🍁🍁🍁
Damar mengemasi barangnya, sore itu dia hendak pergi ke kota sebelah menyusul Soraya. Melihat cucunya menenteng sebuah tas, Budi merasa sedikit curiga dan was was.
"Mau kemana kamu?" Tanya Budi.
"Aku mau ke kota sebelah mencari Soraya,"
"Oh, baiklah. Jangan lama lama ya, aku tidak suka dirumah sendirian," cicit Budi.
"Sebentar lagi Farel akan kesini menemani Kakek, dia akan tinggal disini sampai aku kembali,"
Wajar saja jika Budi tidak mau tinggal sendiri, dia sudah tua dan sering sakit sakitan. Dia takut terjadi apa apa pada dirinya saat Damar tidak ada dirumah. Damar juga khawatir dengan keadaan Budi, oleh karena itu dia meminta Farel untuk menemani Kakeknya selama dia pergi ke kota sebelah.
Meski tidak mengatakannya secara langsung, Budi sangat berharap Damar bisa membawa Soraya kembali ke rumah itu. Dia rindu pada suara tawa, tingkah tengil dan rasa masakan cucu angkatnya itu.
"Baik baik dirumah ya, aku pergi dulu," pamit Damar.
"Iya, hati hati di jalan."
🍁🍁🍁
Sepanjang perjalanan menuju tempat tinggal Soraya, Damar terus menebar senyum. Dia membayangkan pertemuan pertama mereka setelah pertengkaran waktu itu, akan berjalan tidak mudah tapi mungkin akan terasa manis.
Damar juga berharap Soraya sama sekali tidak terpengaruh dengan pemberitaan tentang mereka yang sedang panas di sosmed. Untung saja Kakek Budi tidak mengetahuinya, kalau pria itu sampai tau entah apa yang akan terjadi dengan mereka. Damar belum siap untuk mengungkap kenyataan itu.
"Pak, sepertinya anda sedang senang sekali," ucap Tio supir pribadi yang baru saja Damar pekerjakan.
"Iya, aku memang sedang senang sekali. Apa bisa dilihat dengan jelas?" Tanya Damar balik.
"Tentu saja bisa, wajah Bapak sangar cerah dan tatapan mata Bapak berbinar binar,"
"Ah, mungkin itu efek dari rasa bahagia karena sebentar lagi aku akan bertemu dengan kekasih hatiku," ucap Damar sambil tersenyum.
Sementara itu Soraya baru saja selesai menutup kedai Baksonya. Dia naik ke lantai dua yang juga dijadikan tempat tinggal oleh Soraya. Tubuhnya terasa lelah dan pegal setelah seharian bekerja, dua hal yang tidak pernah dia dapatkan saat menjadi anak angkat Damar.
Soraya bergegas mandi, dia mengganti pakaiannya, memakai skincare rutin dan bersiap pergi tidur. Baru saja dia menutup matanya, terdengar suara bel meraung raung.
"Siapa sih yang datang bertamu malam malam begini? Menyebalkan!" Gerutu Soraya kesal.
Soraya turun ke lantai bawah, dia membuka pintu dan jeng jeng. Damar sedang berdiri dengan pose cool dan kerennya di sana.
"Hallo gadisku, apa kabar?" Sapa Damar.
"Dad, mau apa kamu kesini?" Celetuk Soraya sambil menaikan alisnya sebelah.
"Dasar anak durhaka, mentang mentang sudah sukses lupa pada orang tua. Aku kesini karena aku merindukan kamu." Ucap Damar.
🍁🍁🍁
Tio sudah masuk ke dalam kamar tidur tamu, sementara Soraya dan Damar masih beradu pandang di ruang tamu. Ekspresi kesal masih terpampang nyata di wajah Soraya, sementara Damar hanya memasang wajah santai dan datar seperti tidak pernah terjadi apa apa diantara mereka.
"Kembalilah ke rumah bersamaku," ajak Damar.
"Tidak mau, aku sudah punya rumah tempat tinggal dan usaha sendiri. Lagi pula, aku tidak mau tinggal satu atap dengan pria playboy seperti Daddy," Soraya menyilangkan tangannya diatas perut.
"Aku dan Mawar hanya bersandiwara saja, untuk membuat Angel menjauhiku. Hubungan kami sudah berakhir, aku ingin kita bersama lagi seperti dulu,"
"Tidak semudah itu Dad, hatiku sudah terlanjur terluka karena mu. Belum lagi gosip yang sedang menyebar diluar sana,"
"Aku pikir kamu tidak peduli pada gosip itu,"
"Aku memang tidak peduli, tapi Kakek bagaimana? Cepat atau lambat dia akan tau semuanya, lalu apa kabar dengan hubungan kita?"
"Kita resmikan saja sekalian,"
"Maksud Dad?"
"Berpura pura lah hamil, dia tidak akan melarang kita menikah jika kamu sudah hamil,"
"Dad gila, Dad mau terlihat lebih buruk dimata Kakek?"
Damar memperhatikan wajah Soraya lekat lekat, jelas sekali wanita itu masih menyimpan rasa suka padanya. Tapi kenapa Soraya menolak diajak balikan? Apa dia sudah punya pria lain?
"Sudah dulu ngobrolnya Dad, aku mengantuk. Aku mau tidur dulu, kamar Dad ada disebelah kamar Tio." Soraya bangkit dari sofa. Dia berjalan lunglai menuju kamarnya, dia terlihat malas berbicara dengan Damar lagi dan Damar merasa sedih karena itu.
"Semua salahku, andai saja aku tidak merancang sebuah kebohongan untuk menutupi kebohonganku yang lain," gumam Damar lirih.
Damar memencet kepalanya, dia merasa pusing dan frustasi. Bagaimana kalau Soraya tidak mau kembali dengannya lagi? Damar sangat mencintainya, dia tak sanggup hidup tanpanya.
Malam itu, Damar tidak bisa tidur. Dia hanya berguling guling diatas kasur dengan perasaan gelisah. Bagaimana tidak? Benda berharga miliknya terus berdiri dan tidak mau diajak kompromi.
Semua karena dia bertemu dengan Soraya, wanita yang penampilannya kini jauh lebih menarik, lebih cantik dan lebih seksi dari yang dulu. Wanita itu sungguh membuat Damar mabuk dan membayangkan bisa kembali menghabiskan malam bersamanya.
"Jangan bermimpi terlalu tinggi Damar junior, dia bahkan tidak mau diajak balikan, sudah pasti dia juga akan menolak jika diajak tidur." Ucap Damar pada benda pusakanya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments