Beberapa menit kemudian mobil memasuki area parkir RS, Doni dan Aji segera menuju bagian resepsionis dengan menuliskan nama pasien karena tidak mau menyebut, mengingat di sana banyak sekali para pencari berita alias wartawan dari berbagai media yang masih meliput berita dari kecelakaan itu
" Early" Begitu tulisan Doni yang dia berikan pada Resepsionis.
Resepsionis pun mengerti dan menjawab dengan berbisik agar tidak didengar oleh para wartawan demi kenyamanan pasien.
Aji dan Doni kemudian langsung menuju ruangan dimana Early di rawat.
Dengan perlahan Doni membuka pintu, dan langsung disuguhi pemandangan Seorang gadis tengah tertidur dengan infus ditangan, kepala yang diperban serta alat bantu pernafasan yang menempel di hidung, sedang di genggam tangannya oleh seorang pria dia sampingnya.
" Permisi".
" Iya!".
" Apa ini ruang perawatan Nona Early?".
" Anda siapa Tuan?". Doni langsung melangkah maju mendekati pemuda tersebut sambil menyodorkan tangan untuk bersalaman.
" Saya Doni, asisten Tuan Pangestu Aji". Sementara Aji masih menunggu di luar karena sedikit merasa kesal melihat Early di tungguin seorang pria.
" Oh, saya Diwan kakaknya Early".
" Sebentar mas", Doni menuju keluar untuk memanggil Tuannya.
" Tuan", Doni mengangguk memberi kode Aji untuk masuk.
Perlahan Aji pun masuk dan menyalami Diwan dengan tatapan intens pada Early.
" Terima kasih Tuan, Dia masih syok sehingga dikasih obat penenang".
" Bagaimana kondisi dia sebenarnya?". Tanya Aji tanpa melihat Diwan.
" Lukanya sebetulnya tidak begitu serius tapi sesak di dadanya akibat hempasan itu sehingga membuat dia sulit bernafas serta rasa syok nya yang berlebihan sehingga harus di tenangkan". Jelas Diwan.
" Bagaimana kondisi kedua orang tuanya?".
" Papah? .... Beluau masih kritis tuan, sampai sekarang belum sadarkan diri masih koma sementara mama baru selesai operasi pemasangan pen dikakinya yang patah karena terjepit, sekarang lagi di ruang pemulihan mungkin sebentar lagi dibawa ke ruang ini, saya sudah minta untuk di rawat satu ruangan dengan Adik biar saya bisa mengawasi keduanya sekaligus", Jawab Diwan panjang lebar.
" Owh..... berarti ini cowok kakaknya Early", Batin Aji.
Aji mendengarkan penjelasan Diwan dengan seksama. Matanya terus menatap Early.
" Cantik.... bangun... ada mas disini", bisik Aji di telinga Early, tak ada respon.
" Berarti mama Karmila nanti di rawat juga di ruang ini?".
" Iya Tuan.... jadi saya bisa menjaga mereka bersamaan dan sesekali bisa ke ruang ICU menengok papah".
Aji langsung menatap Diwan dengan wajah sendu, seakan ikut merasakan kepedihan Diwan.
" Permisi...." pintu terbuka lebar dan dua orang perawat masuk mendorong ibu Karmila yang terbaring di atas bed rumah sakit dengan kondisi mata masih terpejam.
" Selamat malam.... dengan keluarga pasien?", tanya salah seorang perawat.
" Iya saya Sus", Jawab Diwan.
" Pasien dalam kondisi pemulihan paska operasi, nanti kalau sudah sadar sepenuhnya jika minta minum kasih saja satu tetes dulu tidak boleh lebih sebelum pasien buang gas... ini untuk menjaga pencernaannya pasca operasi atau sekedar basahi bibirnya saja.... terima kasih kami permisi", Ucap 2 perawat tersebut kemudian mereka meninggalkan ruangan tersebut, Diwan mengangguk tanda mengerti.
Diwan langsung membelai punggung tangan ibunya, " Ma..... sabar ya ", Lirih nya berbisik disamping mamanya dengan isak tangis yang tertahan.
" Kronologinya seperti apa?". Tanya Doni yang sedari tadi hanya diam berdiri menunggu tuannya.
" Tadi saat hujan angin....sebuah mobil berlawanan arah menabrak pembatas dan mental menjatuhi mobil papa, ya sudah papa kegencet, mama pun sama di bagian kaki, kalau papa pas di dadanya terhimpit stang kemudi, menurut keterangan polisi berdasarkan rekaman CCTV", Jelas Diwan sedih mengenang peristiwa yang dialami keluarganya hari ini.
Doni dan Aji mendengarkan penjelasan Diwan dengan seksama.
hampir jam 10 malam akhirnya Early terbangun dan melihat mamanya disamping tempat tidurnya membuat dia agak sedikit berkurang rasa syok nya.
Early mengedarkan pandangannya, dilihatnya 3 orang lelaki tengah berbincang di ruang itu, dan juga disebelahnya ada mamanya berbaring tenang dengan infus ditangannya.
" Mama....", lirih Early membuat para lelaki yang di ruangan itu menoleh padanya.
" Dik, kamu sudah bangun? Jangan kawatir Mama juga ada disini, dia juga sama kayak adik tadi, sedang tidur, mungkin sebentar lagi bangun". Diwan mengusap pipi adiknya seraya berucap lembut.
" Mama gapapa kan mas? papa gimana?". Early bertanda dengan terisak.
" Mama gapapa.... sama kayak adik, papa masih ditangani dokter ... kita doakan ya, semuanya baik baik saja, adik tenang... oke! tos dulu dong! ". Bujuk lembut Diwan pada Early.
Early cuma senyum tipis sambil menahan sakit, tidak membalas tangan kakaknya.
" Cantik...... gimana? apanya yang sakit?". Aji mendekat dan menyapa Early.
" Mas Aji, pak Doni", Senyum tipis Early mengembang.
" Non..... gimana keadaan Nona?". Tanya Doni.
" Aku gapapa, cuma sedikit pusing".
" Non.... boleh ralat ga? saya dan Tuan tuaan Tuan masak dia dipanggil mas saya dipanggil pak!", batin Doni.
" Mas .... makasih ya, udah datang kesini, kok rapih sih, habis dari mana?".
" Iya mas pasti datang lah.... kan pacar mas sedang sakit masak mas tega ngebiarin sih
.... cepet sembuh ya... iya Mas baru pulang kerja!".
" Iih mas.... Early bukan pacar mas juga", sungut Early.
" Kok hari minggu kerja sih! ga salah?".
" Kan biar bisa beli kapal pesiar untuk kita keliling dunia Cantik!".
" Mas.... jangan tengil deh, Ear ga bisa tertawa .... sakit, pusing!".
" Ya sudah maaf.... sakit ya? yang mana sini mas tiupin!".
" Ditiup? Heheee.... itu Ear waktu kecil jatuh dari sepeda terus sama Papa di tiup". Early berkaca kaca memikirkan keadaannya papa nya kini.
" Wuuhhhhsss.... wuuhhhhsss ... " Aji meniup kepala Early yang diperban.
" Mas ngapain? mau tiup lilin?".
" Tiupin luka kamu Cantik biar ga perih!".
" Biar ga perih, dikasih obat mas, minum obat bukan ditiup, ditiup mah jaman dulu ".
" Kan usaha Cantik, biar mas kelihatan perhatian".
" Hmmm.... usaha mah buka toko, jualan spa gitu".
" Diihh .... beda ya kalau ngomong sama tukang main sandiwara mah, nyambung aja... hahaaa".
Early cuma tersenyum tipis menanggapi candaan Aji.
Doni dan Diwan cuma sesekali tersenyum melihat interaksi kedua orang di hadapannya itu, namun Diwan sesekali mengusap punggung tangan mamanya yang nampak gelisah karena mulai tersadar.
" Ma..... ".Diwan.
" Pusing mas". Lirih mama Karmila dengan mata masih terpejam.
" Iya sudah tenang saja Ma.... "
" Ada Tuan Aji ma.... Mama mau bicara?",
" Hmm.... makasih Mas Aji ... maaf mama masih lemes".
" Gapapa Ma.... mama istirahat saja, biar cepet pulih". Mama cuma mengangguk pelan " Pusing". lirih mama Lagi.
Untuk beberapa waktu mereka saling terdiam memperhatikan Mama dan Early bergantian.
Kemudian Aji berniat pamit karena sudah larut.
" Ma.... Aji pulang dulu ya.... besok kesini lagi".
" Iya mas..... Makasih ya, doain kita cepet sembuh.... Papa juga ..... doain papa juga mas.... hiks hiks".
" Iya pasti Ma.... pasti Aji doain.... Mama yang sabar ya...". Aji mengusap lembut punggung tangan Mama Karmila, Kemudian dia mendekat ke Early.
" Cantik.... Mas pulang dulu ya....". Aji mengusap Pipi Early dengan punggung jari telunjuknya.
" Iya Mas...... Makasih ya".
" Besok mas kesini lagi, mau di bawain apa?".
" Hmmm..... Besok saja Ear jawabnya.... boleh?".
" Hmmmm..... ", Aji sengaja menahan jawabannya.
♥️Terima kasih Readerku.... sehat selalu untuk kalian....😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments