"Yukari... " desis Refano.
Yukari tersenyum dengan darah yang terus mengalir akibat hujaman pedang dari Devano.
"A.. Aku.. Percaya.. Pa.. Padamu.. Aku.. Me.. Mencintaimu Re"
Yukari pun menghembuskan napas terakhirnya. Refano memeluk tubuh yang sudah kaku itu dengan gemetar.
Refano menatap tajam Bianca dan Devano.
"Kalian puas!!!! " teriak Refano.
"Aku tidak bermaksud membunuhnya! Aku bermaksud membunuhmu! " bentak Devano.
Refano meninju Devano hingga terlempar. Bianca terkejut, bukan itu yang dia harapkan.
Tiba-tiba, istana itu berguncang seiring kemarahan Refano. Bianca segera berlari melindungi Devano kemudian menghilang.
Istana itu pun berubah menjadi semakin gelap dan meruncing.
♡♥♡♥♡♥♡
Himeka mengobati luka Devano. Dia melihat bekas pukulan Refano dipipi Devano.
"Ini bukan hanya kemarahannya.. Ini juga menggambarkan luka yang dia rasakan" kata Himeka.
"Ini benar-benar menyakitkan, padahal aku tidak pernah merasa sakit jika hanya dipukul seperti ini" kata Devano.
"Mungkin karena yang memukulmu adalah kakak kandungmu yang tidak pernah memukulmu sama sekali" kata Himeka.
"Ibu bicara seperti itu terkesan membela dia" kata Devano sarkas.
"Tentu saja dia putraku juga" kata Himeka cepat.
"Setelah apa yang dia lakukan padaku? " timpal Devano.
"Aku yakin kekasihmu itu berbohong, aku tahu seperti apa Refano, dan aku juga tahu seperti apa kekasihmu"
"Ibu menyalahkan Bianca? "
"Iya! " jawab Himeka cepat.
"Aku yakin ibu bicara seperti itu karena ibu membelanya sebagai putra kesayangan ibu"
Tanpa mereka sadari, Bianca menguping pembicaraan mereka. "Sial! Wanita tua itu menghalangi jalanku! "
"Iya, aku lebih menyayangi Refano, karena dia tidak mudah terhasut sepertimu, dan satu lagi, dia menyayangimu meski kau sudah membunuh kekasihnya. Jika aku jadi dia, akan kubunuh kau" Himeka berlalu diringi air mata yang berjatuhan tidak ingin dilihat putranya.
Devano merasa bersalah karena bertindak berlebihan. Dia pun berlalu.
♡♥♡♥♡♥♡
Beberapa bulan kemudian, Devano tak kunjung menikahi Bianca. Karena alasan Himeka yang tidak mau merestui mereka.
Suatu malam, Bianca berjalan gegas menuju kamar Himeka. Dia tidak tahan dengan tindakan wanita tua itu. Malam ini dia berencana membunuhnya.
Dia membuka pintu ganda kamar Himeka. Tidak ada siapapun didalam.
Tiba-tiba, seekor naga mematuk tengkuknya. Bianca tersungkur dan memegang bekas gigitan naga itu.
Sang naga berubah menjadi wujud Himeka.
"Kau berniat membunuhku? Jalang? "
Bianca menautkan alisnya mendengar ucapan mengejek dari Himeka.
"Dasar wanita tidak tahu malu, kau sudah membunuh calon istri outra sulungku kemudian membuat jarak tegang antara Refano dan Devano, dan sekarang, kau mau mencoba membunuhku? Heh jalang jalang, takkan ku biarkan kau bersanding dengan putraku!! "
Bianca tertawa sarkas. "Jika saja wanita bodoh itu tidak menghalangi Devano saat detik-detik pembunuhan itu maka Refano sudah mati dan aku bisa dengan mudah membunuhmu yang sedang terpuruk karena kematian putramu itu! "
"Apa? "
Pandangan kedua wanita itu tertuju pada Devano yang berdiri diambang pintu.
Bianca terkejut. Sejak kapan Devano berdiri disana dan mendengar ucapannya?
"Ini bukan seperti yang kau dengar Lee"
"Diam kau jalang!!! "
Himeka tersenyum sarkas melihat Bianca yang sudah tidak bisa berkutik lagi.
"Kau benar-benar.... Sialan! "
"Lee"
Bianca bertekuk lutut dikaki Devano. "Aku melakukannya karena aku peduli padamu, aku mencintaimu.. Aku tidak mau kalau kakakmu yang menjadi raja" tangis Bianca dengan air mata buayanya.
