MENJAGA NARURA

Setelah mengantarnya ke kampus, aku ke kantor. Ya aku punya kantor yang mendadak ku beli. Ya setidaknya aku seperti manusia. Berjas, berdasi, tampan, dan ya aku berkuasa.

Di kantor, semua mata tertuju padaku. Aku sengaja memperlihatkan wujudku pada mereka karena aku yakin sebentar lagi aku akan memiliki Narura di dunia ini atau pun di duniaku.

Aku memasuki ruangan pribadiku. Disana ada asistenku yang bernama Amy.

"Tn. Lee, ada rapat"

"Iya, siapkan semua dokumenku"

Gadis itu pun berlalu dengan pipi merona. Aku yakin banyak gadis yang menyukaiku. Ah jangan salahkan ketampananku. Aku memang menawan.

Terdengar suara ponselku berdering. Aku melihat ada nama Naru dilayar ponselku. Aku pun mengangkat panggilanya.

"Halo? Ada apa sayang? Merindukanku? "

"Jangan besar rasa, aku mau bilang padamu ada rapat orang tua di kampusku besok.. Kuharap kau hadir karena aku tidak mau merepotkan bibi Akami"

"Apapun untukmu sayang. Jadi kau menganggapku ayahmu? "

"Bukan begitu, aku mau kau kesini sebagai wakil orang tuaku"

"Apa aku boleh bilang kalau aku calon suamimu? "

"Jangan! Itu memalukan"

"Memangnya kenapa kau malu? Aku jelek ya? "

"Kau tampan hanya saja agak tua untukku"

Menyebalkan sekali dia. Aku tua?  "Baiklah lihat saja besok"

"Kau akan datang kan? "

"Ya" aku pun mengakhiri panggilan tersebut.

Setelah menghadiri rapat klien, aku pulang ke mansion dan mendapati Narura berada dikamarnya sambil menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

Aku menarik knop pintu, tapi sepertinya terkunci. Aku pun tidak ambil pusing dan menembus pintu tersebut. Aku melihat Narura berada didalam selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.

"Jangan mendekat" katanya.

Aku menghentikan langkahku. Aku merasa senang dia bisa menyadari keberadaanku. Mungkin karena aku memiliki hawa dingin.

"Kau kenapa? " tanya ku.

Dia membuka selimutnya dan menatap ku. "Kau pikir kenapa "

"Kau balik bertanya padaku? "

"Iya"

"Kau marah padaku? "

"Setengah benar"

Aku berfikir. Sebenarnya apa yang dia permasalahkan?  "Katakan apa masalahmu Naru"

Dia balik menatap ku dengan tatapan anak kecilnya yang membuatku gemas.

"Aku tinggal disini bersama satu orang druckless pun takut. Apalagi mereka "

Aku baru mengerti, yang dia maksud adalah para pelayanku.

"Kau mau hidup enak kan? Jadinya aku membawa mereka kemari untuk melayanimu"

"Itu hal terburuk yang pernah kudengar"

"Memangnya mereka jahat padamu? "

"Tidak sih.. Hanya saja.. Tadi aku tidak mau makan mereka memaksaku katanya jika aku tidak makan, kau akan marah. Aku masuk ke kamar dan mengunci pintu. Tapi ada yang menembus pintu dan memberiku makan aku takut"

"Hahaha.. Kau harus terbiasa sayang.. Tentu mereka pantang menyerah.. Kau keras kepala. Memangnya kenapa kau tidak mau makan? "

"Aku berfikir mungkin ada belatung atau tanah kuburan di makananku"

"Apa? Benda macam apa itu? Mereka tidak mungkin memberikanmu makanan semacam itu "

Dia terdiam dan tampak berfikir. "Biasanya kan hantu seperti itu "

"Sudah kubilang, aku dan mereka bukan hantu"

"Ok baiklah.. Aku yang salah" katanya.

Aku tersenyum mendengar pengakuannya. Baru kali ini dia mengatakan itu. Aku melihat nampan berisikan makanan di meja samping ranjangnya.

Aku mengambilnya kemudian menyuapinya. Dia terlihat ragu tapi kemudian membuka mulutnya dan menerima suapanku. Ooohh senangnya.

Akhirnya makanan pun habis. Narura tersenyum padaku.

"Kau kenapa? " aku heran.

"Terimakasih"

Aku senang mendengar ucapan tulusnya itu.

"Sama-sama" kataku sambil mengecup keningnya. Dia tampak kaget dengan apa yang kulakukan.

"Jangan memasang ekspresi seperti itu " kataku.

Dia terlihat cemberut.

"Bukankah kita pernah melakukan lebih dari ini? " goda ku yang membuat pipinya merona karena malu.

"Kkau menyebalkan!! Kau masih saja mengingat kejadian itu!! Dasar menyebalkan!! "

"Tentu aku akan selalu mengingatnya.. Sebentar lagi kita akan menikah kan? Kita pasti akan lebih sering melakukannya"

"Eeeuuuhh diam itu memalukan!! "

"Lebih baik sekarang kau tidur. Besok kau harus bangun pagi dan aku mengantarmu"

Aku pun keluar dari kamarnya dengan cara menembus pintu. Terdengar teriakan keras.

"Jangan menembus pintu itu saat aku masih banguuunn!!!!! "

Aku hanya tersenyum mendengar ocehan gadis itu. Heh dasar manusia.

End Devano POV

Keesokan harinya, Narura tidak melihat keberadaan Devano. Dia sarapan sendiri dengan disiapkan para pelayan.

"Silakan Nn. " mereka menghidangkan makanan kesukaan Narura.

"Terimakasih"

Narura pun makan. "Emm dimana Tn. Devano? " tanya Narura.

"Pagi sekali beliau pergi" jawab salah satu dari mereka.

"Boleh aku meminta sesuatu ?"

"Silakan"

"Jangan menghilang dan menembus sesuatu saat aku melihat kalian "

Para pelayan saling pandang. "Baik Nn. "

Setelah selesai sarapan, Narura pergi ke kampus. Dia kesal karena harus berjalan kaki.

Sesampainya di kampus, Narura melihat banyak sekali orang tua mahasiswa yang hadir. Dia jadi merindukan orang tuanya. "Dimana Vano, harusnya dia sudah datang" gerutu Narura.

Narura pun memasuki kelasnya dan rapat akan dimulai, tapi Devano belum terlihat batang hidungnya.

"Apa mungkin dia marah" gumam Narura.

"Permisi, maaf saya terlambat" Narura menoleh. Pria itu disana.

Tampan sekali dengan gaya rambut hardcore berwarna hitam kecoklat emasan dan pakaian kemeja hitam serta celana hitamnya.

Narura sampai tidak bisa menelan air liurnya. Semua wanita diruangan itu terpesona dengan ketampanannya.

"Maaf anda siapa? "

"Saya Devano Lee, calon suaminya Naru "

Seketika pipi Narura merona. Malu dan merasa geli. Tapi tidak masalah jika Devano mengaku sebagai calon suaminya dengan tampang macam itu.

"Silakan masuk"

♡♥♡♥♡♥♡

Diperjalanan pulang, mereka saling terdiam. Narura fokus dengan pikirannya. Devano juga fokus menyetir.

"Kenapa diam? " Devano memecah kesunyian.

"Kenapa bertanya? " Narura balik bertanya dengan ekspresi lucunya.

"Kupikir kau akan marah karena aku bilang pada mereka kalau aku calon suamimu"

"Emm.. Itu... Aku tidak punya pilihan lain"

"Maksudmu? Seolah kau korban obsesiku? Seperti cerita di wattpadmu itu? "

"Apa? Jadi kau membaca wattpad juga? "

"Ya begitulah"

"Memangnya apa saja yang kau baca? " tanya Narura dengan antusiasnya.

"Aku membaca yang judulnya Alfagorn VS Bluesky "

"Memangnya menceritakan apa? "

"Aku baru membacanya sekilas.. Ceritanya sangat menyebalkan"

"Ceritakan... Ceritakan.. "

"Yang pasti tokoh lelaki dicerita itu seorang ladykiller dan menyakiti istrinya yang awalnya adalah korbannya juga"

"Lalu? Kenapa judulnya seperti pertarungan tapi ceritanya percintaan"

"Entahlah.. Salahkan saja penulisnya"

"Hmm"

Keheningan kembali menyergap mereka.

"Kau ladykiller juga Vano? " Narura memecah kesunyian.

"Tidak"

"Benarkah? "

"Kau tidak percaya? "

"Aku yakin kau pernah melakukan hal menjijikan dengan jalan lain"

"Soal itu iya.. Tapi itu karena aku raja.. Aku tidak membuat mereka hamil. Aku hanya akan melakukannya dengan istriku"

"Emm.. Lalu yang kemarin itu? " tanya Narura ragu.

"Yang kita bercinta itu?"

"Bukan kita! Tapi kau memperkosaku! "

"Memperkosamu? Jika aku memang melakukan tindakan selaknat itu, kau tidak mungkin menikmatinya sayang "

Pipi Narura merona dan mengalihkan pandangannya. "Aku tidak menikmatinya.. Kau menyakitiku tahu"

Devano tersenyum mendengar ucapan Narura.

By

Ucu Irna Marhamah

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***