🍁🍁🍁
Dad, makan dulu," Seru Soraya sambil menyodorkan sendok nasi pada Damar.
"Aaaa..." Damar membuka mulutnya lebar lebar seperti bayi besar.
"Makan yang banyak ya, biar cepat pulih dan cepat pulang ke rumah,"
Damar mengangguk, matanya sejak tadi tak berhenti menatap Soraya sambil senyum senyum sendiri. Katanya benci, tapi masih bisa perhatian seperti itu pada Dady-nya. Damar jadi makin yakin kalau Soraya masih memiliki rasa pada dirinya.
"Aku sudah mengatakan yang sebenarnya pada Kakek soal hubungan kita, bisakah kamu kembali ke rumah kita?" Ucap Damar berbohong.
"Maaf, aku tidak bisa. Aku tidak bisa meninggalkan bisnis yang susah payah aku bangun dari nol," tolak Soraya.
"Kamu kan bisa mencari orang kepercayaan,"
"Aku pernah percaya pada seseorang, tapi orang itu merusak kepercayaan ku. Sejak saat itu aku tidak bisa percaya pada orang lain lagi," Soraya menundukkan wajahnya. Rasa kecewa itu terlihat begitu dalam dan besar.
"Apa orang yang kamu maksud adalah aku?"
"Ya, siapa lagi memangnya?"
Selesai makan, Soraya mengelap mulut Damar dengan tisu basah. Tiba tiba terbayang dibenaknya saat mereka berdua melakukan aktifitas yang menyenangkan. Jujur saja, Soraya merindukan sentuhan benda kenyal itu. Tapi rasa perih dihatinya memaksanya untuk menjaga jarak dengan Damar.
Mawar masuk kedalam ruangan tempat Damar dirawat, dia membawa rantang berisi makanan yang dimasak oleh tangannya sendiri. Sayangnya, Damar baru saja selesai makan. Batin Mawar sedikit nyeri saat melihat Soraya sedang menyeka bibir Damar dengan sehelai tisu basah.
"Mawar, kapan kamu datang?" Budi keluar dari dalam kamar mandi.
"Emh, baru saja," Mawar tersenyum kecut.
Soraya dan Damar menoleh kearah pintu tempat Mawar berdiri, dia segera menyembunyikan rantang makanan yang dibawanya ke belakang punggungnya.
"Kenapa disembunyikan? Bawa saja kesini. Nanti siang Dady juga butuh makan," ucap Soraya.
"Eh, iya," sahut Mawar kikuk. Mawar menghampiri Soraya dan Damar, dia mencoba untuk bersikap santai meskipun perasaanya saat ini sedang tidak baik baik saja.
"Dad, aku pamit pulang ya. Disini sudah ada Mawar yang bisa menjadi teman ngobrol Dady," celetuk Soraya.
"Kamu tidak boleh pergi kemanapun, aku tidak butuh siapapun selain kamu!" Ucap Damar.
Mawar mendelik, dia kaget karena Damar bisa bicara seperti itu. Rupanya benar tebakan Mawar, Damar hanya baik padanya ketika membutuhkan bantuannya saja. Mawar, apa yang kamu harapkan dari seorang Damar? Cinta dan perasaan yang tulus? Itu tidak mungkin!
"Tidak bisa Dad, aku harus mengawasi para pegawaiku. Aku tidak bisa meninggalkan kedaiku begitu saja," ucap Soraya.
Damar terdiam, dia memalingkan wajahnya ke arah lain seperti anak kecil jika sedang ngambek.
"Huh, kekanakan sekali!" Umpat Soraya kesal.
🍁🍁🍁
Pada akhirnya, Soraya diizinkan pergi oleh Damar. Tinggallah Mawar dan Damar berdua di kamar itu saja karena Kakek Budi juga pulang untuk beristirahat.
"Jadi itu yang namanya Soraya, cantik sekali," puji Mawar.
"Kamu juga cantik, semua wanita didunia ini pasti cantik, tidak ada yang tampan," seloroh Damar.
"Tapi hanya dia saja yang Om cintai bukan?" Tanya Mawar.
"Iya, hanya dia saja. Tidak ada wanita lain yang aku cintai di dunia ini selain dia,"
"Tapi sepertinya dia tidak begitu, perasaanya pada Om tidak terlalu dalam,"
"Itu karena aku pernah melukainya, butuh waktu baginya untuk menerimaku kembali,"
"Bagaimana jika dia terus menolak Om? Apa Om tidak kepikiran untuk membuka hati bagi wanita lain?" Mawar memberanikan diri untuk menanyakan hal yang tidak mungkin itu.
"Kenapa kamu tiba tiba bicara seperti itu?" Damar merasa penasaran.
"Aku suka pada Om, suka yang aku maksud adalah cinta layaknya wanita dewasa pada pria dewasa,"
"Mawar, sejak dulu aku hanya menganggap kamu sebagai adik. Kamu tau itu kan? Jadi, aku harap kamu tidak pernah berharap lebih tentang hubungan kita,"
"Iya, aku tau dan aku mengerti. Hanya Soraya saja yang ada di dalam hati Om dan tidak akan pernah ada wanita lain." Mawar mencoba tersenyum sekalipun perasaanya saat ini sedang hancur lebur seperti bubur.
🍁🍁🍁
Setelah Mawar pergi, Farel datang menjenguk Damar sekalian gantian menjaganya untuk malam ini.
"Dia mengutarakan cinta padaku," ucap Damar.
"Dia siapa?" Farel bingung.
"Adikmu, siapa lagi memangnya?"
"Apa? Dia mengutarakan cinta pada Bos?" Farel merasa tidak percaya. Ternyata ucapan Mawar saat itu tidak bercanda, dia benar benar telah jatuh hati pada Damar.
Farel tau kalau Mawar adalah gadis yang suka pada tantangan, tapi dia tidak tau kalau dia akan berani melakukan hal senekat itu. Mawar sudah pasti sedang bersedih saat ini, karena Damar menolaknya.
"Maaf atas kelancangan adikku Bos,"
"Kamu tidak perlu meminta maaf, dia kan tidak melakukan kesalahan apapun. Wajar saja jika dia suka padaku, aku kan tampan." Damar nyengir nyengir kuda.
Farel terus mencari penyebab Mawar bisa jatuh hati pada Damar, pria itu memang tampan dan kaya, tapi dia yakin Mawar suka padanya bukan karena itu.
Damar selalu bersikap baik pada Mawar, selalu ada saat Mawar dalam kesulitan. Mungkin karena itu dia merasa diperhatikan lebih oleh Damar dan akhirnya tumbuh benih benih cinta.
"Bisa tidak bisa Mawar harus segera mengakhiri perasaanya pada Damar, sebelum terlalu dalam dan mendarah daging," ucap Farel lirih.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments