🍁🍁🍁
Soraya dan Damar Sarapan bersama, sementara Tio memilih untuk turun ke lantai bawah membantu pegawai Soraya yang lain. Dia tidak ingin mengganggu Soraya dan Damar yang sejak semalam ribut tiada akhir.
Kepala Damar terasa pusing, matanya merah karena kurang tidur. Meskipun begitu Damar masih bisa menikmati masakan Soraya suap demi suap, dia rindu pada rasa masakan itu juga sentuhan wanita yang memasaknya. Andai kemarahan Soraya sudah mereda, Damar sudah pasti gencar merayu dan mendekati Soraya lagi.
"Kakek Budi merindukanmu," ucap Damar.
"Dia rindu memarahi dan menghinaku, dirumah hanya aku yang selalu diam saat diintimidasi olehnya," ucap Soraya.
"Aku serius, dia rindu padamu,"
"Dia kesepian karena tidak ada teman, bukan rindu!"
"Jadi, kamu masih menolak untuk kembali kerumah itu?"
"Ya, aku masih menolak, aku juga masih menolak untuk kembali padamu!"
Damar mendengus pasrah, meski mahir mencari uang, Damar ternyata tidak mahir dalam hal merayu wanita. Dia baru tau kalau wanita itu sangat pendendam dan jika sudah marah maka akan sulit sekali dirayu.
"Setelah makan pulanglah, dan jangan kembali lagi ke sini," ucap Soraya.
"Kamu mengusirku?" Damar tertegun sesaat. Mulut Soraya bungkam seolah enggan menjawab pertanyaan Daddy-nya.
Dulu Soraya gadis penurut, pemaaf, ramah dan baik. Tapi itu dulu, sebelum Soraya tumbuh dewasa dan dilukai oleh cinta pertamanya. Rasa sakitnya saja masih terasa, bagaimana bisa dia memaafkan pria itu begitu saja?
Siang hari, Soraya mendapatkan tamu tak diundang lagi. Dia adalah Bimo, teman dekat sekaligus penggemar berat karya Soraya. Entah dari mana Bimo tau tempat tinggal Soraya, yang jelas tiba tiba saja pria itu sudah berdiri di depan kedai Baksonya.
Soraya menghampiri Bimo, dia menyambut temannya dengan baik. Damar menyusul Soraya, mencoba menunjukan kuasanya atas wanita itu.
"Om Damar kok ada disini?" Bimo terkejut.
"Kenapa memangnya? Tidak boleh?" ucap Damar kesal.
"Kamu sendiri sedang apa disini huh?" Tanya Bimo balik.
"Aku kesini untuk melihat Soraya," sahut Bimo santai.
"Kamu sudah melihatnya bukan? Sekarang, kamu boleh pergi dari sini!" Usir Damar.
"Daddy, apa apaan sih!" Soraya tidak suka pada sikap Damar.
"Kenapa Om sewot? Soraya saja senang aku jenguk, dia sama sekali tidak keberatan dengan kehadiranku," Bimo berujar sombong.
"Tapi aku tidak suka kamu ada disini!"
"Ye, itu mah urusan Om."
Mendengar dua pria itu bertengkar, telinga Soraya menjadi panas. Pada akhirnya Soraya terpaksa mengusir kedua pria itu pergi dari kedainya sebelum terjadi keributan yang jauh lebih besar disana.
"Cukup! Sebaiknya kalian berdua pergi saja dari sini!" Usir Soraya. Dia lelah menghadapi perangai Damar dan Bimo yang kekanakan.
"Semua gara gara Om!" Ucap Bimo sebelum berlalu menjauh dari kedai itu.
🍁🍁🍁
Damar berulang kali meninju kaca mobilnya untuk meluapkan emosinya. Dia tidak terima diusir begitu saja oleh Soraya, seolah dia adalah pria yang tidak memiliki harga diri dan kehormatan. Terlebih lagi dia adalah Ayah angkatnya sendiri.
"Sabar Bos, wanita memang suka seperti itu. Siapa tau dia sedang PMS. Wanita memiliki gangguan emosional saat sedang PMS karena hormonnya sedang naik," cicit Tio.
"Kamu sok tau!" Damar marah. Segera Tio menutup mulutnya rapat rapat.
Tak disangka, Bimo kembali menghampiri Damar yang sedang berdiri disamping mobilnya. Wajahnya terlihat kesal dan penuh emosi.
"Mau apa kamu menghampiriku?"
"Aku hanya mau bilang, sebaiknya Om jauhi Soraya. Gosip buruk yang beredar diluar sana pasti sangat mengganggu kesehatan mental Soraya, dan gosip itu tersebar gara gara Om!" tuduh Bimo.
"Alasanmu tidak mendasar, mana mungkin aku menyebarkan rumor buruk tentang diriku sendiri dan juga putriku!"
"Apa benar Om berpacaran dengan Soraya?"
"Iya, itu benar,"
"Apa benar Om memutuskan hubungan dengan Soraya setelah menidurinya?"
"Hey, aku bukan penjahat kelamin. Aku tidak memutuskannya, dia yang minta putus dariku!"
"Dasar pria brengsek! Pria sepertimu tak pantas menjadi kekasih Sorya. Wanita tak hanya membutuhkan sosok pria kaya dan gagah, tapi juga pria bermoral dan berkelakuan baik."
Deg....!
Omongan Bimo terasa seperti tamparan keras di wajah Damar. Yang Bimo katakan Benar, Soraya tidak membutuhkan pria bejad dan berkelakuan buruk seperti dirinya. Tapi Damar tidak mau berputus asa, dia akan berubah menjadi baik agar layak menjadi pendamping hidup Soraya.
"Kenapa kamu begitu membenciku? Apa kamu jatuh hati pada Soraya?" Tebak Damar.
"Ya, aku jatuh hati pada Soraya. Kalau saja pria tua seperti Om tidak mengacaukan segalanya, pasti aku dan Soraya sudah berpacaran," omel Bimo.
"Hem, pede sekali. Kamu itu bukan tipe pria idaman Soraya, seujung kukunya saja tidak ada. Dan aku yakin, kamu masih sering minta uang jajan pada orangtuamu. Pria yang masih belum bisa hidup mandiri mana pantas jadi pendamping Soraya!" Hina Damar balik.
Puas bertengkar, Bimo pergi meninggalkan Damar. Damar kembali meninju angin sambil membayangkan sedang meninju wajah Bimo. Andai saja dia memiliki hati yang tidak baik, dia pasti sudah menghajar Bimo hingga babak belur.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments