"Dasar anak kurang ajar! " bentak Himeka. Membuat Narura terlonjak saking kagetnya.
Tanpa diduga, Himeka menjewer telinga Devano. "Kenapa kau menghilang dari kerajaan lama sekali!! Aku bosan jika harus memimpin, anak durhaka!! " teriak Himeka.
"Aaaww sakit ibu"
Narura makin tegang dan menunduk sekitar 90°.
Himeka menoleh pada Narura. "Dan siapa yang cantik ini? "
"Dia calon istriku"
Bruak
Serta merta Himeka mendorong Devano hingga tersungkur dan mendekati Narura.
Napas Narura tercekat. Himeka menangkup pipi Narura dan mengangkatnya agar menatap dirinya.
"Hmm cantik"
Narura gemetar.
"Kenapa kau gemetar sayang? " tanya Himeka lembut membuat Narura agak tenang.
Devano bangkit dan menepuk-nepuk jubahnya seolah membersihkan debu yang menempel.
"Dia manusia "
Tatapan Himeka tertuju pada Devano. "Hmm.. Pantas saja aku mendengar detak jantungnya.. Hmm sangat indah dan membuatku nyaman"
Devano dan Narura saling pandang.
"Kenapa kau tidak bilang akan ada tamu Dev, kalau aku tahu, aku akan bersiap-siap, kalian berdua istirahatlah" kata Himeka sambil menepuk tangannya. Beberapa pelayan masuk.
Devano menarik tangan Narura agar ikut dengannya ke kamar.
Narura terlihat cemas.
"Ibuku baik" kata Devano seolah bisa membaca pikiran Narura.
"Aku.. Aku takut"
"Dia baik Naru, dia hanya sedikit.. Agresif mungkin.. Percayalah padaku"
"Apa dia menyukaiku? "
"Tentu saja, ibuku selalu yakin dengan pikihanku kecuali... Bianca "
Narura menatap Devano.
"Sudahlah, ganti pakaianmu dengan pakaian yang lebih baik, aku akan memanggil pelayan untuk mendampingimu"
Devano berlalu. Beberapa pelayan masuk dan merias Narura dengan berbagai hiasan khas druckless.
♡♥♡♥♡♥♡
Himeka sibuk mengatur persiapan makan malam. "Hei jangan disana, simpan ini disitu "
Devano menghampiri ibunya. "Ibu" Himeka menoleh.
"Ada apa Dev? "
"Kau membuat Naru takut "
"Aku marah padamu anak sialan, bukan pada makhluk cantik itu "
"Setidaknya ibu jangan marah padaku didepannya"
"Baiklah, aku akan menghajarmu dibelakangnya.. Tunggu saja"
Devano terkekeh mendengar ocehan ibunya.
"Ibu marah padaku karena aku terlalu lama di dunia manusia? Kemudian ibu rindu padaku, iya kan? " goda Devano.
Himeka menoleh dan menatap mata coklat putranya. Himeka membelai pipi Devano. Menatap lekat wajahnya yang sangat mirip dengan ayahnya.
Himeka menepuk-nepuk pipi Devano dengan cukup keras membuat Devano meringis.
"Sakit ya? " tanya Himeka memasang wajah polosnya.
"Tentu saja ibu" gerutu Devano.
"Itulah yang kurasakan selama kau pergi"
Devano yang memegang pipinya sendiri tersenyum mendengar pernyataan ibunya.
"Dimana gadis mu? "
"Sedang dirias para pelayan "
"Tanpa dirias pun dia sudah cantik seperti aku"
Devano tersenyum. "Tentu saja bu, makanya ayah mencintaimu"
Devano memeluk ibunya. Himeka tersenyum bijak dan membalas pelukan putranya itu.
"Kau berbeda dengan Refano sayang " tatapan Himeka melembut.
Raut wajah Devano jadi berang mendengar nama Refano "Jangan menyebut namanya lagi bu"
"Bagaimana pun dia kakakmu Dev"
"Tapi dia.. "
Ucapan Devano tidak diteruskan karena melihat Narura memasuki ruangan dengan anggunnya.
Dia mengenakan gaun tak berlengan berwarna biru gelap dengan dada rendah dan punggung mulusnya terekspos. Rambutnya disanggul dengan menyisakan anak rambut didahinya. Mahkota perak menghiasi rambutnya begitu pun dengan kalung dan anting perak yang senada dengan mahkotanya.
Dia berjalan anggun menghampiri kedua ibu dan anak itu yang tengah terpana dengan kecantikannya.
"Kau tidak salah pilih" kata Himeka sambil berjalan menghampiri Narura.
Himeka memegang tangan Narura dengan lembut. "Cantik "
Narura tersenyum canggung pada Himeka.
Himeka membawa Narura duduk disalah satu kursi meja makan.
Himeka memberikan kode agar para pelayan pergi. Para pelayan pun membungkukkan badannya kemudian berlalu.
Sunyi. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing.
Himeka tidak ingin memberikan kesan mertua galak didepan menantunya itu karena untuk pertama kalinya dia berhadapan dengan yang namanya menantu.
Devano juga sedang berfikir bagaimana cara menghentikan kesunyian itu.
Narura yang gugup dan takut juga sedang berfikir bagaimana menghadapi yang namanya mertua. Karena untuk pertama kalinya dia dalam keadaan seperti itu.
"Ehmm, apa kita hanya akan melihat makanannya? " terpaksa Devano sebagai lelaki harus memulainya.
Himeka tersenyum. "Iya sayang, ayo makan, jangan malu, anggap di istana sendiri "
Devano melirik Narura yang juga menoleh padanya. "Maksud ibuku anggap seperti dirumah sendiri "
Narura tersenyum pada Himeka. Himeka juga tersenyum.
Devano menghela napas lega melihat kedua wanita berharganya mulai memperlihatkan interaksi yang baik.
Mereka pun makan. Makanan disana sangatlah lezat dengan pengolahan yang baik seolah ahli masak terhebat yang mengolahnya.
Selesai makan, mereka memasuki ruangan lain yang suasananya lebih nyaman. Mungkin kita biasa menyebutnya ruang keluarga.
"Jadi, kapan kalian akan menikah? " tanya Himeka.
Baru saja Narura mangap, Devano sudah menjawabnya.
"Secepatnya"
Narura menatap Devano tak percaya. Padahal dia igin menikmati dulu masa lajangnya.
Himeka tersenyum. "Baguslah, aku ingin segera menimang cucu"
Narura tersenyum kaku mendengar ucapan mertuanya yang cantik itu.
"Bagaimana jika minggu depan? " tanya Devano.
"Bagaimana sayang? Oh ya aku lupa belum sempat menanyakan namamu"
"Namaku Narura Ayame"
"Hmm.. Nama yang bagus, setelah menikah dengan Dev, namamu akan berubah menjadi Narura Lee"
"Kedengarannya bagus, jadi bagaimana Naru jika kita menikah minggu depan? " tanya Devano.
"Emm.. Aku.. Terserah.. Sepertinya itu bagus" jawab Narura ragu.
"Kedengarannya kau ragu? Katakan saja" kata Himeka.
"Saya setuju" jawab Narura mantap. Karena tidak ingin menyakiti perasaan mertuanya.
Devano tersenyum sambil membelai punggung Narura. Narura terkejut kemudian menatap Devano dengan tajam.
"Jangan mencari kesempatan Dev" tegur Himeka.
Devano tersenyum. "Ibu selalu saja tahu"
"Tentu saja, ayahmu juga begitu, heh jangan sampai kau merusak calon mempelaimu" ancam Himeka.
Narura meringis dalam hati mendengar ucapan Himeka. Andai Himeka tahu kalau Devano hampir setiap hari membuatnya kenikmatan.. Ups memperbudaknya.
Devano tertawa mendengar ucapan ibunya. "Itu sudah terjadi "
"Apa! Dasar anak kurang ajar"
"Tenang bu, Naru masih perawan"
Pipi Narura merona mendengar pembicaraan vulgar itu.
"Tapi kau pernah merasakannya? Bejat sekali kau"
"Tapi aku tidak tahan bu, tubuhnya menggiurkan"
"Apa kau tidak bisa menahan napsu sialanmu itu "
"Sayangnya tidak "
"Ayah anak sama saja"
Pipi Narura semakin memerah.
"Hari sudah makin gelap, kalian tidurlah" kata Himeka mengalihkan pembicaraan.
Narura membungkukkan badannya kemudian berlalu diikuti Devano. Tapi Himeka menarik jubah Devano sehingga langkahnya terhenti.
Devano menoleh pada ibunya.
"Mau apa kau? "
"Mengikutinya bu"
"Kau lupa dimana kamarmu? "
"Emm.. "
"Mau kutunjukkan? "
Glek "tidak perlu bu"
Himeka melepaskan cengkramannya kemudian berlalu meninggalkan putranya.
"Ya ampun. Aku bisa mati kekeringan bila tanpa Naru" gerutu Devano kemudian berlalu kekamarnya.
By
Ucu Irna Marhamah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Diankeren
ada juga yg kering y Naru, Devan..... kan dia sawahnya
2024-07-29
0
Diankeren
seneng Ama nvel² mu tor
cucok meong mblewer²
bgoosz
2024-07-29
0
Agustina Kusuma Dewi
iiiihhssssss...
dunia lain..podo wae..
😀😍😘✌🙏💪💪💪
2022-07-06
0