Bab 6

🍁🍁🍁

Sepertinya Damar harus memanfaatkan Angel untuk membuat Soraya cemburu dan melupakan cintanya kepada dirinya. Tapi, bagaimana kalau nanti Angel jadi salah paham dan mengira kalau Damar memberikan harapan palsu untuknya? Pikiran Damar saat ini benar benar kacau, dia bingung harus bagaimana.

Soraya menerobos masuk kedalam kamar Damar yang tak terkunci. Dia langsung memeluk punggung Damar dari belakang sambil menangis.

"Dad, apa unggulnya Tante Angel dibanding aku? Aku bahkan jauh lebih cantik dan lebih muda dari nenek lampir itu," ucap Soraya kesal.

"Apa maksudmu Raya?"

"Kalian berdua sudah berpacaran bukan? Aku melihat kalian berdua berpelukan tadi di teras rumah," Soraya melepaskan pelukannya dan memonyongkan bibirnya ke depan.

"Jadi, kamu mengintip kami tadi?" Tanya Damar.

"Iya," sahut Soraya singkat.

"Sayang, mengintip adalah kegiatan yang tidak baik," Damar mencoba memberi nasihat.

"Menolak cinta suciku dan menerima cinta palsu dari Tante Angel juga hal yang tidak baik,"

"Dari mana kamu tau kalau cintanya padaku itu palsu? Dia terlihat begitu tulus bagiku. Dan sudah berapa kali aku bilang padamu, selamanya aku dan kamu tidak bisa bersatu. Kamu putriku, aku Daddy mau."

Ternyata meskipun Soraya menunjukan kegigihannya, posisinya dihati Damar tetap kalah oleh Angel. Soraya merasa sedih dan parah hati, melunakkan hati Damar yang keras ternyata tidak semudah membalikan telapak tangan.

Haruskah Soraya menyerah begitu saja? Tidak bisa, dia tidak boleh menyerah. Dan kalaupun dia harus menyerah, Damar tak boleh menikah dengan perempuan macam Angel.

"Daddy, apa aku kurang baik dan kurang menarik di matamu?" Nada bicara Soraya terdengar pilu.

"Kamu anak baik sayang, kamu tidak hanya menarik, kamu juga cantik," sahut Damar.

"Lalu, kenapa Daddy menolak ku?"

"Karena kamu putriku. Hubungan kita hanya bisa sebatas itu, kamu putriku dan aku Daddy-mu."

Soraya menangis tersedu sedu, hatinya terasa hancur saat mendengar kenyataan pahit itu. Dia keluar dari kamar Damar dan berlari menuju arah dapur. Tak disangka Budi mendengar perdebatan yang terjadi antara Damar dan Soraya, dia pun segera menyusul Soraya ke dapur.

"Bocah tidak tahu malu! Kamu itu seorang wanita, bisa bisanya kamu memaksa seorang pria untuk mencintaimu," omel Budi.

"Kakek juga tidak tau malu! Sudah tau cucunya menolak dijodohkan dengan Tante genit itu, tapi tetap saja Kakek memaksanya," Omel Soraya balik.

"Ternyata selain tidak tau malu, kamu juga tidak punya sopan santun ya,"

"Kakek, saat ini aku tidak sedang ingin berdebat dengan siapapun. Jadi, tolong tinggalkan aku sendiri!" Pinta Soraya pada Budi.

Budi menuruti permintaan Soraya, dia pergi meninggalkan Soraya seorang diri di dapur. Di ruangan itu, Soraya meluapkan kesedihannya. Dia menangis tanpa henti hingga air matanya habis dan suaranya serak.

Ternyata patah hati itu sakit, bahkan lebih sakit dari sakit gigi. Kalau tau akan sakit begini, Soraya tidak mau jatuh cinta pada laki laki termasuk pada sang Daddy.

🍁🍁🍁

Keesokan harinya...

Damar dan Budi pergi keruang makan, mereka membuka tudung saji dan tak ada apapun disana kecuali selembar kain lap.

"Tumben sekali jam segini belum ada makanan? Apa Soraya belum bangun?" Gumam Damar.

"Mungkin dia masih marah padamu. Bagaimana ini? Perutku sudah sangat lapar," celoteh Budi.

"Kakek tunggu disini sebentar ya, aku pergi ke warteg sebelah dulu beli makanan." Pinta Damar.

Damar pergi ke warteg, dia membeli banyak lauk dan sayur untuk tiga kali makan. Sebenarnya dia malas membeli makanan diluar, karena belum tentu makanannya dimasak dengan cara higienis dan bersih. Tapi mau bagaimana lagi? Soraya sedang ngambek padanya.

Setelah menyiapkan makanan untuk sang Kakek, Damar berniat pergi menemui Soraya dikamarnya dan mengajaknya makan bersama. Tapi ternyata kamar Soraya kosong, wanita itu pergi entah kemana dan tidak pamit kepadanya.

"Soraya, apa dia kabur dari rumah? Anak itu benar benar membuat kepalaku sakit," gerutu Damar kesal.

Berkali kali Damar menelfon Soraya, tapi dia tidak mau mengangkatnya. Seolah Soraya sengaja mengabaikan telfon dari Damar, sebegitu benci kah dia pada Damar?

Rasa lapar dan haus Damar hilang seketika, dia cemas dan khawatir takut terjadi apa apa pada putri angkatnya itu.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Telfon polisi tidak mungkin, dia kabur belum ada empat puluh delapan jam,"

Budi memperhatikan sikap Damar yang aneh, dia terlihat begitu tertekan dan frustasi. Baru kali ini dia melihat Damar seperti itu, seperti nyawanya telah copot separuh.

"Apa ada masalah?" Tanya Budi.

"Soraya kabur dari rumah," sahut Damar.

"Oh... Bagus itu, jadi tidak ada yang menyusahkan kita lagi," seloroh Budi tanpa ekspresi rasa bersalah. Damar melotot pada Budi, pria tua itu malah bersikap acuh dan pergi meninggalkan Damar begitu saja.

Sebenarnya jauh di dalam lubuk hatinya, Budi juga merasa sedikit cemas dan khawatir pada Soraya. Hanya saja dia terlalu gengsi untuk mengatakan dan menunjukan itu semua kepada Damar.

"Kemana perginya anak menyebalkan itu, membuat orang lain khawatir saja," ucap Budi lirih.

Damar mengepalkan tangannya, dia meninju tembok dan menyakiti diri sendiri. Dia merasa bersalah karena telah membuat Soraya sakit hati hingga kabur dari rumah. Menjaga seorang anak gadis saja tidak becus, bagaimana dia bisa membina rumah tangga menjaga istri dan anak anaknya kelak?

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!