra pun sangat berbeda, ia tidak lagi menyuapi sheina seperti yang ia lakukan saat makan, tapi kali ini ia hanya menaruh makanan yang ia mau di piring makan sheina, sheina pun tersenyum menerima makanan tersebut, sheina pun merasa sedikit aneh dengan tingkah pandra, tapi ia tak banyak berbuat apa-apa.
Selesai makan mereka pun pulang, “jev, kita antar kucing kampung ini dulu, sebelum kembali ke hotel”, pinta pandra. “Apakah tuan akan kembali bekerja?”, tanya sheina, pandra hanya menatap sheina dan memalingkan wajahnya ke arah kaca jendela. Di perjalanan sheina tertidur di pundak pandra dengan pulasnya, pandra tidak merespon, hanya terdiam saja dan menikmati sentuhan kepala sheina di pundak nya. Di perjalanan hatinya hanya terbayang saat gadis yang saat ini ia cintai sholat di depan dirinya, hal yang sebenarnya belum pernah ia lakukan seumur hidupnya, jev hanya sesekali melihat ekspresi wajah tuanya itu dari kaca spion mobil.
Sesampainya di rumah sheina, jev membukakan pintu mobil, dan pandra pelan-pelan menggendong tubuh sheina, ia tak mau gadis itu terbangun dalam tidur lelapnya.
Jev mengetuk pintu rumah, paman membukakan pintu rumah, alangkah terkejutnya paman dan bibi menyaksikan keponakannya dalam dekapan pandra, “maaf paman, di mana kamar sheina?”, pandra bertanya pada paman dengan penuh senyuman yang sangat lebar, tak seperti beberapa hari lalu saat ia mendatangi ruko laundry miliknya.
Beberapa detik jev, bibi dan paman hanya terpaku akan kata-kata tuan pandra yang terhormat itu, dengan sigap jev pun ikut pertanya,”iya paman, dimana kamar nona sheina, sepertinya nona sheina kelelahan karena tadi tuan pandra mengajaknya fitting baju pengantin untuk acara pernikahan minggu depan”, paman masih tidak percaya akan apa yang iya lihat, namun bibi segera tersadar akan keterpakuan apa yang mereka saksikan saat ini, “silahkan tuan pandra di sebelah sini, naik tangga lalu belok kiri tuan”, pandra hanya tersenyum sambil mengangguk.
Suami istri itu pun, saling bertatapan keheranan, menyaksikan apa yang mereka lihat saat ini.
Pandra Pun mengantar sheina sampai ke kamarnya, kamar yang sangat sederhana dan rapi, ia membaringkan sheina dengan perlahan dan menyelimutinya, “kucingku sayang, tidur yang nyenyak ya malam ini, mimpi yang indah”, pandra membisikan sangat pelan di kuping sheina, sheina hanya berdecap dan menggeliat kecil. “Mengapa kau lucu sekali seperti ini sih?”, gumam pandra dalam hati. Saat ingin beranjak dari kamar sheina tiba-tiba,”tuan pandra aku sudah kekenyangan, perutku akan segera meledak”, sheina mengigau sambil menggeliat, pandra membalikan badannya kembali ke arah sheina sambil tertawa pelan,” haaahaaaa, benarkah itu, aku ada di mimpinya?.
Pandra keluar dari kamar sheina dan menuruni anak tangga menghampiri paman dan bibi, “paman, bibi aku pamit pulang, selamat beristirahat”, pandra pamit sambil tersenyum sangat sopan kepada paman dan bibi. Paman dan bibi membalas senyum pandra,”hati-hati ya tuan”, jawab bibi sambil melambaikan tangan.
Saat di perjalanan menuju hotel, pandra tetap terdiam akan lamunanya, jev menyaksikan tingkah aneh tuan nya itu di balik kaca spion, “apa ingin saya siapkan semua keperluan ada untuk belajar sholat, tuan?”, tanya jev di balik kaca spion, “iya, siapkan semuanya”, tegas pandra, “baik tuan”, jev pun menjawab.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Ruby Talabiu
lanjuttt makin seru ni
2020-11-05
1
Mbak Lilik
aaahhhh,,,aq rindu tuan saga dan daniah,
2020-09-18
13
Sukma Andra
Tuan saga dan Nina Daniah..
Tp bagus, Suka😗 Lanjut Thor
2020-03-02
11