Bab 13

Hari hari Damar tanpa Soraya benar benar sepi, tidak ada yang menyanyi sambil berteriak di dalam rumah itu. Tidak ada lagi aroma masakan yang tercium tiap pagi di rumah itu. Damar sangat rindu pada Soraya, tapi Soraya sepertinya tidak. Wanita itu sama sekali tidak memberi kabar atau menelponnya.

"Kapan Mawar akan ke sini?" Tanya Budi.

"Sebentar lagi juga sampai," sahut Damar.

Ting....Tong...

Bel rumah berbunyi, Damar membuka pintu. Tapi bukan Mawar yang datang ke rumah itu melainkan Angela. Dia melambaikan tangan sambil melempar senyum manis kearahnya.

"Bagus jug kalau dia ada disini, aku bisa memanggang hatinya dengan bantuan Mawar nanti," batin Damar.

Angela nyelonong masuk, dia langsung mencari keberadaan Kakek Budi untuk mencari perhatian dan tebar pesona. Sayangnya Angela sama sekali tidak tau kalau sebentar lagi dia akan mendapat kejutan tak terduga.

"Kakek, ada banyak sekali makanan diatas meja. Memangnya Kakek tau kalau aku akan datang?" Tanya Angela PD.

"Sebentar lagi Mawar akan dan Kakaknya akan datang kesini," cerita Budi dengan nada berat.

"Mawar? Siapa Mawar?"

"Pacar Damar,"

"Pacar?"

"Iya, pacar. Malam ini mereka berdua akan bertunangan,"

"Apa? Bertunangan? Kenapa Kakek bisa merestui hubungan mereka begitu saja? Bukankah Kakek sudah berjanji akan menikahkan aku dengan Damar?"

"Maafkan aku Angela, tapi semua ini diluar kendaliku."

Angela merasa bingung, bukankah Damar dan Soraya berpacaran? Kenapa sekarang Damar berpacaran dengan wanita lain? Apa pagi itu Angela telah salah menarik kesimpulan?

Damar masuk ke dalam rumah, dia menggandeng seorang wanita cantik dan muda bernama Mawar. Disisinya ada Farel, sosok pria yang Angela kenal.

"Farel? Jadi Mawar itu adikmu?" Angela semakin tak percaya. Selera Damar benar benar rendah, dia berpacaran dengan wanita dari kalangan bawah.

"Iya, dia adikku," sahut Farel.

"Hallo Kak, aku Mawar," Mawar mengulurkan tangannya kepada Angela. Dengan kasar Angela menepis tangan itu hingga Mawar meringis kesakitan.

"Angela, tolong jaga sikapmu!" Omel Damar. Angela yang kesal dan tak terima dengan kenyataan pahit itu langsung pergi meninggalkan kediaman Budi dan Damar.

Farel dan Damar saling memandang satu sama lain, mereka tersenyum senang karena rencana yang telah mereka rancang berhasil. Kini Angela tidak akan mau mengusik kehidupan Damar lagi, Damar berharap Angela akan berhenti mengejar ngejar cintanya.

🍁🍁🍁

Awalnya Novi berpikir kalau Soraya akan ikut mengontrak bersamanya, ternyata wanita itu memilih pergi dari kontrakan Novi dan mencari kontrakan lain.

"Kenapa kamu tidak ngontrak bersamaku saja?" ucap Novi.

"Tidak, aku ingin ngontrak sendiri dan memulai membuka usaha,"

"Ngontrak dimana?" Novi penasaran.

"Di Kota sebelah,"

"Senang ya jadi penulis novel seperti kamu, uangnya pasti banyak. Bisa ngontrak dan membuka usaha sendiri," goda Novi.

"Tidak juga, jadi penulis itu pusing, lebih baik jadi sugar Baby pria kaya seperti kamu. Tinggal makan tidur, temani om om dan uang pun mengalir tanpa susah payah dicari." Goda Soraya balik.

Sebuah sepeda motor berhenti didepan kontrakan Novi, motor itu adalah milik Bimo. Bimo segera datang ke kontrakan sepupunya setelah diberi kabar Soraya sedang berada di kontrakannya.

"Bimo, ko kamu tau aku ada disini?" Tanya Soraya.

"Iya, Novi yang memberi tahukannya padaku. Kamu mau kemana?"

"Aku mau ke kota sebelah, semalam salah satu pembaca novel setiaku ada yang memposting menyewakan tempat tinggal sekaligus tempat usaha, aku akan kesana untuk melihatnya,"

"Kota sebelah? Jauh sekali, mau aku antar?"

"Tidak perlu, aku takut merepotkan kamu,"

"Aku tidak merasa direpotkan, aku antar ya,"

"Tidak perlu Bimo, terimakasih. Lain kali kalau aku ada waktu, aku akan menelpon mu dan mengajakmu bertemu,"

"Janji?"

"Iya, aku janji."

🍁🍁🍁

Budi mengamati Mawar, jelas sekali usianya tidak berbeda jauh dari Soraya. Dia terlalu muda untuk menjadi seorang istri, dia pasti belum bisa mengerjakan pekerjaan rumah dan memasak seperti Soraya.

Tunggu, kenapa Budi jadi memikirkan Soraya? Apa dia rindu pada cicit angkatnya itu? Rumah memang menjadi sedikit sepi tanpa Soraya, jujur saja Budi menyesal karena tempo hari tidak menahan kepergiannya.

"Berapa umurmu?" Tanya Budi.

"Dua puluh dua tahun Kakek,"

"Kamu lulusan apa?"

"SMK,"

"Sekarang kuliah atau bekerja?"

"Aku bekerja di toko baju Kek,"

Budi manggut manggut, dia menyantap makanan yang tersaji diatas meja secara perlahan. Makanan itu tidak seenak biasanya, tentu saja berbeda rasa karena yang memasak pun beda orang.

"Kakek, kenapa makannya sedikit sekali?" Damar menaikan alisnya.

"Masakannya kurang cocok di lidah Kakek, tidak seperti masakan Soraya," ucap Budi.

"Kakek, suatu saat nanti aku pasti akan membawanya kembali ke rumah ini," janji Damar.

"Suatu saat kapan? Kenapa kamu tidak menahannya saat dia kabur dari rumah ini? Dan kenapa juga dia bisa semarah itu padamu?" Budi menyodori beberapa pertanyaan sekaligus kepada cucunya.

Damar hanya bisa menundukkan wajah, dia tidak bisa menjawab semua pertanyaan itu secara langsung hari itu juga. Mawar mengusap usap pundak Damar pelan, mencoba menguatkan hati Damar yang sedang rapuh seperti ranting kering.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!