Aku mengambil posisi tidur membelakangi Mas Jana yang berada di sisi kanan ku. Kuperhatikan dia
diam-diam. Sepertinya ia sama sekali tidak terganggu harus tidur denganku. Beda denganku yang merasa aneh dan takut harus tidur berdua dengannya.
Kemudian ia meletakkan ponselnya dan menarik selimut. Ia menghadapku dan menarik tubuhku hingga menjadi saling berhadapan. Aku buru-buru menarik selimut hingga menutupi leherku.
"Hei..Ada apa Sayang? Kamu pasti tidur enggak pake bra ya? Hahaha"
"Hemm... Mesum kamu Mas. Udah ah ayo tidur. Awas kamu kalau berani macem-macem.." Ancamku padanya agar jangan sampai terjadi hal yang diinginkan hahaha.
Mas Jana menarik tubuhku hingga aku berada dipelukannya. Kepalaku bersandar di dadanya. Ia menarik tanganku dan menciumnya, kemudian mencium keningku.
"Aku lelah Sayang, aku tidak punya tenaga buat macem-macem sama kamu hahaha."
"Hmm.. Terus seminggu kedepan awas aja kalau berani macem-macem"
Aku mengancamnya, padahal kalaupun memang ia akan melakukannya sepertinya aku juga tidak akan menolak. Kami sudah saling mengenal sejak lama, dan sebentar lagi kami juga akan menikah. Tapi semua itu kembali ke prinsip. Dulu Mas Jana pernah berjanji tidak akan melakukannya sampai kita menikah nanti. Dan janji itu tidak
pernah dilanggar hingga saat ini.
Ia memelukku sangat erat dan menciumi keningku. Ciumannya semakin mennurun dan ia mencium bibirku dengan sangat lembut, aku membalasnya. Aku sangat tahu ia menahan diri sebisa mungkin agar tidak terjadi. Aku kemudian memeluknya dan mencoba untuk memejamkan mataku. Satu jam berlalu dan aku masih sangat sulit untuk tidur. Ini kali pertama aku tidur dengan Mas Jana. Dan kita hanya berdua di apartemen ini. Kulihat Mas Jana juga tidak bisa tidur. Beberapa kali ia merubah posisi tidurnya tapi tetap tidak bisa.
"Mas aku enggak bisa tidur, kamu juga kan?" Aku membangunkannya yang masih mencoba untuk memejamkan matanya.
"Hmm.. Kita nikah aja yuk Sayang. Aku gak bisa kalau kayak gini." Jawabnya terlihat frustasi.
"Kamu nih ngaco mas.. Emang kamu mau tinggal disini?"
"Ya gimana caranya coba...Nanti kalau aku tinggal disini aku juga gak bisa kerja kan.."
"Kenapa kamu enggak cari pekerjaan disini Mas?"
"Doain aja ya Sayang, semoga kerjasama kali ini goal. Nanti aku jadi bisa tinggal disini."
"Emang ngajuin kerjasama kemana Mas? kok kamu gak bilang-bilang sih?"
"Rahasia.. Nanti kalau udah goal baru aku kasih tau.."
Aku mendengus kesal dan tidak melanjutkan lagi pembicaraan ini. Bagaimana bisa ia tidak mau memberitahu aku. Padahal jelas-jelas aku calon Istrinya. Aku kesal, tapi yasudahlah daripada jadi berantem. Bagiku ia berusaha untuk bisa selalu tinggal denganku itu sudah cukup. Jika Tuhan berkehendak pasti jalannya akan dimudahkan.
"Sayang..." Panggil Mas Jana sambil menarikku kembali ke pelukannya.
"Hmmm.."
"Kamu kesal ya? Besok jalan-jalan yuk.."
"Hah.. Beneran Mas? Tapi kan aku belum hafal tempat-tempat dan jalanan di sini."
"Udah tenang aja, sekarang kita tidur yuk.. Kita berangkat pagi ya"
Mas Jana kemudian memelukku dan mengecup keningku. Aku tahu dia sudah tidak tahan lagi ingin melakukannya. Ia hanya sampai mencium bibirku. Tidak lebih.
Kami mencoba untuk tidur. Karena Mas Jana sudah berjanji akan mengajakku jalan-jalan aku jadi bisa cepat tidur. Tapi sepertinya semalaman Mas Jana tidak tidur dengan nyenyak. Sesekali aku merasakan ia membelai wajahku dan mengecupi bibirku. Meskipun aku merasakannya, aku tetap mencoba untuk tenang dan tidak berkutik dengan perlakuannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments