Hari sudah menunjukan pukul 15:30 sheina terbangun dan terjaga dari tidur nya, ia mendapati tubuhnya masih merangkul dengan erat tubuh suaminya, “apakah sudah masuk sholat ashar ya?”, iya turun dari tempat tidur dan perlahan berjalan agar suaminya yang sedang tertidur tidak terbangun, “aku mau sholat ashar, kiblat di mana ya?, apa aku lihat di aplikasi saja?”, sheina mulai mengambil wudhu dan sholat setelah mengecek arah kiblat di aplikasi pada ponsel nya. Setelah selesai dan mengucapkan salam tiba-tiba, “kapan kau mau mengajariku sholat puss, aku ingin sholat bersama mu, beberapa hari lalu aku sudah mempelajarinya dari buku panduan sholat”, pandra berbicara sambil merangkul tubuh istrinya yang masih menggunakan mukenah dari belakang, mata sheina berbinar, titik air keluar dari matanya, ia sangat terharu akan kata-kata suaminya itu, kata-kata yang sangat di idam-idamkan para wanita muslim apabila sudah menikah, “maksud tuan sholat berjamaah?”, pandra hanya mengangguk kepalanya dan tetap dalam posisi memeluk sheina. Saat ini sheina merasa sangat lega akan sifat suaminya, tidak masalah kalau suaminya belum mengerti akan agama yang ia anut, toh pandra juga seagama dengannya setiap muslim pasti mendapatkan hidayah walau dengan waktu yang berbeda-beda, “suamiku, aku janji akan selalu ada untukmu dan kita akan belajar bersama-sama mengenal islam”, sheina bergumam bahagia dalam hatinya. Walau mungkin akan susah mengenal watak dan tingkah laku suaminya tapi sheina yakin akan mampu menjalaninya, ia percaya sesaat pandra meminta untuk belajar sholat.
“Aku mau mandi puss”, pinta pandra, sheina hanya mengangguk, tetapi sontak iya tersadar, pada saat mereka melakukan hubungan suami istri dan memandikan pandra tadi pagi ia mendapati tubuh pandra banyak terdapat luka sayatan seperti di sayat-sayat menggunakan benda tajam, “kenapa dengan tubuhnya?, apakah luka-luka itu bekas terjatuh?, tapi tidak mungkin, aneh sekali dengan tubuh kekarnya, kalau dilihat dia sangat suka olahraga karena tubuhnya sangat atletis tapi luka-luka itu dari mana asalnya?, apakah semasa kecil ia sering disiksa?, tapi tidak mungkin karena ia anak satu-satunya siapa juga yang berani melukainya, huff kenapa aku sangat ingin tau ya?”, sheina bertanya dalam hatinya, karena dari awal ia tidak berani dan canggung karena posisi saat melihat tubuh pandra saat itu saat mandi dan saat berhubungan.
Mereka menuju kamar mandi, pandra tak canggung membuka seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya, sedangkan sheina hanya menyisakan celana dalam dan baju tipis di badannya, “mengapa kau masih memakai baju?, aku sudah bilang kalau di kamar mandi ya waktunya buat mandi, kalau mandi bajumu dilepas semua, sini cepat masuk”, pandra memerintahkan sheina untuk ikut masuk di bathup. Mereka saling berhadapan, sheina menggosok tubuh suaminya itu dengan perlahan,”tuan, apakah kau sering terjatu?, mengapa banyak luka di tubuhmu?”, pandra hanya diam melihat ke arah sheina, mata mereka bertemu sangat lama, sampai-sampai sheina salah tingkah di buat nya, “hemm, kenapa kau jijik ya?”, pandra mengeluarkan kata-kata yang sangat sinis, “tidak tuan, aku hanya bertanya, ohh iya tuan setelah ini apa aku boleh jalan-jalan di sekitaran halaman rumah?, aku sangat suka pemandangan di sini tadi sekilas aku melihatnya sesaat kita sampai di sini?”, sheina mengalihkan pembicaraannya. Pandra hanya mengedipkan matanya.