"Itu bukan urusanmu! " Devano menendang Bianca hingga Bianca tersungkur.
"Mulai hari ini, jangan tunjukkan wajahmu dihadapanku! Atau kau... Akan menyesal!! "
Setelah kejadian itu, Devano memohon meminta Refano memaafkannya. Namun Refano tak kunjung memaafkannya. Dia terlanjur sakit dan sakit itu terlalu dalam.
Lama-lama Devano juga membenci Refano karena Refano sering membuat kerajaan Diamond hampir mengalami keruntuhan.
♡♥♡♥♡♥♡
Devano beralih ke dimensi lain di kerajaannya dan dia kini berada dimansion manusia. Dia melihat seorang gadis kecil yang manis berlarian kesana-kemari di ruang tengah.
Devano tersenyum melihat tingkah gadis itu. Dia mendekatinya.
Gadis itu menoleh dan menatapnya.
"Kau siapa? " tanya gadis itu ketakutan.
"Ah? Kau melihatku? "
Devano heran kenapa gadis kecil itu bisa melihatnya. Dia pun menghampirinya sambil tersenyum tampan.
"Kau manis sekali, siapa namamu sayang? "
"Na.. Namaku.. Na.. Narura Ayame"
"Nama yang bagus"
"Emm kkau tampan sekali" kata Narura dengan malu-malu.
"Terimakasih sayang, aku tahu"
"Maukah kkau menjadi.. Pacarku? " tanya gadis itu polos.
Entah kenapa pertanyaan manis nan polos itu membuat hati Devano tergerak. Jantungnya berdebar kencang. Oh dia hanya anak kecil yang polos Dev.
"Jika aku menjadi pacarmu, apa yang akan kita lakukan? " tanya Devano.
"Kita akan bermain bersama dan menonton film kartun bersama. Kita akan pergi ke sekolah bersama dan makan bersama di kantik TK ku.. Itu pasti menyenangkan" kata Narura.
Devano tersenyum geli mendengar jawaban Narura. Dia menggendong Narura ke pangkuannya dan duduk di sofa.
"Aku tidak mau berpacaran seperti itu. Bagaimana kalau kita tidur bersama, menikmati masa tua bersama dan saling mencintai selamanya? " tanya Devano.
"Aku belum mau tua"
"Kau yakin mau berpacaran denganku? Padahal aku ini sudah tua, usiaku sekitar 325 tahun"
Narura membulatkan matanya.
"Mana mungkin kau setua itu, nenekku saja berusia 72 tahun"
"Hemm.. Baiklah aku kalah"
Narura tersenyum dan turun dari pangkuan Devano kemudian menatap Devano dengan lekat.
"Aku akan selalu mengingatmu, kau temanku sekarang " kata Narura.
Devano tersenyum.
"Kalau aku temanmu, kau harus menciumku"
Narura mendekati Devano kemudian mencium pipi Devano.
Devano tersenyum kemudian mencium pipi Narura.
"Narura, kau dimana sayang " seorang wanita memanggil Narura.
"Itu ibuku, ayo kita ketemu ibuku" Kata Narura sambil menarik tangan Devano. Tapi Devano tidak bergeming.
"Akan tiba saatnya dimana aku bisa memilikimu, sebentar lagi" kata Devano.
Narura tidak mengerti ucapan Devano kemudian berlalu meninggalkan Devano untuk menemui ibunya.
"Ibu.. Ibu.. Aku punya teman baru.. Dia disana" Narura menarik tangan ibunya untuk mengikuti langkahnya menuju ke tempat dimana dia dan Devano bertemu.
Namun tidak ada siapapun disana. "Dimana dia sayang? Dimana temanmu? "
"Tadi disini"
Devano tersenyum di dunianya dunia Druckless.
End Flashback
Refano menghisap cerutunya. Dia menghela napas berat mengingat calon mempelainya meninggal ditangan adiknya.
Semua memori itu masih tersimpan jelas diingatannya. Darah dan suara-suara itu masih terpatri jelas dimatanya.
"Devano" geram Refano.
By
Ucu Irna Marhamah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Diankeren
mmpus
jgn² siasat emak'y 😁
2024-07-31
0
ariasa sinta
1873
2021-12-28
0
Gue Kangen🥰
Sepatutnya si bianca itu yang kalian habisin... Bukan berantam
2020-12-23
4