Selesai mandi pandra dan sheina berjalan-jalan mengitari halaman rumah, halaman dan rumah yang sangat luas, sejauh mata memandang, tanaman dan tumbuhan yang tertata rapi dan terurus, banyak terdapat bunga-bunga dan beberapa pohon yang sangat rindang, bahkan ada beberapa pohon buah-buahan, “tuan pasti sangat betah tinggal di sini kan?”, sheina memulai percakapan, pandra menggenggam jari-jemari istrinya itu menyatu dengan jarinya,”aku sudah lama tidak pulang, aku lebih suka tinggal di hotel”, pandra menjelaskan pertanyaan sheina dengan raut muka yang sangat datar, “tetapi kenapa kita akan tinggal disini kenapa tidak di hotel saja, kan enak di hotel tuan, kapanpun aku bisa mengunjungi paman dan bibi di toko laundry”, sheina bertanya sambil mengayunkan kedua tangan mereka,”puss, apa mulutmu mau aku sumpal dengan lidahku sekarang?, mengapa kau mulai mengaturku?”, pandra menatap sheina dengan sangat tajam dan ingin menyerang sheina dengan ciuman mautnya, sontak sheina berlari, “ampun tuan, aku tidak bermaksud begitu”, pandra ikut mengejar sheina yang mulai berlari ke arah taman bunga yang berbentuk labirin,”aku minta kau kembali puss, berani-beraninya kau menghindar dariku”, pandra berlari mengejar istrinya dan ia menangkapnya dan memeluknya dari belakang, “seberani itu kau padaku puss, kau akan mendapatkan hukuman dalam hal ini”, pandra memeluk istrinya dengan sangat kuat, saat ini ia sangat menikmati akan kasih sayang istrinya walau hanya beberapa hari setelah menikah, ia tak segan-segan melancarkan aksinya untuk mencium istrinya di taman itu. Pandra telah mendapatkan kebahagiaan dari wanita yang ia paksa untuk di nikahinya, walau sebenarnya ia sangat takut kehilangan istrinya itu. Ia takut kalau sheina menjauhinya, karena itu ia berencana untuk mempekerjakan asisten khusus untuk istrinya.
Sesaat setelahnya pandra dan sheina kembali menyatukan jari jemari mereka, “tuan kita pulang yuk?”, pinta sheina dengan sangat manja, “ada apa denganmu, setelah selesai sholat kenapa dengan otakmu, kenapa kau begitu lembut dan manja begini?”, pandra mengelus kepala sheina dengan lembut, “aku sudah lapar tuan, apakah kita sudah bisa makan?”, pandra tertawa akan tingkah istrinya itu, dan mereka langsung masuk kerumah.
****
Jarak beberapa meter dari taman bunga yang terdapat pengantin baru yang sedang berlarian, terdapat sepasang mertua yang sedang menyaksikan anak dan istrinya sedang berlarian dan berpelukan, “secepat itu anak kita berubah ayah, coba kau perhatikan, aku tak mau pandra berubah dan jatuh pada pelukan wanita jalang itu”, ibu pandra mengepal tangannya sendiri dan memandang ke arah dua sejoli yang sedang di mabuk asmara itu, “ibu, berulang kali aku katakan kepadamu, kau harus sabar, biarkan pandra menikmatinya bersama wanita itu, kalau nanti pandra sudah bosan wanita itu pasti akan ia buang ke jalanan atau kau tunggu saja nanti tanggal mainnya, kita akan memisahkannya, aku tak rela melihatnya, aku minta kau bersabar”, ayah pandra menatap mata istrinya meyakinkan akan perkataannya, “tapi bagaimana dengan penjelasan dari dokter jon?, kau tau kan apabila anak kita tidak mendapatkan apa yang ia inginkan saat ini kemungkinan besar penyakit kejiwaan itu akan muncul, aku tidak ingin melihat nya lagi ayah”, ibu pandra memeluk suaminya itu dengan berlinang air mata, “sabarlah sayang, aku akan mencari wanita pengganti yang sepadan dengan anak kita, dan aku akan pastikan wanita itu sederajat dengan kita.
***
Makan malam tiba, ini kali kedua sheina makan malam bersama keluarga pandra setelah kejadian makan malam di restoran waktu itu, pemandangan yang sangat tidak biasa, pak lim yang sedang siap siaga menjamu para majikannya itu termasuk sheina, ibu pandra sedari tadi mengeluarkan raut muka ceria yang sangat terpaksa itu, begitu juga dengan ayah pandra. Tetapi tidak dengan pandra, dengan muka yang sangat datar ia mulai menyuapi makanan yang terhidang di meja makan itu tanpa menghiraukan ayah dan ibunya, “sayang, apa kau mau tambah makanannya”, kata-kata yang keluar dari mulut pandra hanya untuk sang istri. Setelah itu suasana kembali hening.
Tapi tiba-tiba, “sheina sayang, apakah dokter jon sudah menjelaskan mengenai penyakit suamimu?”, ibu pandra memulai obrolan kepada menantunya, yang sebenarnya sangat dibenci oleh pandra, mendadak suasana kembali hening, sheina hanya terdiam mematung,”penyakit?, penyakit apa yang diderita suamiku, bukannya ia sehat-sehat saja, apa yang sudah terjadi?, apakah tuan pandra menyimpan sesuatu tanpa harus aku tahu?”, banyak lagi pertanyaan yang menggeliat di hatinya,”apa yang kau rencanakan bu?, belum satu hari aku menginjak rumah ini kau sudah memancing amarahku”, pandra sangat marah semua hidangan makanan malam yang ada di depannya di lempar entah kemana oleh pandra, “apa kau ingin membunuhku, aku hanya minta restu dari kalian, apakah sesusah itu”, pandra menatap dengan emosi dan amarah kepada kedua orang tuanya dan berteriak, “jawab!”. Ibu hanya terdiam dan mengeluarkan air mata, ia terisak dengan tangisnya. Sheina memeluk tubuh suaminya, ia merasakan tubuh suaminya sangat keras dan penuh keringat, tubuh yang siap untuk menghajar, “besok kami akan kembali ke luar negeri”, hanya itu kata-kata yang terlontar dari mulut ayah pandra, lalu ayah pandra merangkul istrinya itu menuju kamar, sheina memuntun pandra untuk duduk di sofa ruang keluarga, pandra masih sangat emosi, “apa kau mau memeluk ku?”, sheina memeluk suaminya kembali dengan air mata yang sangat deras membasahi pipinya. Malam itu menjadi malam yang sangat pilu bagi pandra karena hal yang ia tidak inginkan terlontar dari mulut ibunya sendiri.
Setelah sheina merasa suaminya sedikit membaik, iya menuntun kembali suaminya untuk kembali ke kamar, “berbaringlah tuan, aku akan memelukmu dengan erat malam ini supaya kau bisa tidur dengan nyenyak, sheina tersenyum kepada suaminya, pandra menghapus air mata yang mengalir di pipi istrinya, “apakah kau ketakutan?, mengapa tanganmu sangat basah dan gemetar?”, sheina hanya tersenyum sambil memeluk suaminya, dan sesaat setelahnya mereka tertidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Neivi Rose Papilaya
ayolah tolong penulis jangan buat mereka harus tersiksa dengan kelakuan orang tua pendra,tega kalian Anak yg sdh pernah ngelami trauma kejiwaan sampai S4 gila,orang tua kandung macam apa kalian ini,itulah klw hidup hanya memuliakan status bibit bebet bobot,kasta dan harta duniawi,sgl cara kalian lakukan,sabar ya kucing kampung Sheana yg cantik,sarjana muda😔😘
2021-03-02
2
Yuliana Kirana
kasihan sheina menikah dengan gerandong
2020-11-17
1
Ruby Talabiu
gemas bangat ma kedua orang tua nya
2020-11-06
1